GubenurWakil Gubenur, BupatiWakil Bupatai dan WalikotaWakil Walikota masyarakat Agara.
A. 3. Proses Pengusungan Bakal Calon
Awalnya proses pengusungan bakal calon diikuti oleh delapan 8 pasangan: Pertama : pasangan Drs. H. Armen Deski H. M. salim Fakhry, SE, M.M, kedua :
pasangan H. Hasan Basri Selian Tgk. Drs. Saribun Salim, ketiga : pasangan Tgk. Appan Husni Js Drs. H. Abdurrahim Skd, keempat : pasangan Ir. H. Hasanuddin,
B.MM Drs. H Syamsul Bahri, kelima : pasangan Muhammad Rido Supri Yunus, Spd, keenem: pasangan Ir. H. Abustian, ME Djalidun Keruas, ketujuh : pasangan
Gandhi Bangko Rajadun Pagan, kelapan : pasangan Drs. H. Darmansyah, M.M Kasim Junaidi, SE.
49
1. 1. Partai politik atau gabungan partai politik hanya dapat mengusulkan
1 satu pasangan calon. Pasal 37 ayat 1 2 PP No.6 tahun 2005 tentang pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Adapun bunyi dari pasal tersebut adalah sebagai berikut:
2. 2. Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang telah diusulkan
dalam satu 1 pasangan oleh partai Politik atau gabungan Partai politik
49
Wawancara dengan Bapak Drs. Sukuruddin Staf Subag Umum KIP Kabupaten Aceh Tenggara, Senin 1 Oktober 2007.
Universitas Sumatera Utara
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, tidak boleh di calonkan lagi oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Lainya.
Dari keterangan di atas secara jelas dinyatakan bahwa pengusungan bakal calon yang dilakukan Partai Politik tidak boleh dari satu calon, dan apabila lebih dari satu
calon dianggap telah menyimpang menyalahi aturan dari PP no. 6 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala daerah dan Wakil
Kepala Daerah khususnya Pasal 37 ayat 1 2.
A. 4. Proses Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah.
Penerapan Otonomi Daerah sebagai implementasi UU No. 22 tahun 1999 yang telah di revisi menjadi UU No 32 Tahun 2004 ternyata telah melahirkan pergumulan
politik lokal yang sangat menarik untuk dicermati. Melalui UU tersebut terjadi pengalihan beberapa kewenagan yang semula berada ditangan pemerintah pusat
berubah menjadi wewenang daearah. Pemerintah daerah semula bedasar undang-undang No. 5 tahun1974 daerah hanya menjalankan azas dekonstrasi, maka melalui UU yang
baru diubah menjadi kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat DPRD setempat. Pergeseran ini memunculkan harapan sebab selama Orde Baru Melalui UU No. 5
Tahun 1974 memang ada kesan kuat bahwa Kepala Daerah mencerminkan kehendak Pemerintah Pusat dari pada mendengarkan aspirasi Rakyat Daerah.
Melalui penerapan Otonomi Daerah maka Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD sebagai lambaga perwakilan rakyat daerah memegang legitimasi politik dan
yuridis-formal sekaligus, untuk melakukan Pemilihan Kepala Daerah. Namun, pada
Universitas Sumatera Utara
kenyataannya, beberapa kasus Pemilihan Kepala Daerah pada era otonomi daerah dewasa ini, telah memunculkan sejumlah konflik ditingkat lokal, yang disebabkan oleh
kuatnya persaingan elit politik dalam proses Pemilihan Kepala Daerah, kenyataan bahwa Kepala Daerah pilihan DPRD berbeda dengan aspirasi rakyat, atau pada
fenomena merebaknya praktek politik uang money politics dimana peran sentral DPRD dalam menentukan Kepala Daerah, mendorong orang berspekulasi untuk
membeli suara mayoritas anggota DPRD. Pemilihan Bupati langsung di Kabupaten Aceh Tenggara yang diselenggarakan pada 11 Desember 2006 diikuti oleh delapan 8
calon BupatiWakil Bupati dengana No urut: pertama, Drs. H. Armen DeskyH.M. Salim Fakhry, SE.MM, kedua, H.Hasan Basri SelianTgk. Drs. Saribun Salian, ketiga,
Tgk. Appan Husni JsDrs. H. Abdurrahim Skd, keempat, Ir. H. Hasanuddin,B.MMDrs. H. Syamsul Bahri, kelima, Muhammad RidoSupri Yunnus, Spd, keenam, Ir. H.
Abustian, MEDjalidun Keruas, ketujuh, Gandhi BangkoRajadun Pagan, delapan, Drs. H. Darmansyah, MMKasim junaidi, SE. Sesuai ketetapan KIP aceh Tenggara pada
tanggal 26-28 april 2006 Tentang Penetapan Penetuan Nomor Urut dan Pengumuman Calon Kepala Darah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2006.
Pemilihan ini diikuti oleh 11 Kecamatan yang terdiri dari 249 Desa dan 1 Kelurahan dengan jumlah pemilih sebanyak 114.880 Jiwa atau mencapai 46.13 yang
terdiri dari 56.402 laki-laki atau mencapai 22.65 58.478 perempuan atau mencpai 23.49 hal ini dapat di lihat pada tabel delapan 8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8 DATA PEMILIH TETAP
KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2006 No Kecamata
Jlh Desa Jumlah Pemilih
LK PR
Jumlah
1. Babussalam
19 8.358
8.403 16.761
2. Lawe Bulan
24 5.433
5.662 11.095
3. Badar
32 7.319
7.545 14.863
4. Darul Hasanah
18 3.336
3.448 6.784
5. Bambel
32 6.724
7.626 14.350
6. Bukit Tusam
18 3.187
3.136 6.323
7. Semadam
16 3.335
3.583 6.918
8. Lawe Sigala-gala
26 5.726
6.270 11.996
9. Babul Makmur
23 5.421
5.671 11.092
10. Lawe Alas 23
5.098 4.598
9.696 11. Babul Rahmah
18 2.465
2.536 5.001
JUMLAH 249
56.402 58.478
114.880
Sumber : Komisi Independen Pemilihan KIP Kabupaten Aceh Tenggara Adapun jumlah Tempat Pemungutan Suara TPS pada Pemilihan Kepala
Daerah Kabupaten Aceh Tenggara sebanyak 492, sedangkan jumlah KKPS nya sebanyak 2.681,. Hal ini dapat di lihat pada table sembilan 9.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9 REKAPITULASI TPS KPPS PER DESA KABUPATEN ACEH
TENGGARA TAHUN 2006 No
Nama Kecamatan Jlh Desa
Jlh TPS Jlh KPPS
1. Babussalam
19 62
434 2.
Lawe Bulan 24
43 238
3. Badar
32 68
189 4.
Darul Hasanah 18
28 196
5. Bambel
32 66
329 6.
Bukit Tusam 18
26 182
7. Semadam
16 27
189 8.
Lawe Sigala-gala 26
46 322
9. Babul Makmur
23 50
168 10. Lawe Alas
23 40
224 11
Babul Rahmah 18
36 210
JUMLAH 249
492 2.681
Sumber: Komisi Independen Pemilihan KIP Kabupaten Aceh Tenggar Sementara itu jumlah penduduk Aceh Tenggara pada tahun 2006 mencapai
168.874 yang terdiri dari Laki-laki 83.980 jiwa 94,72 sedangkan perempuan sebanyak 84.894 jiwa 50,27. Hal ini dapat dilihat pada table sepuluh 10.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10 DATA PENDUDUK KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2006
No KECAMATAN LK
PR JUMLAH
1. Babussalam
11.599 11.849
23.448 2.
Lawe Bulan 8.257
8.351 16.608
3. Badar
11.792 11.460
23.252 4.
Darul Hasanah 5.403
5.416 10.819
5. Bambel
9.887 10.252
20.139 6.
Bukit Tusam 4.591
4.630 9.221
7. Semadam
4.980 5.134
10.114 8.
Lawe Sigala-gala 8.407
8.567 16.974
9. Babul Makmur
7.326 7.481
14.807 10. Lawe Alas
7.316 7.447
14.763 11. Babul Rahmah
4.422 4.307
8.729
JUMLAH 83.980
84.894 168.874
Sumber: Komisi Independen Pemilihan KIP Kabupaten Aceh Tenggara Dari data di atas antara jumlah penduduk 168.874 jiwa dengan jumlah pemilih
114.880. Hal ini menunjukan bahwa hanya 68,02 saja masyarakat Aceh Tanggara yang ikut berpartisipasi di dalam Pemilihan Kepala Daerah secara langsung.
Pasca pemilihan Bupatiwakil Bupati aceh Tenggara, Komisi Independen Pemilihan KIP Aceh Tenggara Surat Gubenur Nomor: 270391X12006 pada tanggal
20 Nopember 2006 mempercepat pengumuman hasil perolehan suara yang seharusnya pada tanggal 9 Juni 2007 berubah menjadi tanggal 11 Juni 2007 dengan alasan suhu
politik Aceh Tenggara sangat panas, siapapun menjadi pemenang Pilkada Yang cukup tinggi di Kabupaten Aceh Tenggara Pasca Pilkada maka dialah yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
BupatiWakil Bupati Prode 2007-2012 nanti. Hasil Perolehan Suara yang di umumkan 11 Jini 2007 oleh Komisi Independen Pemilihan Provinsi Nanggroe Darussalam
menyatakan bahwa pasangan Ir.H. Hasanuddin.B.MMDrs.H.Syamsul Bahri lebih unggul di antara kandidat atau calon lainya dengan perolehan suara sebanyak 33,091
28,8, kemudian disusul oleh pasangan Drs.H.Armen DeskyH.M.Salim Fakhry,SE,MM dengan perolehan suara sebanyak 30,746 26,76.
Adapun jumlah perolehan suara pada pemilih Kepala Daerah langsung Pilkadasung dapat dilihat pada tabel sebelas 11
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11 disini tempatnya halaman 66
Universitas Sumatera Utara
Ketika hasil perolehan suara ini di umumkan ke publik, ratusana massa pendukung pasasangan Drs H.Armen DeskyH.M.Salim Fakhry SE.MM merasa tidak
puas dengan hasil yang di umumkan oleh KIP, massa melakukan aksi demontrasi ke jalan-jalan, bahkan ke Komisi Independen Pemilihan KIP, dan kegedung olah raga
Gor tempat rekapitulasi penghitungan suara nantinya dilakukan. Untuk menolak hasil perolehan suara yang dinilai penuh dengan nilai kecurangan dan rekayasa, dalam aksi ini
dari kubu armenfakhry melakukan aksi kejalan-jalan dan mengalami cedera sebanyak lima 5 orang, dan dari kubu massa pendukung sanusyamsul sebanyak tiga 3 orang
bahkan dari pihak aparat keamanan Kapolres Agara Kabag Ops AKP. Didik DS.
50
Karena proses pengumuman hasil suara terlalu cepat dan tidak memenuhi aturan yang berlaku. Massa pendukung pasangan Drs H.Armen DeskyH.M.Salim Fakhry
SE.MM. Mengalami luka-luka demi memenangkan pilihanya terbukti melakukan aksi mereka Minggu 25 Maret 2007 di gedung olah raga GOR Aaceh tenggara. Tim
pendukun ArmenFakhry menilai bahwa kemenangan pasangan Ir.H.Hasanuddin, B.MM Drs.H.Syamsul Bahri tidak murni dan penuh dengan rekayasa. Oleh karenanya massa
pendukung Armen Desky H.M.Salim Fakhry SE.MM meminta komisi independen pemilihan KIP kabupaten aceh tenggara untuk menyelenggarakan Rekapitulasi
mengatakan bahwa dua 2 personilnya mengalami luka-luka. KAPOLDA NAD mengirimkan personilnya ke KAPOLRES AGARA untuk mengamankan rekapitulasi
penghitungan suara di AGARA sebanyak 150 personil Brimob Berigadir Mobil, dan satu 1 SSKsatuan setingkat kompi dan KAPOLRES Dalmas Gayo Lues tambah Aceh
Selatan mereka di tugaskan di Aceh tenggara selama dua 2 Minggu. Personil Polri menangani situasi keamanan pada rekapitulasi di Aceh tenggara Minggu 25 Maret 2007.
50
Hasil Wawancara dengan Kabag OPS, AKP.Didik, DS Kalpores Aceh Tenggara, Rabu 3 Oktober 2007.
Universitas Sumatera Utara
penghitungan suara pemilih Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Aceh Tenggara diulang, karena proses pemilihan Bupati Kabupaten Aceh Tenggara dinilai penuh dengan nuansa
politik kepentingan elit-elit tertentu. Konflik ini sebenarnya dipicu oleh adanya indikasi pengelembungan suara, yang
dilakukan oleh pasangan Ir.H.Hasanuddin,B.MMDrs.H.Syamsul Bahri didalam pemilihan Kepala Daerah secara langsung pada Tanggal 11 Desember 2006 di Kabupaten
Aceh Tenggara. Yang intinya merekomendasikan kepada KIP Aceh Tenggara untuk melakukan penghitungan ulang suara. Namun rekomendasi dari panwaslih Kabupaten
Aceh Tenggara tersebut di abaikan begitu saja oleh KIP Aceh Tenggara. Drs.H. Umurruddin,MM Tim sukses Pasangan Drs.H.Armen DeskyH.M.Salim
Fakhry,SE.MM lebih lanjut mengatakan bahwa ada beberapahal yang menjadi pemicu utama terjadinya konflit antara dua belah pihak, yaitu:
- Karena tidak adanya kenetralan penyelenggara Pilkada.
- Ditemukannya pemilih di bawah Umur Usia 15 Tahun yang di
arahkan untuk memilih pasangan Ir.H.Hasanuddin,B.MMDrs.H.Syamsul Bahri di Kabupaten Aceh Tenggara.
- Adanya keberpihakan KIP Aceh Tenggara, karena diduga terlibat sebagai
salah satu tim sukses pasangan Ir.H.Hasanuddin, B.MMDrs.H.Syamsul Bahri pada Pilkada Aceh Tenggara tahun 2006.
- Karena dukungannya merasa tidak puas terhadap keputusan dari pihak
penyelenggara pemilu.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku politik yang kurang siap menerima kekalahan, menjadi salah satu penyebab banyak sengketa pemilihan kepala daerah Pilkada. Peraturan Perundang-
undangan sebaiknya bisa menutup celah bagi pengajuan gugatan hukum terhadap persoalan Pilkada.
51
51
Wawancara dengan Drs.H. Umurruddin, MM Tim sukses Pasangan Drs.H.Armen DeskyH.M.Salim Fakhry,SE.MM. Senin 1 Oktober 2007
.
Anggota KPU Endang Sulastri menjelaskan, karene kekurangsiapan kandidat yang kalah membuat mereka berusaha mencari celah untuk melakukan gugatan hukum.
Akibatnya, apapun hasil dari pilkada, akan terus memuai gugatan karena celah- celah untuk menggugat terus dicari oleh peserta Pilkada yang kalah. “Penyebab utama adalah
perilaku politik yang kurang siap menerima kekalahan,” tegas Endang, dalam beberapa bulan terakhir, berbagai gugatan hukum terhadap hasil Pilkada di ajukan kepengadilan
oleh kandidat yang kalah, karena tidak adanya kenetralan penyelenggara Pilkada, karena dukungananya merasa tidak puas terhadap keputusan dari pihak penyelenggara Pemilu
KIP, adanya pengelembungan suara, dan setelah masyarakat mengetahui kemenengan salah satu kandidat kemudian kemenangan itu di kalahkan kembali. Beberapa putusan
hukum atas gugatan hasil pilkada ini menimbulkan sengketa berkepanjangan bahkan konflit antaranggota masyarakat seperti terjadi di Aceh Tenggara. Celah kelemahan ini
terdapat pada daftar pemilih yang bermasalah dan perilaku incumbent yang ikut dalam Pilkada. Para incumbent sering di tuding memainkan peran dalam pendataan pemilih,
sehingga banyak calon pemilih dikantong-kantong suara lawan, tidak terdaftar sebagai pemilih. “Perilaku dan sistem pendataan pemilih ini yang banyak di gunakan sebagai
senjata untuk melakukan gugatan,”.
Universitas Sumatera Utara
Selain perilaku politik tidak dewasa,
52
Dikatakan, adalah tidak patut kemudian ada pihak yang mengalangi proses pelantikan BupatiWakill Bupati terpilih yang sudah di setujui Mendagri.”Kami tidak
membela siapa-siapa dan tidak kenal dengan pememenang. Yang harus kami bela adalah kepentingan Aceh secara keseluruhan,” ujurnya di sebutkan, selama ini kabupaten Aceh
perhitungan suara yang tidak benar terkait hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya semisal pemilihan KIP Provinsi dan
KabupatenKota yang terlibat dalam kecurangan perhitungan suara. “Tidak dapat di pungkiri bahwa penyelenggara di tingkat daerah yang tidak netral menjadikan proses
tahapan pilkada menjadi bermasalah. Dan ini menimbulkan konflik dalam Pilkada Aceh Tenggara,” untuk menyiasatinya, KIP meminta kepada KIP Provinsi dan KabupatenKota
agar bisa melakukan tahapan Pilkada sesuai amanat undang-undang Pemeritahan Aceh No.11 Tahun 2006.
Komite pemilihan Aceh KPA menilai, ada elit politik sengaja membangun polimik hasil pemilihan hasil kepala daerah Pilkada di kabupaten aceh Tenggara
Agara untuk menciptakan konflik di propinsi aceh dengan pola baru. “Menduga pihak- pihak yang terlibat dalam membangun polimik pilkada di Aceh Tenggara merupakan
sebuah episode pembangunan konflik aceh dengan pola baru,” kata juru bicara KPA pusat, Ibrahim Syamsuddin KBS di Banda Aceh, Minggu. Ia menytakan, soal pilkada
Agara, semua episude “Sandiwara” sudah selesai, surat keputusan pengangkatan Bupatiwakil Bupatai sudah di tandatangani Mendagri. Untuk itu, semua pihak harus
menerima ini sebagai putusan final.mendagri menetapkan pasangan Hasanuddin dan Syamsul bahri sebagai Bupati dan wakil Bupati Aceh Tenggara.
52
Lihat Harian SerambiMekah, Jumat 2Nopember 2007.
Universitas Sumatera Utara
Tenggara tidak pernah bergejolak, tetapi akhir-akhir ini ketika bagian Aceh lainnya sudah aman, tiba-tiba daerah itu dipicu dengan komplik baru, yaitu prokontra hasil pilkada yang
telah berlangsung 11 Desember 2006. Ibrahim menyatakan, DPRD Agara tidak pantas beraksi seperti itu dan memaksakan kehendak untuk melanggar proses demokrasi di
daerah itu sebagaian anggota DPR Kabupaten Agara menyatakan, tidak akan hadir pada acara pelantikan BupatiWakil bupati setempat oleh Gubenur Irwandi Yusuf, atas nama
Mendagri.patutu di duga beberapa elit politik di dewan punya semiosis dengan penguasa lama. Mungkin mereka kuawatir kalo kekuasaan beralih, maka borok perselingkuhan
mereka terbuka. Selam ini, hasil laporan yang kami terima, Agara termasuk daerah paling bermasalah dan banyak penyimpangan anggaran, begitu juga illegal logging, aktor
utamanya adalah elit politik termasuk di DPRK Agara, katanya. Disebutkan, KPA juga mempertanyakan pernyataan dua elit partai Golkar, yaitu
Agung laksono Ferry Mursyidan Baldan, yang menyatakan terkejut dengan penetapan pasangan bupatiWakil Bupati yang sudah di tandatangani Mendagri. Terlihat sekali apa
yang mereka ucapkan tidak lebih dari upaya harap melanggengkan kekuasaan kadernya, walaupun menyalahi aturan, ujurnya.
Sebaiknya elit politik pusat agar tidak berkomentar sesuatu yang tidak memahami konteks. Ferry adalah putra Aceh, nasionalisme anda memang di acumi jempol, untuk itu
sayangilah saudara anda dengan usaha membawa suasana yang lebih sejuk, selama ini elit partai golkar di pusat terkesan selalu merasa benar, namundari pernyataan soal
pilkada Agara, jelas lebih terlihat kali mereka tidak berpihak kepada demokrasi. Ia menyatakan, usai pilkada lalu, ada kader partai Golkar yang terpuilih menjadi Bupati,
Universitas Sumatera Utara
pada hal masih dalam masalah hukum, namun pemerintah Aceh tetap melantik, karena memang hasil pilihan Rakyat.
C. Penyelesaian Konflik