III. Studi Literatur
Juwawut atau milet dikenal dibeberapa daerah dengan nama lokal juwawutjawawut Jawa, jewawut Sunda, kunyit Jawa Barat, jawebelem
Lombok, juwawut Sulawesi, hotong Maluku, dan sekoi Bengkulu serta pokem gandum papua Papua. Penyebaran juwawut di Indonesia belum
banyak dilaporkan, disebabkan minimnya kegiatan eksplorasi. Hasil penelitian Suherman, dkk, 2005 ditemukan 5 aksesi juwawut di Pulau
Lombok. Menurut Rauf dan Lestari 2009, jenis juwawut yang ditemukan di Pulau Numfor Provinsi Papua adalah jenis
Setaria italica ekor macan dan Pennisetum glaucum ekor kucing. Sejumlah aksesi juwawut yang telah
ditemukan di beberapa daerah seperti yang telah dilaporkan, akan menambah koleksi plasma nutfah juwawut dan menjadi sumber keragaman
genetik yang dapat dijadikan sebagai material rekayasa guna memperoleh varietas unggul.
Juwawut telah dibudidayakan di beberapa negara, namun di Indonesia, tanaman juwawut sama sekali belum mendapat perhatian baik
dari pemerintah maupun swasta. Umumnya tanaman ini ditanam bersamaan dengan padi gogo, dengan tujuan untuk mengalihkan serangan
hama burung pada tanaman padi gogo. Penerapan teknologi budidaya sama sekali belum dilakukan, contohnya penggunaan jarak tanam dan
penggunaan pupuk. Pemanfaatan juwawut di Indonesia masih terbatas pada pakan
burung, padahal nilai nutrisinya cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan pangan bahkan dapat diolah menjadi produk olahan lain.
Pemanfaatan juwawut sebagai bahan pangan olahan sudah mulai dilakukan oleh beberapa peneliti. Herodian 2007, melaporkan bahwa juwawut yang
ditemukan di Pulau Buru Provinsi Maluku, dapat diolah menjadi produk olahan seperti mie instant, bubur, cookies. Rauf dan Lestari 2009 juga
melaporkan bahwa juwawut yang ditemukan di Pulau Numfor Provinsi Papua telah dimanfaatkan sejak turun temurun sebagai bahan makanan, namun
masih terbatas sebagai bubur. Lebih jauh mengenai pemanfaatan juwawut sebagai produk olahan lain belum dilaporkan.
Pembuatan mie instant dan cookies serta roti memerlukan bahan baku berupa tepung yang berkualitas. Kualitas tepung ditentukan oleh
kandungan nutrisi, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan mineral.
203
Komponen nutrisi tersebut berperan penting dalam pembentukan sifat fisikokimia bahan pangan. Karbohidrat berperan penting sebagai sumber
energi utama dan serta makanan. Peran fungsionalnya sebagai bahan pengisi,pengental, penstabil emulsi, pengikat air, pembentuk flavor, aroma
dan tekstur, serta pemanis Andarwulan, dkk, 2011. Jenis Salah satu jenis
protein penting yaitu, gluten. Gluten merupakan jenis protein yang memiliki sifat khas yakni lengket dan elastis. Gluten terkandung dalam beberapa
jenis serealia seperti gandum, juwawut, rye dan oat. Gluten berperan dalam membentuk adonan menjadi lembut dan elastis atau liat seperti karet
sehingga mudah dibentuk. Kuantitas gluten terutama dipengaruhi oleh presentase protein. Semakin tinggi kadar protein, maka kadar gluten yang
terkandung suatu tepung juga semakin besar atau sebaliknya. Lemak memiliki sifat fungsional yang berguna dalam pengolahan pangan, yakni
mempengaruhi warna, rasa, tekstur, kelembutan, emulsifikasi dan medium pindah panas dalam proses pemasakan misalnya pada saat menggoreng.
Lemak juga banyak digunakan dalam pembuatan produk pangan seperti bakery, dan es krim Andarwulan,
dkk, 2011. Lebih lanjut Andarwulan, dkk 2011, mengemukakan bahwa kadar dan komposisi lemak berbeda-beda
menurut sumbernya. Perbedaan ini menyebabkan karakteristik fisiko-kimia menjadi berbeda. Demikian pula dengan kandungan mineral dalam bahan
pangan. Walaupun jumlahnya sedikit, namun keberadaannya dibutuhkan oleh tubuh sebagai pembangun dan pengatur, contohnya adalah kalsium
Ca. Kalsium dapat ditemukan pada bayam, brokoli, kacang-kacangan, kentang dan biji-bijian Anonim, 2011. Kandungan kalsium dalam tubuh
manusia lebih banyak dari mineral lainnya. Perannya sebagai pembentuk dan pemelihara tulang dan gigi, transmisi pada sirkulasi darah dan jaringan,
impuls saraf, konstraksi otot, penggumpalan darah, pengaturan permeabilitas membran, serta membantu reaksi enzimatis Andarwulan,
dkk, 2011. Suherman, dkk 2009 dalam Trinitasari 2011, melaporkan
bahwa kandungan mineral yang terdapat dalam biji jewawut terdiri dari Thiamin, Riboflavin, Niacin, Besi, Zinc, Kalsium, Fosfor, Natrium, dan Kalium.
Beberapa komponen nutrisi yang dikemukakan di atas penting untuk diketahui dalam menghasilkan produk bahan pangan olahan yang
berkualitas dan memiliki kandungan nutrisi tinggi.
IV. Roadmap Pengembangan Juwawut Setaria italica L.