Pengalaman Ibu Primipara yang Melahirkan secara Seksio Sesarea
61 di dalam rahim mengalami peningkatan denyut jantung janin yang biasa disebut fetal
distress. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut : “…anaknya besar, terus pinggulnya sempit, jadi itu la
sebab-sebab kenapa kok dioperasi,..” Partisipan 2
”..karena kan detak jantungnya itu diperhatikan meningkat, dia udah stress, tapi dia gak ada dorongan untuk keluar…”
Partisipan 6 c.
Kelainan kontraksi rahim Tiga dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka melahirkan anak
pertama ini secara seksio sesarea karena adanya kelainan kontrkasi rahim, yaitu tidak adanya kontrkasi pada rahim ibu, yang bisa disebabkan karena kurangnya produksi
hormon oksitosin yang berfungsi untuk merangsang terjadinya kontrkasi. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
“ ..anaknya gak itu, gak keluar juga, gak ada uwatnya gitu…” Partisipan 4
“ ,…..tapi gak ada mules cuma keluar air aja banyak kali warna putih, karena kayak gitu dah takut terus ke dokter,
sama sekali gak ada mules..” Partisipan 5
d. Ketuban pecah sebelum waktunya
Dua dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka melahirkan secara seksio ini karena ketuban pecah sebelum waktunya, sehingga cairan ketuban yang ada
didalam rahim ibu berkurang, Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut : “..pas kencing banyak kali keluar air, katanya dah pecah ketuban…”
Partisipan 5
61 “ tiba-tiba ada cairan bening keluar pas itu pagi-pagi subuh,
pas lah sembilan bulan sepuluh harinya itu, terus aja la cairannya itu keluarkan merembes, periksa la langsung,
dibawa la kerumah sakit, terus di USG, dilihat rupanya memang cairan ketubannya itu dah berkurang,..”
Partisipan 6
2. Perasaan yang ibu alami pre operasi
Ada beberapa hal yang dikemukakan oleh partisipan berkaitan dengan perasaannya sebelum proses persalinan secara seksio sesarea berlangsung, yakni
perasaan takut, pasrah dan perasaan tenang. Setiap ibu yang akan menjalani proses persalinan akan mengalami perasaan takut, bercampur aduk, cemas, khawatir. Mereka
khawatir jika bayi yang dilahirkan cacat, takut salah satu di antara mereka ibu dan bayi meninggal, takut dengan rasa sakit. Bagi ibu-ibu primipara yang baru pertama kali
melahirkan, akan mengalami rasa cemas sehubungan pengalaman pertama mereka melahirkan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
a. Perasaan takut
Empat dari tujuh partisipan merasa takut sewaktu melahirkan anak pertama secara seksio sesarea. Ketakutan yang dirasakan ibu bisa berasal dari ketakutan
akan kondisi anaknya yang akan dilahirkan, takut kalau terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Bisa juga rasa takut itu muncul karena yang ada dalam benak ibu jika
dilakukan operasi maka perutnya akan dibelah, dan ketakutan lainnya yang dapat membuat ibu stres sebelum menjalani proses operasi terutama bagi ibu yang belum
punya pengalaman tentang proses persalinan secara seksio sesarea. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
61 “…takut terjadi sesuatu, khawatir aja kalau-kalau terjadi
sesuatu yang gak diinginkan,..” Partisipan 3
“..pertama ya takut, ya takutkan soalnya ya perutnya kan dibelah gitu…”
Partisipan 5
b. Bercampur aduk
Tiga dari tujuh partisipan mengalami perasaan yang berbaur mulai dari rasa cemas, takut, dan khawatir. Kondisi yang membuat ibu mengalami perasaan cemas dan
takut lebih kepada kekhawatiran ibu akan kondisi bayinya, takut kalau terjadi sesuatu dengan anaknya, ada juga karena cemas menghadapi operasi yang belum pernah ibu
rasakan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
“iya semua la kak campur aduk, cemas, takut,… takut kalo terjadi apa-apa sama anaknya, kan dah
dirasakan lama tu, sakitnya dirasain dari pagi sampai pagi lagi kok gak keluar keluar anaknya,..”
Partisipan 2
“ …gimana ya, rasanya deg-degkan iya cemas, bercampur aduk la rasanya,…”
Partisipan 3 “..rasanya ,..ya..campur aduk, namanya juga mau
menghadapi operasi…” Partisipan 6
c. Pasrah
Satu dari tujuh partisipan merasa pasrah sebelum melahirkan anak pertama secara seksio sesarea, hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
“ ..waktu itu dah pasrah aja, karena udah kondisinya
61 memang udah cukuplah dah dicoba dari awal normal..”
Partisipan 7 d.
Perasaan tenang Tiga dari tujuh partisipan merasa tenang sebelum menjalani proses persalinan
secara seksio sesarea, ibu merasa lebih tenang disebabkan karena ibu sudah merasa siap dengan segala resiko yang akan terjadi, walaupun kondisi yang terjadi tidak sesuai
dengan yang ibu harapkan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut : “…perasaan awak dah gak ada lagi la rasa takut,
gak ada sedikitpun cemas, deg-deg kan pun gak, cuma awak tau, awak dah ngerasain diklinik kayak
gimana sakitnya, pokoknya selamat anak ku, itu ajalah, selamat awak udah.”
Partisipan 1 “..juga dah harus persiapkan diri, untuk hal-hal
terburuk. khawatir, takut tuh dah gak ada lagi, malah semangat aja,…”
Partisipan 6
3. Keadaan bayi saat lahir
Semua partisipan yang melahirkan secara seksio sesarea keadaan bayi saat lahir adalah segera menangis, karena proses operasi yang dialami ibu dengan
menggunakan anastesi lokal, dan anastesi ini cenderung aman. Dan perasaan ibu saat mendengar bayinya telah lahir adalah Lima dari tujuh partisipan merasa lega, bahagia,
dan haru pada saat mendengar bahwa bayi mereka yang telah ditunggu selama sembilan bulan telah lahir dengan selamat, setiap ibu pasti menunggu kelahiran bayi mereka
dengan selamat, anugerah yang terbesar bagi seorang wanita ketika mampu melahirkan
61 seorang bayi yang akan menjadi penerus garis keturunan. Hal ini dapat dilihat dari
pernyataan partisipan berikut : “…ya dengar aja kalau dia nangis…”
partisipan 1 “…cuma dengar aja, pas suara nangis si adek dengar,
pas dibawa keluar dipakein baju terus di ciumkan ke saya,…” Partisipan 2
“…pas dah lahir tu rasanya lega la dah lahir juga nya anakku gitu..”
Partisipan 1
“…ya senang la, bayinya lahir selamat normal, lengkap la semuanya kan, jadi yang tadi takut-takut
pun dah gak takut lagi, begitu nengok bayinya …”
Partisipan 5 4.
Hal-hal yang ibu alami selama dirawat di rumah sakit pos operasi Ada beberapa hal yang dialami ibu setelah menjalani proses operasi seksio
sesarea selama ibu dirawat di rumah sakit, yakni, kondisi ibu pos operasi selama dua jam, mobilisasi dini yang ibu lakukan post operasi dan aktivitas dalam merawat bayi.
a. Kondisi ibu pos operasi selama 2 jam
Lima dari tujuh partisipan mengalamai beberapa kondisi setelah selesai operasi sampai dua jam seperti belum bisa bergerak, kaki terasa kebas, ada yang sudah
merasakan denyut pada bagian bekas operasi, ada juga yang belum merasakan apa-apa karena respon tubuh terhadap obat bius berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari
pernyataan partisipan berikut : “…gak bisa bergerak awak, kadang mau rasanya berdenyut..”
Partisipan 1
61 “..belum terasa apa-apa, sampai di ruang perawatan
udah mulai terasa dikit-dikit la, kan dah agak ilang biusnya…” Partisipan 4
b. Mobilisasi dini yang ibu lakukan pos operasi
Semua partisipan yang melahirkan secara seksio sesarea akan melakukan mobilisasi dini pos operasi, selama dirawat di rumah sakit ibu dianjurkan untuk
melakukan mobilisasi dini agar proses penyembuhan dapat berlangsung dengan baik. Proses mobilisasi yang dapat ibu lakukan setelah operasi antara lain, miring ke kiri dan
ke kanan, duduk, jongkok, berdiri, dan berjalan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
“…2 hari la dah bisa miring kiri miring kanan, kan 4 hari di rumah sakit, pas hari ke 3
dah bisa ya jalan, duduk, udah mulai bisa la…” Partisipan 2
“…hari pertama cuma bisa miring kanan, miring kiri….”
Partisipan 3 c.
Aktivitas dalam merawat bayi Semua partisipan dapat melakukan aktivitas dalam merawat bayi,
walaupun masih terbatas seperti memangku bayi, memberikan ASI pada bayi, dan ibu tetap dibantu oleh perawat atau bidan maupun keluarga dalam melakukan aktivitas
dalam merawat bayi. Akan tetapi, ibu belum bisa memandikan bayinya karena kondisi ibu masih lemah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
“kalau mandiin anak saya belum bisa, orang tua saya yang mandiin makein bajunya pun orang tua saya,
61 cuma disuruh duduk, pangkuin terus susui anak saya”
Partisipan 3 “…paling cuma bisa mangku si dedek aja la, dah bisa
nyusui juga la…” Partisipan 4
5. Proses pemulihan yang ibu alami setelah pulang dari rumah sakit
Setelah ibu pulang dari rumah sakit, ibu akan mulai melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun, ada beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan ada pula yang
tidak dapat dilakukan oleh ibu selama beberapa hari dirumah setelah operasi. Proses penyembuhan yang ibu alami tidak sama, ada yang proses penyembuhannya berjalan
lancar, ada yang proses penyembuhannya lambat. Hasil jahitannya ada yang bagus, ada pula yang bermasalah, ibu juga masih mengalami nyeri pada bekas operasi, dan ibu juga
harus menjaga bekas operasi. a.
Aktivitas yang dapat dilakukan Empat dari tujuh partisipan selama beberapa hari dirumah setelah pulang
dari rumah sakit dapat melakukan berbagai aktivitas, seperti, sudah bisa berdiri, jongkok, ke kamar mandi sendiri dan sudah bisa memberikan ASI dengan lancar. Hal ini
dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut : “..ya kalau pas dirumah dah bisa lah awak mo berdiri
mo jongkok, dah bisa karena gak naek-naek tempat tidur,..” Partisipan 1
“..nyusui semakin lancar, jadi gak dikasi lagi susu dodot, cuma ya…malam itu jadinya bergadang…”
Partisipan 7
b. Aktivitas yang terhambat
61 Lima dari tujuh partisipan ada yang mengalami aktivitas yang terhambat
selama beberapa hari dirumah setelah operasi, di antaranya ibu tidak bisa melakukan apapun, misalnya belum bisa merawat bayinya, belum bisa memandikan bayinya, BAB
belum lancar. Kondisi lainnya seperti sulit berjalan, merasa lemas dan tidak lancar pengeluaran darah kotornya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :
“…tapi belom bisa merawatnya, jadi ibu saya lah yang ngerawatnya…”
Partisipan 2 “….kalau mandiin belum bisa la, yang mandiin masih
perawatnya dari rumah sakit,…”
Partisipan 7 “ ..lemas aja bawaannya, rasanya gak lancar la
darah kotornya keluar, gak lancar kayak yang lahir normal itu la..”
Partisipan 1 c.
Proses penyembuhan yang ibu alami post operasi Enam dari tujuh partisipan mengalami proses penyembuhan pos operasi
dengan lancar, empat dari tujuh partisipan mengalami proses penyembuhan yang lambat, serta tiga dari tujuh partisipan masih mengalami nyeri pada bekas operasi. Hal ini dapat
dilihat dari pernyataan partisipan berikut : “..biasa aja la kayaknya, berjalan lancar aja ya, ya…
agak cepat juga la, cepat kering karena kan dah sepuluh hari siap operasi kan dah bisa buka perban,
hasilnya dah bagus,..”
Partisipan 7 “..lambat awak bisa berjalan, mau berjalan awak
cuma bisa nunduk,….dah hampir sebulan tapi gak bisa ngapa-ngapain,..”
Partisipan 1
61 “..sembuhnya lama, 2 minggu baru hilang denyut-denyutnya…
terus apa..pun perawatannya itu pun ribet ya,..” Partisipan 5
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa beberapa alasan ibu melahirkan anak pertama secara seksio sesarea adalah karena kelainan jalan
lahir, kelainan pada janin, kelainan kontraksi rahim, dan ketuban pecah sebelum waktunya.
Perasaan yang ibu alami pre operasi ada yang merasa takut, bercampur aduk, pasrah dan ada juga yang merasa tenang. Keadaan bayi saat lahir adalah semua
partisipan mengatakan keadaan bayi saat lahir segera menangis, perasaan ibu saat mendengar bayinya telah lahir berbeda-beda ada yang merasa haru, lega dan bahagia,
Hal-hal yang ibu alami selama dirawat di rumah sakit pos operasi antara lain kondisi ibu pos operasi selama 2 jam, mobilisasi dini yang ibu lakukan pos operasi
adalah miring kiri dan kanan, berdiri, jalan, jongkok, dan aktivitas dalam merawat bayi, ibu sudah bisa melakukan pemberian ASI.
Proses pemulihan yang ibu alami setelah pulang dari rumah sakit antara lain aktivitas yang dapat dilakukan, aktivitas yang terhambat, dan proses penyembuhan pos
operasi yang ibu alami berbeda-beda ada yang berjalan lancar, ada juga yang berjalan lambat.