Pengalaman Persalinan TINJAUAN PUSTAKA

Prawirihardjo 2002 partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yaitu bayi dan plasenta yang dapat hidup dari dalam uterus melalui jalan lahir vagina ke dunia luar. Pada persalinan rahim ibu akan mengalami kontraksi, sehingga akan merasakan mules yang menjalar dari perut sampai ke pinggang. Respon tubuh tidak akan sama dirasakan pada setiap ibu, karena diakhir kehamilan terjadi peningkatan hormon oksitosin yang menyebabkan respon aktif his pada rahim ibu, yang akan menimbulkan proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir Bobak, lowdermilk Jensen, 2004. Persalinan adalah proses yang diawali dengan membuka dan menipisnya serviks, dan janin akan turun kedalam jalan lahir. Bayi akan melalui jalan lahir lunak dan jalan lahir keras. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentase kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi ataupun kelainan baik pada ibu maupun pada janin, dan keduanya dinyatakan sehat dan normal Saifuddin, 2006. 2. Jenis persalinan Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang normal dan alamiah, yang akan dialami oleh setiap wanita sepanjang siklus kehidupannya. Namun, dalam beberapa kasus kehamilan yang tadinya berjalan normal dan fisiologis, bisa berubah menjadi kehamilan yang patologis dan harus mendapatkan perawatan yang khusus, seperti pada kasus ibu hamil dengan solutio plasenta. Demikian juga dengan proses persalinan, pada awalnya kita hanya mengenal proses persalinan yang normal melalui jalan lahir normal yaitu persalinan pervaginam, tetapi karena ada masalah yang menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan normal, maka dokter akan menganjurkan persalinan melalui proses pembedahan di bagian perut ibu yang disebut persalinan perabdominal. Menurut Saifuddin 2000 jenis persalinan ada dua, yaitu persalinan melalui jalan lahir persalinan pervaginam dan persalinan melalui jalan lain persalinan perabdominal. a. Persalianan melalui jalan lahir Persalinan pervaginam Menurut Manuaba 1998 bentuk persalinan berdasarkan proses terjadinya terbagi tiga yaitu, persalinan spontan, persalinan buatan, dan persalinan anjuran. Persalinan spontan adalah bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri tanpa intervensi apapun. Persalinan buatan adalah bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, seperti ekstraksi vakum, dan ekstraksi cunam, sedangkan persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. Persalinan anjuran dapat dilakukan dengan jalan, memecahkan ketuban yang bertujuan mengurangi keregangan otot rahim sehingga, kontraksi segera dapat dimulai, persalinan anjuran juga dapat dilakukan dengan induksi persalinan secara hormonalkimiawi. Induksi persalinan secara hormonal dilakukan dengan menggunakan oksitosin drip atau dengan prostaglandin. Induksi persalinan mekanis dilakukan dengan cara memakai batang laminaria dan menggunakan kateter foley. b. Persalian melalui jalan lain Persalinan perabdominal Menurut Saifuddin 2006, persalinan melalui jalan lain persalinan perabdominal yang juga disebut seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Pada proses persalinan perabdominal atau yang disebut persalinan seksio sesarea, sebelum janin dikeluarkan terlebih dahulu ibu akan dibius, sehingga ibu tidak akan merasakan sakit pada saat dokter melakukan pembedahan pada dinding perut ibu. Seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut histerotomi Pritchard, MacDonald Gant, 1991. Seksio sesarea adalah pembedahan yang dilakukan untuk melahirkan janin dengan cara membuka dinding perut dan dinding uterus Prawirohardjo, 2002. Seksio sesarea merupakan prosedur bedah untuk melahirkan janin dengan insisi melalui dindding perut dan uterus Liu, 2007. Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus rahim melalui dinding depan perut atau vagina, juga dapat diartikan suatu histerektomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim Mochtar, 1998. 3. Proses persalinan melalui jalan lahir persalinan pervaginam Pada proses persalinan normal, ibu akan mengalami berbagai tahapan sebelum janin benar-benar keluar ke dunia. Menurut Prawirohardjo 2002, partus persalinan dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I seviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena his yang adekuat dan kekuatan mengedan ibu janin didorong ke luar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Pada kala IV ibu akan lebih diawasi dan dipantau, apakah ada ancaman terjadi perdarahan postpartum atau tidak. a. Kala I Secara klinis dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bercampur darah bloody show. Lendir yang bercampur darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan berlangsung sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm, fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm, fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. Fase-fase ini dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek dan lebih cepat. b. Kala II Kala II disebut juga kala pengeluaran, pada kala II merupakan tahap dimana bayi akan dilahirkan sehingga kondisi yang terjadi pada kala II ini his akan menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk diruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, semakin kuat dan teraturnya his, maka akan mendorong janin untuk dilahirkan dengan pimpinan persalinan oleh bidan atau dokter kebidanan. Pada primigravida kala II berlangsung rata- rata 1,5 jam dan pada multigravida kala II berlangsung rata-rata 0,5 jam. c. Kala III Kala III merupakan kala pengeluaran uri atau plasenta. Setelah bayi lahir, maka pada perabaan uterus akan terasa keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus akan berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta atau uri, yang ditandai dengan tersemburnya darah tiba-tiba dan pada saat dilakukan peregangan tali pusat akan bertambah panjang, biasanya plasenta akan keluar setelah 15 menit secara spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah. d. Kala IV Pada kala ini perlu diamati apakah ada perdarahan postpartum, sehingga kala IV disebut juga kala pengawasan, ibu akan diobservasi selama 2 jam, memperbaiki keadaan umum ibu dengan pemberian cairan yang cukup, pemeriksaan vital sign dan pengawasan kontraksi uterus, dan ibu juga bisa melakukan pemberian ASI pertama bagi bayinya.

C. Persalinan seksio sesarea

1. Istilah-istilah dalam seksio sesarea Proses seksio sesarea ada yang direncanakan dan ada yang dilakukan karena tindakan gawat darurat. Menurut Mochtar 1998, seksio sesarea memiliki beberapa istilah, diantaranya yang sering digunakan untuk membedakan antara yang direncanakn dan yang darurat yaitu, seksio sesarea primer elektif: dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit CV kecil dari 8 cm. Seksio sesarea sekunder : dalam hal ini kita akan mencoba menunggu kelahiran biasa partus percobaan, bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea. Seksio sesarea ulang adalah ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesarea previous caesarean section dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang. Seksio sesarea histerektomi adalah suatu operasi setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung dilakukan histerektomi pengangkatan rahim oleh karena sesuatu indikasi. Operasi porro adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri tentunya janin sudah mati, dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat. 2. Indikasi persalinan seksio sesarea Banyak indikasi yang dapat menyebabkan seorang ibu harus melahirkan secara seksio sesarea. Untuk itu, perlu adanya pengawasan dan pemeriksaan yang lengkap selama kehamilan. Menurut Liu 2007, seksio sesarea dilakukan untuk mengatasi disproporsi sefalo-pelvik dan aktifitas uterus yang abnormal, mempercepat kelahiran untuk keselamatan ibu atau janin, mengurangi trauma janin misalnya presentasei bokong prematur kecil dan infeksi janin misalnya resiko tertular infeksi herpetik atau HIV, mengurangi resiko pada ibu misalnya gangguan jantung tertentu, lesi intrakranial atau keganasan pada serviks, memungkinkan ibu untuk menjalankan pilihan sesuai keinginan. Penyebab utama dilakukan tindakan seksio sesarea bisa berasal dari ibu sendiri, atau berasal dari janin. Menurut Saifuddin 2006, indikasi dilakukan seksio sesarea dibagi 2 antara lain, indikasi pada ibu yaitu, disproporsi sefalo-pelvik CPD, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak dan plasenta previa. Sedangkan indikasi pada janin yaitu, janin besar, gawat janin, letak lintang. Pada ibu, keadaan yang paling sering menghambat persalinan normal adalah bentuk dan ukuran panggul yang tidak sesuai dengan ukuran janin, sehingga janin tidak dapat melewati jalan lahir keras. Hal ini karena pada saat hamil ibu sering dikusuk pada bagian perutnya oleh dukun, padahal akibat dari pengusukan perut yang terlalu sering