Pemeriksaan Uji Diagnosa Model Peramalan dengan Model Fungsi Transfer

Pada tahap ini terbagi atas 2 dua sub tahap sebagai berikut:

3.1.2.1 Pendugaan Awal Parameter Model

Pada tahap ini ditentukan model fungsi transfer untuk menduga nilai awal dari parameter. Untuk mendapatkan nilai parameter-parameter tersebut digunakan algoritma Marquardt dengan iterasi, tujuannya untuk mendapatkan nilai dugaan yang lebih baik. Misalkan untuk nilai r,s,b=2,2,2 dan deret gangguan mempunyai model ARIMA 2,0,1 model tentatif yang digunakan adalah: t t t a B B B x B B B B y 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1                   Selanjutnya adalah menaksir nilai awal parameter  , 1  , 2  , 1  , 2  , 1  , 1  dan 2  dengan memperhatikan hubungan pada persamaan 3.13.

3.1.2.2 Pendugaan Akhir Parameter Model

Dengan menggunakan algoritma Marquardt pada setiap iterasi, nilai-nilai baru parameter ditemukan dan dugaan baru nilai dapat dihitung. Untuk memilih nilai parameter yang terbaik dilihat dari nilai jumlah kuadrat sisa yang paling kecil.

3.1.3 Pemeriksaan Uji Diagnosa Model

Pemeriksaan uji diagnosa model pada fungsi transfer dilakukan bila nilai sisa residu autokorelasi sangat kecil tau tidak signifikan dan model yang diperoleh akan bersifat acak. Dengan menggunakan uji Box-Pierce untuk deret stasioner ARIMA p,d,q rumusnya adalah sebagai berikut: 2 1 2 k r n df m k     3.15 Keterangan: n = Jumlah pengamatan m = lag terbesar yang diperhatikan r k = Autokorelasi untuk lag ke-k df = derajat bebas m-p-q sedangkan untuk nilai sisa rumusnya menjadi: Universitas Sumatera Utara 2 1 2 k r b s r n m k        3.16 r,s,b merupakan parameter fungsi transfer. Untuk menunjukkan bahwa t a merupakan deret acak maka perlu dilakukan uji Box- Pierce seperti pada persamaan 3.16. Apabila tabel 2  hitung 2  , maka model t a pada hakikatnya adalah acak.

3.1.4 Peramalan dengan Model Fungsi Transfer

Di dalam peramalan pada pemodelan fungsi transfer tujuannya adalah untuk menduga nilai deret waktu untuk masa yang akan datang dengan penyimpangan yang diperoleh harus dapat sekecil mungkin. Jika model yang ditetapkan menunjukkan residual yang acakan, maka model tersebut dapat digunakan untuk tujuan peramalan. Model yang digunakan adalah sebagai beriut: n b t n b t b t r t r t t t x x x y y y y                           1 1 2 2 1 1 3.17

3.2 Contoh Kasus

Untuk memperjelas mengenai proses analisis fungsi transfer seperti yang telah dikemukakan berikut ini penulis menyajikan proses membangun fungsi transfer. Data yang digunakan adalah data Indeks Osilasi Selatan IOS dan dan curah hujan, yang datanya seperti pada tabel di bawah. Dalam analisis ini curah hujan IOS sebagai deret masukan t X , dan data sebagai deret keluaran t Y . Tabel 3.1 Data Bulanan IOS mb Kota Medan Thn 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jan -4 8.4 4.1 -24 15.6 5.1 8.9 2.7 -2 -12 1.8 Feb -2.7 1.1 13.3 -19.2 3.6 12.9 11.9 7.7 -7.4 8.6 -29 Mar 3.5 6.2 -8.5 -29 8.9 9.4 6.7 -5.2 -6.8 0.2 0.2 Apr 16.2 7.8 -16 -24 19 17 0.3 -3.8 -5.5 -15 -11 May -9 1.3 -22 0.5 1.3 3.6 -9 -15 -7.4 13 -15 Jun -1.5 13.9 -24 9.9 1 -5.5 1.8 -6.3 -12 -14 2.6 Jul 4.2 6.8 -9.5 14.6 4.8 -3.7 -3 -7.6 2.9 -6.9 0.9 Aug 0.8 4.6 -20 9.8 2.1 5.3 -8.9 -15 -1.8 -7.6 -6.9 Sep 3.2 6.9 -15 11 0 9.9 1.4 -8 -2 -3 3.9 Oct -1 4.2 -18 11 9.1 9.7 -2 -7 -2 -4 11 Nov 1.3 -0.1 -15 12.5 13.1 22.4 7.2 -6 -3.4 -9.3 -2.7 Dec -6 7.2 -9 13 13 7.7 -9 -11 9.8 -8 0.6 Universitas Sumatera Utara