JUAWAWUT_DOKUMEN ORIENTASI CLUSTER PERTANIAN

(1)

ORIENTASI PENELITIAN PILAR PANGAN

CLUSTER TANAMAN PANGAN

KOMODITAS

Juwawut (

Setaria italica L.)

Pengembangan Juwawut (Setaria Italica L.) Sebagai

Komoditas Pangan Alternatif Dan Industri Minuman

Berenergi

Koordinator Komoditas

Prof. Dr. Ir. Tati Nurmala

NIP. 194912091976022001

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

November, 2012


(2)

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMENTASI ORIENTASI CLUSTER PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

TA. 2012 1. Pilar : Pangan

2. Cluster Penelitian : Tanaman Pangan 3. Komoditas : Juwawut

4. Penyusun : Prof. Dr. Ir. Hj. Tati Nurmala NIP : 19491209 197603 2 003 Jurusan : Budidaya Tanaman Fakultas : Pertanian

5. Kontributor :

Jatinangor, Nopember 2012

Mengetahui dan Menyetujui

Ketua LPPM Unpad Koordinator Penyusuni

Prof. Dr. Wawan Hermawan, MS Prof. Dr. Ir. Hj. Tati Nurmala NIP. 196205271988101001 NIP.19491203 197603

2 003

DAFTAR ISI

I. Ringkasan 1

198 N

o

Nama NIP/NPM Disiplin

Ilmu

Fakultas Universit as 1 Warid Ali

Qosim

19660507 199103 1 003 Pemuliaan Pertanian Unpad

2 Anas 19671126 199303 1 002 Pemuliaan Pertanian Unpad 3 Dominggus

M.D. Tatuhey

150320110004 Ekofisiolog i

Pertanian Unpad 4 Miswarti 150320110003 Ekofisiolog

i

Pertanian Unpad


(3)

II. Pendahuluan 2

III. Studi Literatur 4

IV. Roadmap Cluster 6

V. Kerjasama 8

VI. Fasilitas 8

VII. Usulan Narasumber 10

VIII. Potensi Kepemilikan (HKI) dan benefit sharing (nilai ekonomi) produk penelitian

IX. Daftar Pustaka


(4)

I. Ringkasan

Juwawut merupakan salah satu jenis tanaman serealia atau biji-bijian yang banyak ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, tanaman ini telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan sejak zaman kolonial Belanda. Tanaman ini cukup potensial untuk dikembangkan sebagai pangan alternatif karena memiliki keunggulan komparatif dari beberapa tanaman serealia lainnya seperti gandum, sorgum, dan padi. Keunggulan tersebut antara lain dapat tumbuh pada daerah tropis dan sub tropis, dapat tumbuh hingga ketinggian 2000 meter dari permukaan laut, produksi cukup tinggi, mudah dibudidayakan, mempunyai ragam kegunaan (pangan dan pakan), tahan kekeringan, daya adaptasi cukup tinggi terhadap lahan kering dan marginal, dan memiliki kandungan gizi cukup tinggi.

Juwawut perlu dikembangkan guna menunjang ketahanan pangan masyarakat sehingga dapat mencegah masalah gizi. Hanya saja upaya pengembangan juwawut masih mengalami kendala dalam beberapa hal yaitu (1) nilai ekonomi rendah dan tidak kompetitif dibandingkan padi dan jagung, (2) rendahnya penyebaran informasi dan pembinaan usaha tani juwawut, dan (3) belum tersedia teknologi produksi dan teknologi pengolahan minuman berenergi berbahan juwawut.

Penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama 5 tahun dengan tujuan jangka menengah adalah untuk mendapatkan perakitan (genetik yang mempunyai potensi hasil tinggi, teknologi budidaya, alat dan mesin) serta jangka panjang adalah untuk menghasilkan teknologi pembuatan minuman serealia berbahan dasar juwawut. Saat ini tim budidaya UNPAD telah melakukan studi literatur terhadap daerah-daerah yang mempunyai potensi pengembangan tanaman juwawut. Penelitian tahun pertama adalah melakukan eksplorasi juwawut di beberapa wilayah di Indonesia serta dikarakterisasi plasma nutfah juwawut yang ditemukan, tahun kedua melakukan seleksi daya hasil serta kandungan gizi (kandungan lemak, gluten, kalsium, dan maltosa), tahun ketiga melakukan perakitan (genetik, budidaya dan teknologi hasil), tahun keempat melakukan memasyarakatkan juwawut unggul sebagai pangan lokal dan bahan industri serta pengembangan untuk industri herbal dan minuman. Dalam melakukan penelitian dilakukan kerjasama antara UNPAD dengan lembaga penelitian atau dinas terkait sehingga tercapai apa yang menjadi tujuan akhir.


(5)

II. Pendahuluan

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Dilaporkan pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.641.326 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun (Anonim, 2011). Pertumbuhan penduduk yang cepat mengakibatkan permintaan akan kebutuhan pangan menjadi meningkat, sementara kapasitas produksi pangan nasional mengalami pertumbuhan yang lambat, disebabkan rendahnya produktivitas lahan dan tenaga kerja pertanian, rendahnya teknologi produksi dan pasca panen, kebijakan pengembangan komoditas pangan, serta konversi lahan pertanian (Suryana, 2005). Ketidakseimbangan antara permintaan pangan dan kapasitas produksi pangan nasional tersebut mengakibatkan adanya ketergantungan terhadap pangan impor yang sangat besar, oleh karena itu kebijakan (pemantapan) ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam pembangunan serta merupakan fokus utama dalam pembangunan pertanian. Selama ini kebijakan pemerintah lebih difokuskan kepada beras, sehingga keberadaan pangan alternatif terabaikan (Widowati dan Damarjati, 2001 dalam Qosim dan Nurmala, 2011). Hal ini terbukti dengan adanya program pemerintah untuk mengimpor beras dari luar negeri demi memenuhi ketersediaan pangan masyarakat, oleh karena itu pengadaan pangan harus diarahkan tidak hanya menyediakan beras, tetapi juga dapat dipenuhi dari tanaman sumber karbohidrat lainnya asalkan standar gizi dapat dipenuhi dan layak untuk dikonsumsi (Nurmala dan Irwan, 2007). Untuk memenuhi stabilitas pangan nasional diperlukan kebijakan dan strategi yang tepat, salah satunya yakni melalui diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam untuk dijadikan bahan makanan, sebagai contohnya adalah juwawut atau millet.

Juwawut merupakan tanaman serealia minor yang memiliki nilai kandungan gizi tidak jauh berbeda dengan padi, jagung, gandum, dan tanaman biji-bijian yang lain. Kandungan karbohidrat, protein dan lemak


(6)

serta serat tidak kalah dengan beras dan jagung, demikian pula dengan kandungan mineralnya (Tabel 1).

Penyebarannya telah menyebar luas mulai dari Cina, India, India timur dan beberapa wilayah di Asia, Eropa, Afrika Utara, Canada dan Amerika. Penyebaran juwawut di Indonesia belum banyak dilaporkan. Menurut Balai Penelitian Tanaman Serealia, telah ditemukan 106 aksesi juwawut, 54 aksesi diantaranya telah dikarakterisasi, namun belum dievaluasi.

Tabel 1. Kandungan nutrisi tiga jenis millet, jagung dan beras (%) Komoditas Karbohidrat (%) Protein (%) Lemak(%) Serat(%) Millet Foxtail Pear millet Proso millet Jagung Beras 84.2 78.9 84.4 80.0 87.7 10.7 12.8 12.3 10.5 8.8 3.3 5.6 1.7 4.9 2.1 1.4 1.7 0.9 2.7 0.8

Sumber : Suherman, dkk, 2005

Pemanfaatan juwawut tidak sebatas sebagai bahan pangan saja, tetapi dapat dikembangkan lebih luas lagi yakni sebagai bahan baku bagi produk olahan pangan dan bahan baku industri minuman. Pada beberapa negara maju seperti Cina, Rusia dan Myanmar, juwawut dimanfaatkan sebagai bahan pangan, cuka, anggur, roti dan suplemen bagi wanita hamil dan bayi. Sedangkan di Indonesia, umumnya juwawut dimanfaatkan sebagai pakan burung, hal ini disebabkan karena masyarakat belum banyak mengenal potensi juwawut sebagai sumber pangan. Padahal tanaman ini dapat diolah menjadi sumber makanan bagi masyarakat guna mendukung ketahanan pangan dan mengantisipasi masalah kelaparan (Marlin, 2009). Seiring berkembangnya teknologi, diyakini bahwa prospek pemanfaatan juwawut masih dapat ditingkatkan menjadi produk olahan lain.

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yakni (1) tujuan jangka pendek ; pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai pangan alternatif berbasis sumberdaya lokal, yang diimplementasikan dalam bentuk eksplorasi dan karakterisasi dengan maksud untuk mendapatkan jenis-jenis juwawut yang tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia sebagai sumber plasma nutfah baru, (2) Tujuan jangka menengah ; peningkatan kualitas


(7)

bahan pangan lokal melalui rekayasa atau perkaitan genetic yang dimaksudkan untuk mendapatkan varietas unggul yang memiliki potensi hasil tinggi, perakitan teknologi budidaya (benih, tanah, iklim, pemupukan, hama dan penyakit, panen dan pascapanen), dan perakitan alat dan mesin guna mendukung penanganan pascapanen lebih lanjut.


(8)

III. Studi Literatur

Juwawut atau milet dikenal dibeberapa daerah dengan nama lokal juwawut/jawawut (Jawa), jewawut (Sunda), kunyit (Jawa Barat), jawe/belem (Lombok), juwawut (Sulawesi), hotong (Maluku), dan sekoi (Bengkulu) serta pokem/ gandum papua (Papua). Penyebaran juwawut di Indonesia belum banyak dilaporkan, disebabkan minimnya kegiatan eksplorasi. Hasil penelitian Suherman, dkk, (2005) ditemukan 5 aksesi juwawut di Pulau Lombok. Menurut Rauf dan Lestari (2009), jenis juwawut yang ditemukan di Pulau Numfor Provinsi Papua adalah jenis Setaria italica (ekor macan) dan

Pennisetum glaucum (ekor kucing). Sejumlah aksesi juwawut yang telah ditemukan di beberapa daerah seperti yang telah dilaporkan, akan menambah koleksi plasma nutfah juwawut dan menjadi sumber keragaman genetik yang dapat dijadikan sebagai material rekayasa guna memperoleh varietas unggul.

Juwawut telah dibudidayakan di beberapa negara, namun di Indonesia, tanaman juwawut sama sekali belum mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun swasta. Umumnya tanaman ini ditanam bersamaan dengan padi gogo, dengan tujuan untuk mengalihkan serangan hama burung pada tanaman padi gogo. Penerapan teknologi budidaya sama sekali belum dilakukan, contohnya penggunaan jarak tanam dan penggunaan pupuk.

Pemanfaatan juwawut di Indonesia masih terbatas pada pakan burung, padahal nilai nutrisinya cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan pangan bahkan dapat diolah menjadi produk olahan lain. Pemanfaatan juwawut sebagai bahan pangan olahan sudah mulai dilakukan oleh beberapa peneliti. Herodian (2007), melaporkan bahwa juwawut yang ditemukan di Pulau Buru Provinsi Maluku, dapat diolah menjadi produk olahan seperti mie instant, bubur, cookies. Rauf dan Lestari (2009) juga melaporkan bahwa juwawut yang ditemukan di Pulau Numfor Provinsi Papua telah dimanfaatkan sejak turun temurun sebagai bahan makanan, namun masih terbatas sebagai bubur. Lebih jauh mengenai pemanfaatan juwawut sebagai produk olahan lain belum dilaporkan.

Pembuatan mie instant dan cookies serta roti memerlukan bahan baku berupa tepung yang berkualitas. Kualitas tepung ditentukan oleh kandungan nutrisi, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan mineral.


(9)

Komponen nutrisi tersebut berperan penting dalam pembentukan sifat fisikokimia bahan pangan. Karbohidrat berperan penting sebagai sumber energi utama dan serta makanan. Peran fungsionalnya sebagai bahan pengisi,pengental, penstabil emulsi, pengikat air, pembentuk flavor, aroma dan

tekstur, serta pemanis (Andarwulan, dkk, 2011). Jenis Salah satu jenis protein penting yaitu, gluten. Gluten merupakan jenis protein yang memiliki sifat khas yakni lengket dan elastis. Gluten terkandung dalam beberapa jenis serealia seperti gandum, juwawut, rye dan oat. Gluten berperan dalam membentuk adonan menjadi lembut dan elastis atau liat seperti karet sehingga mudah dibentuk. Kuantitas gluten terutama dipengaruhi oleh presentase protein. Semakin tinggi kadar protein, maka kadar gluten yang terkandung suatu tepung juga semakin besar atau sebaliknya. Lemak memiliki sifat fungsional yang berguna dalam pengolahan pangan, yakni mempengaruhi warna, rasa, tekstur, kelembutan, emulsifikasi dan medium pindah panas dalam proses pemasakan misalnya pada saat menggoreng. Lemak juga banyak digunakan dalam pembuatan produk pangan seperti bakery, dan es krim (Andarwulan, dkk, 2011). Lebih lanjut Andarwulan, dkk

(2011), mengemukakan bahwa kadar dan komposisi lemak berbeda-beda menurut sumbernya. Perbedaan ini menyebabkan karakteristik fisiko-kimia menjadi berbeda. Demikian pula dengan kandungan mineral dalam bahan pangan. Walaupun jumlahnya sedikit, namun keberadaannya dibutuhkan oleh tubuh sebagai pembangun dan pengatur, contohnya adalah kalsium (Ca). Kalsium dapat ditemukan pada bayam, brokoli, kacang-kacangan, kentang dan biji-bijian (Anonim, 2011). Kandungan kalsium dalam tubuh manusia lebih banyak dari mineral lainnya. Perannya sebagai pembentuk dan pemelihara tulang dan gigi, transmisi pada sirkulasi darah dan jaringan, impuls saraf, konstraksi otot, penggumpalan darah, pengaturan permeabilitas membran, serta membantu reaksi enzimatis (Andarwulan, dkk, 2011). Suherman, dkk (2009) dalam Trinitasari (2011), melaporkan bahwa kandungan mineral yang terdapat dalam biji jewawut terdiri dari Thiamin, Riboflavin, Niacin, Besi, Zinc, Kalsium, Fosfor, Natrium, dan Kalium. Beberapa komponen nutrisi yang dikemukakan di atas penting untuk diketahui dalam menghasilkan produk bahan pangan olahan yang berkualitas dan memiliki kandungan nutrisi tinggi.


(10)

IV. Roadmap Pengembangan Juwawut (Setaria italica L.)

Roadmap cluster penelitian pengembangan juwawut sebagai komoditas pangan alternatif dan bahan baku industri minuman, disusun untuk jangka waktu empat tahun (2013-2016), dengan beberapa rencana kegiatan yang dikelompokkan kedalam tiga kelompok yaitu eksplorasi dan karakterisasi, uji daya hasil dan analisis kandungan nutrisi, rekayasa atau perakitan dan pengolahan produk (Tabel 2).

Tabel 2. Roadmap Pengembangan Juwawut Short term

(2013) Mid term(2014) (2015-2016)Long term

Advance phase

Development phase

Initiation phase

1. Eksplorasi dan karakterisasi eksitu Eksplorasi

juwawut

Uji daya hasil, maltose, kalsium, gluten dan

lemak

karakterisasi eksitu

Perakitan genetic, teknologi budidaya, dan

teknologi hasil

Perakitan mesin prosesing sosialisasi bahan baku industri

minuman


(11)

Kegiatan eksplorasi dilakukan untuk mengumpulkan tanaman juwawut pada tiga wilayah yaitu Bengkulu, Jawa Barat dan Papua. Hasil ekslorasi akan dikarakterisasi secara eksitu untuk mendapatkan deskripsi aksesi yang ditemukan.

2. Uji daya hasil dan analisis kandungan maltose, gluten dan lemak Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan genotip yang memiliki daya hasil tinggi, dan memiliki kandungan maltose, kalsium, gluten dan lemak yang cukup baik.

3. Rekayasa / perakitan :

Kegiatan rekayasa atau perakitan mencakup rekayasa genetic, perakitan teknologi budidaya (benih, iklim, tanah, pemupukan, hama penyakit, panen), dan teknologi hasil, serta rakitan mesin pengolahan (prosesing). Rekayasa genetic ditujukan untuk memperoleh varietas unggul dan pemurnian juwawut. Kegiatan ini akan dilakukan dengan pendekatan program pemuliaan tanaman. Rakitan teknologi budidaya lebih mengarah pada penggunaan benih, pupuk, pengendalian hama dan penyakit, dan pemanenan. Kegiatan rakitan teknologi hasil diarahkan pada kegiatan pemasaran dan kewirausahaan tanaman juwawut. Rakitan alat dan mesin ditujukan untuk mendapatkan jenis alat dan mesin yang sesuai untuk pengolahan juwawut.

4. Pengolahan Produk:

Pengolahan produk juwawut bertujuan untuk mengolah juwawut sebagai bahan baku produk olahan lain dan produk minuman berenergi.

Rincian rencana pelaksanaan pengembangan juwawut selama kurun waktu 2013 – 2016, disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rincian Rencana Pengembangan juwawut (2013-2016)

Tahun Kegiatan Keluaran

2013 Eksplorasi juwawut di

beberapa wilayah di Indonesia (Papua, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat)

Diperoleh n aksesi

2013 Karakterisasi plasma nutfah  Koleksi ek-situ di Papua,


(12)

juwawut Bengkulu, Jawa Barat

2013 Seleksi daya hasil kandungan lemak, gluten, calsium dan maltosa

 Diperoleh n genotif

2014 Perakitan daya hasil

 genetik (varietas unggul, pemurnian juwawut)

 Teknologi Budidaya (hama penyakit, iklim, tanah), pasca panen, teknologi hasil

 Alat dan mesin

 PTT juwawut

 Mesin penyosoh pecah kulit dan beras juwawut

2015  Memasyarakatkan juwawut unggul sebagai pangan lokal dan bahan industri minuman

 Pengembangan untuk industri herbal dan minuman

 Varietas, PTT, teknologi pasca panen, produk olahan juwawut

2016  Pemasaran dan kewirausahaan

V. Kerjasama

Kegiatan diawali dengan eksplorasi pada daerah-daerah yang mempunyai potensi tanaman juwawut. Kegiatan ekplorasi akan dilakukan kerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat. Selanjutnya dilakukan koordinasi ke Balai Penelitian Tanaman Serealia sebagai sumber informasi plasma nutfah dan intansi terkait lainnya. Penanaman sampai dengan panen dilakukan di lahan kebun percobaan Unpad Ciparanje, Jatinangor. Sedangkan untuk proses pengolahan alat penggilingan/penyosoh dilakukan kerjasama dengan Litbang Pertanian dan IPB.

VI. Fasilitas

Tabel 4. Fasilitas Laboratorium dan Lapangan

No Fasilitas Keterangan


(13)

1 Lab. Teknologi Benih Faperta, Unpad

Analisis dan pengujian benih 2 Lab. Tanah, Faperta Unpad Analisis dan pengujian tanah 3 Lab. Biokimia organik,

FMIPA Unpad

Analisis nutrisi dan mineral 4 Lab. Hama Penyakit,

Faperta Unpad

Modeling Pengelolaan Hama dan Penyakit 5 Lab. Pemuliaan, Faperta

Unpad

Rekayasa genetik dan pemurnian varietas 6 Lab. Pasca Panen, FTIP

Unpad

Penanganan Pasca panen dan produk olahan 7 Lab. Teknologi Pengolahan

Pangan, IPB

Prosesing dan pengolahan produk 8 Lab. Sosek , Faperta

Unpad

Analisis, modeling pemasaran d anwirausaha 9 Lahan percobaan

Ciparanje, Faperta Unpad

Uji daya hasil 10 Lahan Percobaan BPTP

Bengkulu

Uji daya hasil 11 Lahan Percobaan STIPER,

Jayapura

Uji daya hasil

Tabel 5. Fasilitas Yang Diperlukan Dalam Penelitian

No Nama Alat Kegunaan Akses Keterangan

1 Global Position System (GPS)

Untuk mengukur ketinggian tempat

Unpad Lapangan 2 Kamera Untuk dokumentasi Unpad Lapangan dan

Laboatorium 3 Moisture Tester Untuk mengukur kadar

air biji

Unpad Lapangan dan Laoratorium 4 Timbangan

Analitik

Untuk mengukur berat Unpad Laboratorium 5 Timbangan Untuk mengukur berat Unpad Lapangan 6 Handsprayer Untuk mengendalikan

OPT

Unpad Lapangan 7 Leaf Area Meter Untuk mengukur luas

daun

Unpad Lapangan 8 Meteran Alat untuk mengukur

lahan

Unpad Lapangan 9 Mesin Perontok Alat untuk merontok

gabah dari malai

- Lapangan

10 Mesin penggiling Alat untuk

memisahkan biji dari

- Lapangan


(14)

gabah 11 Mesin penepung Alat untuk

menghancurkan biji menjadi tepung

- Lapangan

12 Penutup botol Alat untuk penutup botol minuman

- Laboraorium 13 Lux meter Alat untuk mengukur

intensitas cahaya

Unpad Laboratorium 14 Perangkat untuk

analisis tanah

Alat untuk menganalis unsur hara

Unpad Laboratorium

VII.Usulan Narasumber

Dua orang nara sumber dari luar Unpad bergelar Doktor dengan identitas

Nama : Dr. Sam Herodian Bidang Keahlian : Pasca Panen

Institusi : Institut Pertanian Bogor (IPB)

Alamat Instansi : Fakultas Teknologi Pertanian Kampus IPB - Darmaga Bogor

No. Telp. Instansi : No.Hp ; email :

Nama : Budi Marwoto Bidang Keahlian :

-Institusi : Litbang Pertanian

Alamat Instansi : Jl. Ragunan No. 29 Ps. Minggu Jakarta Selatan No. Telp. Instansi :

No.Hp ; email :

VIII. Potensi Kepemilikan (HKI) dan Benefit Sharing (nilai ekonomi) produk penelitian

IX.

208


(15)

RENCANA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013-2016

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

PILAR

: Pangan

CLUSTER : Tanaman Pangan; KomoditasJewawut

PENANGGUNG JAWAB PENELITIAN : Prof. Dr. Hj. Tati Nurmala

No

Judul Penelitian

Dana

(Rp)

Penelitian

Bahan

Penelitian

Metode

Digunakan

Alat yang

Output

1

KARAKTERISASI DAN RESPON FOSFOR TERHADAP

KOMPONEN PERTUMBUHAN, HASIL DAN KANDUNGAN KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) PADA TANAMAN JUWAWUT DI BENGKULU

50.000.00

0

Biji juwawut,

pupuk an

organik.

Pupuk

hayati,

pestisida,

bahan kimia

lab. Dan

bahan

pendukung

lainnya

Eksperimen

Leaf area

meter,

pengukur

kadar air,

kamera, Lux

area meter,

peralatan

analisa

lab.dan

bahan

pendukung

lainnya

Diperoleh n

genotif, PTT

2

KARAKTERISASI DAN RESPON NITROGEN TERHADAP

KOMPONEN PERTUMBUHAN, HASIL DAN KANDUNGAN LEMAK DAN GLUTEN PADA TANAMAN JUWAWUT DI PAPUA

50.000.00

0

Biji juwawut,

pupuk an

organik,

pestisida,

bahan kimia

lab. Dan

bahan

pendukung

lainnya

Eksperimen

Leaf area

meter,

pengukur

kadar air,

kamera, Lux

area meter,

peralatan

analisa

lab.dan

bahan

Diperoleh n

genotif, PTT


(16)

pendukung

lainnya

X.


(17)

XI. Daftar Pusaka

Andarwulan, N., F. Kusnandar, D. Herawati. 2011. Analisis Pangan. Dian rakyat, Jakarta

Anonim, 2011. BPS ; Penduduk Indonesia Menurut Provinsi. Diakses melalui http://bps.go.id/tab_sub/view.php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1 [04/29/2012]

Anonim, 2011. Brain Booster (Nutrisi pengungkit Otak).Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktoral

Jenderal Bina Gizi dan KIA

http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/717

Herodian S. 2009. Pengembangan Buru Hotong (Setaria italica (L) Beauv) Sebagai Sumber Pangan Pokok Alternatif. Diakses melalui http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/30630 [10/12/2011]

Marlin. 2009. Sumber Pangan Tanaman Minor. http://daengnawan.blogspot.com/

Nurmala T dan A.W. Irwan. 2007. Pangan Alternatif Berbasis Serealia Minor (Gandum, Sorgum, Hanjeli, Jewawut dan Soba. Pustaka Giratuna

Qosim, W.A., Nurmala T. 2011. Eksplorasi, Identifikasi dan Analisis Keragaman Plasma Nutfah Tanaman Hanjeli (Coix lacryma jobi L.) Sebagai Sumber Bahan Pangan Berlemak di Jawa Barat.

Rauf A.W. dan Lestari M.S, 2009. Pemanfaatan Komoditas Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif di Papua. Jurnal Libang Pertanian, No.28 (2) ; 54-62.

Simanjuntak Y. dan Ondikleu M. 2004. Pengkajian Komponen Teknologi Mendukung Pengembangan Tanaman Pokem di Biak Numfor. Laporan Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Papua ; 14-19.

Suherman, O., M. Zairin, Awaludin. 2005. Keberadaan dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Jewawut di Kawasan Lahan Kering Pulau Lombok. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/phocadownload/Prosiding/2005/Isi %20Jilid%201.pdf

Suryana, A. 2005. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Otonomi dan Globalisasi. Faperta, IPB, Bogor, 22 November 2005.

Trinitasari.2011. Pengaruh Ekstrak Tepung Juwawut Terhadap Proliferasi Sel Limposit. Skripsi Faperta Institute Pertanian Bogor, Bogor (Tidak dipublikasikan).


(1)

juwawut Bengkulu, Jawa Barat

2013 Seleksi daya hasil kandungan lemak, gluten, calsium dan maltosa

 Diperoleh n genotif

2014 Perakitan daya hasil

 genetik (varietas unggul, pemurnian juwawut)  Teknologi Budidaya (hama

penyakit, iklim, tanah), pasca panen, teknologi hasil

 Alat dan mesin

 PTT juwawut

 Mesin penyosoh pecah kulit dan beras juwawut

2015  Memasyarakatkan juwawut unggul sebagai pangan lokal dan bahan industri minuman

 Pengembangan untuk industri herbal dan minuman

 Varietas, PTT, teknologi pasca panen, produk olahan juwawut

2016  Pemasaran dan kewirausahaan

V. Kerjasama

Kegiatan diawali dengan eksplorasi pada daerah-daerah yang mempunyai potensi tanaman juwawut. Kegiatan ekplorasi akan dilakukan kerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat. Selanjutnya dilakukan koordinasi ke Balai Penelitian Tanaman Serealia sebagai sumber informasi plasma nutfah dan intansi terkait lainnya. Penanaman sampai dengan panen dilakukan di lahan kebun percobaan Unpad Ciparanje, Jatinangor. Sedangkan untuk proses pengolahan alat penggilingan/penyosoh dilakukan kerjasama dengan Litbang Pertanian dan IPB.

VI. Fasilitas

Tabel 4. Fasilitas Laboratorium dan Lapangan

No Fasilitas Keterangan


(2)

1 Lab. Teknologi Benih Faperta, Unpad

Analisis dan pengujian benih

2 Lab. Tanah, Faperta Unpad Analisis dan pengujian tanah 3 Lab. Biokimia organik,

FMIPA Unpad

Analisis nutrisi dan mineral

4 Lab. Hama Penyakit, Faperta Unpad

Modeling Pengelolaan Hama dan Penyakit

5 Lab. Pemuliaan, Faperta Unpad

Rekayasa genetik dan pemurnian varietas

6 Lab. Pasca Panen, FTIP Unpad

Penanganan Pasca panen dan produk olahan

7 Lab. Teknologi Pengolahan Pangan, IPB

Prosesing dan pengolahan produk

8 Lab. Sosek , Faperta Unpad

Analisis, modeling pemasaran d anwirausaha

9 Lahan percobaan

Ciparanje, Faperta Unpad

Uji daya hasil

10 Lahan Percobaan BPTP Bengkulu

Uji daya hasil

11 Lahan Percobaan STIPER, Jayapura

Uji daya hasil

Tabel 5. Fasilitas Yang Diperlukan Dalam Penelitian

No Nama Alat Kegunaan Akses Keterangan

1 Global Position System (GPS)

Untuk mengukur ketinggian tempat

Unpad Lapangan

2 Kamera Untuk dokumentasi Unpad Lapangan dan

Laboatorium 3 Moisture Tester Untuk mengukur kadar

air biji

Unpad Lapangan dan Laoratorium 4 Timbangan

Analitik

Untuk mengukur berat Unpad Laboratorium

5 Timbangan Untuk mengukur berat Unpad Lapangan 6 Handsprayer Untuk mengendalikan

OPT

Unpad Lapangan

7 Leaf Area Meter Untuk mengukur luas daun

Unpad Lapangan

8 Meteran Alat untuk mengukur lahan

Unpad Lapangan

9 Mesin Perontok Alat untuk merontok gabah dari malai

- Lapangan

10 Mesin penggiling Alat untuk

memisahkan biji dari

- Lapangan


(3)

gabah 11 Mesin penepung Alat untuk

menghancurkan biji menjadi tepung

- Lapangan

12 Penutup botol Alat untuk penutup botol minuman

- Laboraorium

13 Lux meter Alat untuk mengukur intensitas cahaya

Unpad Laboratorium

14 Perangkat untuk analisis tanah

Alat untuk menganalis unsur hara

Unpad Laboratorium

VII.Usulan Narasumber

Dua orang nara sumber dari luar Unpad bergelar Doktor dengan identitas

Nama : Dr. Sam Herodian Bidang Keahlian : Pasca Panen

Institusi : Institut Pertanian Bogor (IPB)

Alamat Instansi : Fakultas Teknologi Pertanian Kampus IPB - Darmaga Bogor

No. Telp. Instansi : No.Hp ; email :

Nama : Budi Marwoto Bidang Keahlian :

-Institusi : Litbang Pertanian

Alamat Instansi : Jl. Ragunan No. 29 Ps. Minggu Jakarta Selatan No. Telp. Instansi :

No.Hp ; email :

VIII. Potensi Kepemilikan (HKI) dan Benefit Sharing (nilai ekonomi) produk penelitian

IX.

208


(4)

RENCANA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013-2016

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

PILAR

: Pangan

CLUSTER : Tanaman Pangan; KomoditasJewawut

PENANGGUNG JAWAB PENELITIAN : Prof. Dr. Hj. Tati Nurmala

No

Judul Penelitian

Dana

(Rp)

Penelitian

Bahan

Penelitian

Metode

Digunakan

Alat yang

Output

1

KARAKTERISASI DAN RESPON

FOSFOR TERHADAP

KOMPONEN PERTUMBUHAN, HASIL DAN KANDUNGAN KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) PADA TANAMAN JUWAWUT DI BENGKULU

50.000.00

0

Biji juwawut,

pupuk an

organik.

Pupuk

hayati,

pestisida,

bahan kimia

lab. Dan

bahan

pendukung

lainnya

Eksperimen

Leaf area

meter,

pengukur

kadar air,

kamera, Lux

area meter,

peralatan

analisa

lab.dan

bahan

pendukung

lainnya

Diperoleh n

genotif, PTT

2

KARAKTERISASI DAN RESPON NITROGEN TERHADAP

KOMPONEN PERTUMBUHAN, HASIL DAN KANDUNGAN LEMAK DAN GLUTEN PADA TANAMAN JUWAWUT DI PAPUA

50.000.00

0

Biji juwawut,

pupuk an

organik,

pestisida,

bahan kimia

lab. Dan

bahan

pendukung

lainnya

Eksperimen

Leaf area

meter,

pengukur

kadar air,

kamera, Lux

area meter,

peralatan

analisa

lab.dan

bahan

Diperoleh n

genotif, PTT


(5)

pendukung

lainnya

X.


(6)

XI. Daftar Pusaka

Andarwulan, N., F. Kusnandar, D. Herawati. 2011. Analisis Pangan. Dian rakyat, Jakarta

Anonim, 2011. BPS ; Penduduk Indonesia Menurut Provinsi. Diakses melalui http://bps.go.id/tab_sub/view.php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1 [04/29/2012]

Anonim, 2011. Brain Booster (Nutrisi pengungkit Otak).Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktoral

Jenderal Bina Gizi dan KIA

http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/717

Herodian S. 2009. Pengembangan Buru Hotong (Setaria italica (L) Beauv) Sebagai Sumber Pangan Pokok Alternatif. Diakses melalui http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/30630 [10/12/2011]

Marlin. 2009. Sumber Pangan Tanaman Minor.

http://daengnawan.blogspot.com/

Nurmala T dan A.W. Irwan. 2007. Pangan Alternatif Berbasis Serealia Minor (Gandum, Sorgum, Hanjeli, Jewawut dan Soba. Pustaka Giratuna

Qosim, W.A., Nurmala T. 2011. Eksplorasi, Identifikasi dan Analisis Keragaman Plasma Nutfah Tanaman Hanjeli (Coix lacryma jobi L.) Sebagai Sumber Bahan Pangan Berlemak di Jawa Barat.

Rauf A.W. dan Lestari M.S, 2009. Pemanfaatan Komoditas Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif di Papua. Jurnal Libang Pertanian, No.28 (2) ; 54-62.

Simanjuntak Y. dan Ondikleu M. 2004. Pengkajian Komponen Teknologi Mendukung Pengembangan Tanaman Pokem di Biak Numfor. Laporan Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Papua ; 14-19.

Suherman, O., M. Zairin, Awaludin. 2005. Keberadaan dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Jewawut di Kawasan Lahan Kering Pulau Lombok. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/phocadownload/Prosiding/2005/Isi %20Jilid%201.pdf

Suryana, A. 2005. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Otonomi dan Globalisasi. Faperta, IPB, Bogor, 22 November 2005.

Trinitasari.2011. Pengaruh Ekstrak Tepung Juwawut Terhadap Proliferasi Sel Limposit. Skripsi Faperta Institute Pertanian Bogor, Bogor (Tidak dipublikasikan).