akan melakukan transformasi menjadi gerakan politik dengan membentuk partai-partai politik. Suasana baru ini disambut dengan antusias oleh banyak kalangan karena mereka
melihat bahwa diantara agenda penting di Aceh adalah merawat perdamaian dan menyuburkan demokrasi. Perdamaian tidak bisa langgeng ketika kelompok kritis dan
strategis tidak bisa mendapatkan ruang untuk mengartikulasikan kepentingan politiknya.
32
Sedangkan desetralisasi berasal dari bahasa latin yaitu de yang berarti lepas, dan centrum yang berarti pusat. Dengan demikian Desentralisasi berarti dilepas atau lepas
E. 3.4. Pilkada Menurut UU No.322004 UU.112006
Berbicara pilkada ada dua yang harus di perhatiakan , yaitu: 1 Undang-undang No. 32Tahun 2006 tentang pemerintahan daerah.
Undang – undang No. 322006 tentang pemerintahan daerah melahirkan sebuah gagasan Otonomi Daerah secara luas kepada KabupatenKota yang didasarkan pada
program disentralisasi. Otonomi Autonomie berasla dari bahasa Yunani yaitu kata auto yang berarti sendiri nomos yang berarti Undang-undang TB. Silalahi,1996, mengutip
kamus Petitlarousse. Dengan demikian Otonomi adalah “ pemberian hak dan kekuasaan perundang-undangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri kepada instansi,
perusahan Daearah. Menurut UU No.322006, Otonomi Daerah didefinisikan sebagi “kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasrkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
32
M
.Rizwan Haji Ali : Staf Pengajar Program Studi Ilmu Politik, FISIP, Universitas Malikussaleh. FDT Bidang Politik Aceh Institute Maret 2007.
Universitas Sumatera Utara
dari pusat. Davit Osborne dan Ted Gaebler dalam bukunya yang terkenal “Reinventing Goverment” hlm.250, mengatakan ada empat keuntungan dari desentralisasi, yaitu:
1. Desentralisasi jauh lebih fleksibel dari pada sentralisasi, oleh karena itu
Desentralisai dapat merespon dengan cepat perubaha-perubahan lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
2. Desentralisasi jauh lebih efektif dari pada sentralisasi.
3. Desentralisasi jauh lebih inovatif dari pada sentralisi.
4. Desentralisasi lebih meningkatkan moral, komitmen dan produktifitas.
Di dalam UU No.221999 bahwa Kepala Daerah dipilih oleh DPRD bukan dipilih oleh rakyat, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 35 Undang-undang No.221999
seperti yang telah disebut kan di atas. 2. Undang-Undang No.11 Tahun 2006 tentang pemerintahan daerah Aceh.
Lahirnya UU. No.112006 tentang pemerintahan daerah Aceh ini di latar belakangi oleh berbagai ketidak sempurnaan dari peraturan perundangan yang dulu terbit
yaitu UU.No.221999 tentang pemerintahan daerah.
33
Didalam undang-undang No.112006 pemelihan kepala daerah dilakukan secara langsung artinya kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat. Jadi yang di maksud kepala
Undang-undang pemerintahan Aceh No.112006. Yang di maksud pemerintahan daerah menurut Undang-Undang
No.112006 adalah pelaksanaan fungsi- fungsi daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintahan Daerah dan DPRD.
33
Daniel S.Salossa,Mekanisme, Persyaratan, dan Tatacara Pilkada Langsung Menurut UU .No.322004 tentang Pemerintahan Daerah Yogyakarta: Media Prssindo,2005,hlm 9. dan Pemerintahan Daerah Aceh
No.112006 ,2004 hlm 2.
Universitas Sumatera Utara
daerah adalah kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis.
34
Kajian tentang Pilkada secara langsung pada dasarnya merupakan pilar yang bersifat memperkukuh bangunan demokrasi secara nasional. Sebagai mana dinyatakan
oleh Tip O Neiil,”all politics is lokal”, Pemilihan
secara demokratis terhadap kepala daerah tersebut, dengan mengingat bahwa tugas dan wewenang DPRD menurut UU.No.22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menyatakan antara lain bahwa DPRD
tidak memiliki tugas dan wewenang untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka pemilihan secara demokratis dalam UU. Ini dilakukan secara rakyat secara
langsung dan Kepala Daerah dalam melaksankan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah, dan perangkat Daerah.
E.3. 5.Pilkada Sebagai Demokratisasi Politik Lokal
35
Secara sederhana demokrasi adalah sebuah sistem untuk membuat keputusan- keputusan politik dimana individu-individu mendapat kekuasaan melalui pertarungan
kompetitif memperebutkan suara rakyat. Pemaknaan demokrasi, dengan tekanan pada yang berarti demokrasi akan berkembang subur
dan terbangun kuat diaras nasioanal apabila tingkatan yang lebih rendah Lokal nilai- nilai demokrasi berakar kuat.Pilkada secara langsung adalah perkembangan menarik
dalam sejarah perpolitikan lokal di Negeri ini, karena pilkada langsung merupakan momentum pelekatan dasar fondasi kedaulatan rakyat dan sistem politik serta demokrasi
di aras lokal.
34
Daniel S. Salossa, Ibid, hlm.15.
35
Dikutip dari Indra J. Piliang, UU. No.322004 Tentang Pemerintahan Daerah: Peluang, Tantangan dan Prospek, tidak di terbitkan, Januari 2005.
Universitas Sumatera Utara
konsep kompotisi dan partisipasi, antara lain di anut oleh Samuel P.Huntinton.
36
Syamsudin Haris Berlangsungnya Pemilu berkala yang bebas adil, demokratis, kompotitif, dan dengan hak
pilih universal merupakan pembeda paling penting antara sistem demokrasi dan sistem otoriter.
37
Bob Sunggeng Hadiwinata dan Puis Sunggeng Prasetyo di dalam Analisisnya yang berjudul Pilkada Langsung dan
Penguatan Demokrasi di Indonesia Pasca Soeharto yang di sampaikan dalam Seminar Nasional XIX dan Kongres VI AIPI. “Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung dan
Demokratisasi di Indonesia,” Batam, 22-24 Maret 2005, mengatakan bahwa meskipun Kepala-Kepala Daerah hasil Pilkada memiliki legitimasi yang kuat lantaran di pilih
secara langsung, Pemerintaha lokal produk Pilkada belum tentu menjanjikan kualitas demokrasi lokal dan tata pemerintahan daerah yang lebih baik. Selain problem legitimasi
yang kompleks, masyarakat tampaknya harus siap kecewa terhadap kualitas kinerja dan akuntabilitas mereka.
38
36
Samuel P.Huntinton,Gelombang Demokrasi ke Tiga, Jakarta: Pustaka Utama Grapiti, 1997
37
Lihat Jurnal Ilmu Politik No. 20 Tahun 2006.
38
I Made samiana, dkk. Editor, Etika Politik Dan demokrasi Dinamika Politik Lokal di Indonesia, Jakarta: Pustaka Percik, 2006, hlm. 9.
Di dalam paparanya yang berjudul “Dinamika Low Politics: Kontribusi Demokrasi Lokal Pedesaaan
terhadap Demokratisasi di Indonesia” yang di sampaikan dalam Seminar Internasional keenam, kampoeng percik, Selasa 2 Agustus 2005 mengatakan, bahwa hal yang
membedakan demokrasi lokal dengan demokrasi lainnya adalah bahwa demokrasi lokal terdapat unsur otonomi lokal yang menyangkut kebebasan dari intertensi politik pusat,
dan kebeasan untuk merefleksikan nilai-nilai dan norma-norma lokal. Kedua hal tersebut penting, mengingat bahwa besarnya intervensi pusat sebagaimana tercermin pada Orde
Universitas Sumatera Utara
Baru, ternyata mematikan demokrasi dan bahwa berbagai aktivitas seperti seleksi kepemimpinan, kontrol, dan bahkan pembuatan keputusan sering kali melibatkan norma
institusi- institusi tradisional setempat. Syarif Hidayat
39
Tommi A. Legowo di dalam Makalhnya yang berjudul “Urgensi dan Bahaya
Pilkada” yang dismpaikan pada seminar Internasional keenam, Kampoeng Percik, 2 Agustus 2005 mengatakan bahwa Desentralisasi dan Otonomi Daerah sangat terkait
dengan pencapaian tujuan hakiki dari Disentralisasi dan otonomi Daerah, yakni melahirkan good governance, kemakmuran, dmokratisasi ditingkat lokal. Beberapa
ilmuwan mencoba membangun preposisi atau postulat, misalnya Brian Smith mengatakan bahwa Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan salah satu
prasyarat untuk terujutnya accountability, responsvitas dan political equity persamaan politik di tingkat lokal. Hal serupa juga dikemukakan arghiros, yang mengatakan
Desentralisasi sebagai alat dan demokratisasi sebagi tujuan, maka pilkada merupakan bagian yang menghubungkan alat tujuan tadi.
40
39
I Made samiana, Ibid, hlm. 22.
40
Lihat Jurnal Ilmu Politik No.20,Tahun 2006, hlm 42-49
di dalam analisisnya yang berjudul Pemilihanan Kepala Daerah Secara langsung, Good Governance dan Masa Depan Otda yang di sampaikan
dalam Seminar Nasional XIX dan Kongres VI AIPI “Pilkada Secara Langsung dan Demokratisasi di Indonesia,” Batam, 22-24 Maret 2005 mengatakan bahwa Pilkada
secara langsung sebenarnya merupakan pengejawantahan salah satu perinsip Good Governance, yaitu prinsip partisipasi publik, dalam arti publik secara langsung terlibat
dalam proses menentukan keputusan untuk memilih Kepala Daerah. Terselenggaranya
Universitas Sumatera Utara
Good Gavernance di daerah akan merupakan jaminan bagi Otonomi Daerah yang ;langsung dan bermutu. Tetapi Otonomi daerah yang di dasarkan pada program
Desentralisasi pemerintahan juga akan tergantung pada Polotical Will Political Commitment dari pemerintahan di tingkat pusat. Kedua hal ini merupakan faktor- faktor
utama untuk menimbang masa depan Otonomi Daerah. Otonomi Daerah yang di dasarkan pada program Desentralisasi meniscayakan kewenangan pemerintah pusat untuk
menentukan seberapa besar dan luas Otonomi Daerah itu akan di berikan. Pemerintahan pusat yang di kuasai secara bergantian oleh kekuatan- kekuatan politik yang berbeda-
beda aliran dapat berpengaruh terhadap berubah-ubahnya kebijakan desentrilisasi yang di terapkan untuk masa-masa yang berbeda-beda.
Smith, Dahl, maupun Mawhood mengatakan bahwa untuk mengujutkan apa yang di sebut: Lokal Accountability, Political equity, and lokal responsiveness, yang
merupakan tujuan Desentralisasi, ada beberapa prasyarat yang harus di penuhi yakni: Pemerintahan Daerah harus memiliki teritorial kekuasaan yang jelas legal territorial of
power; memiliki Pendapatan Daerah sendiri lokal own income; meimiliki lembaga perwakilan rakyat lokal representative body yang berpungsi untuk mengontrol
Eksekutif Daerah; dan adanya Kepala Daerah yang di pilih secara langsung oleh masyarakat melalui mekanisme pemilihan umum Syarif Hidayat, 2002.
Fitriyah
41
41
Lihat Jurnal Ilmu Politik No. 20, Tahun 2006, hlm. 23-24
di dalam Teorinya yang berjudul Sistem dan Proses Pilkada Secara Lngsung yang di sampaikan dalam Seminar Nasional XIX Kongres AIPI VI : “Pilkada
secara langsung Demokratisasi di Indonesia,” Batam, 22-24 Maret 2005 mengatakan bahwa kebijakan Otonomi luas dibawah UU. No.221999 belum membawa perubahan
Universitas Sumatera Utara
yang signifikan terhadap peran rakyat dalam rekrutmen pejabat publik maupun dalam kebijakan publik. Dalam Pilkada peran rakyat sangat minimal, karena UU No.221999
menentukan bahwa Kepala Daerah di pilih sepenuhnya oelh DPRD bukan oleh rakyat secara langsung. Ini tidak menjadi masalah tatkala fungsi sebagai wakil rakyat yang
sesungguhnya yang di emban oleh DPRD menjadi proritas, yakni menyerap aspirasi, mengartikulasi kepentingan, menggagregasi kepentingan rakyat daerah, termasuk
menyerap aspirasi rakyat untuk menentukan siapa yang bakal menjadi pemimpinnya. Namun sayang proses politik di daerah realitasnya masih di dominasi oleh elit DPRD.
Dengan kata lain UU. No.221999 sesungguhnya menggunakan sistem Parlementer. Berbeda halnya yang di kemukan oleh Tommi A.Legowo
42
42
Lihat Jurnal Ilmu Politik No.20, Tahun 2006, hlm 50.
di dalam Analisisnya yang berjudul Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Good Governance Masa
Depan Otonomi Daerah yang di sampaikan dalam Seminar Nasional XIX Kongres VI AIPI “ Pilkada Secara langsung Demokratisasi di Indonesia,” Batam, 22-24 Maret
2005 Mengatakan bahwa pasal-pasal yang terdapat di dalam UU. No.322004 terkesan nuansa Re-sentralisasi terhadap Otonomi Daerah yang selama ini telah dinikamati oleh
Daerah berdasarkan UU. No. 221999. ketentuan-ketentuan tentang peraturan Daerah Perda tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pasal 186, misalnya,
mencerminkan lunturnya Otonomi Daerah KabupatenKota karena sebelum Pemerintahan Daerah dapat mengesahkan rancangan Perda tersebut rancangan itu harus mendapat
persetujuan dari Gubenur, yang tidak lain adalah wakil Pemerintahan Pusat di Daerah.
F.Metode Penelitian F.1. Jenis Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah Studi Descriptif, dengan pendekatan “Kualitatif” yaitu suatu metode dalam meneliti indivu
maupun kelompok masyarakat sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa tertentu. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah membuat, menggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian tersebut.
43
F.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
F.3.Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulakan data dan informasi yang di butuhkan, maka penulis melakukan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Tinjauan Kepustakaan Data Sekunder. Metode ini dilakukan dengan cara
mengumpulakan dokumen- dokumen penting baik dalam bentuk kronologi peristiwa, berita-berita surat kabar, buku, dll.
2. Penelitian Lapangan Data Primer.
Penelitian lapangan di lakukan dengan cara, yaitu: - Wawancara Mendalam Indepth Interview yaitu mengadakan Kontak
secara langsung atau berkomunikasi tatap muka terhadap responden yang
di anggap mempunyai keterangan cukup valid.
43
Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Sosial, Airlangga University Press, Surabaya.2001, hlm. 48
Universitas Sumatera Utara
F.4. Teknik Analisa Data
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan arah tujuan memberikn gambaran mengenai situasi ataupun kondisi yang terjadi. Data-data yang terkumpul, baik data yang
berasal dari kepustakaan maupun penelitian lapangan akan dieksplorasi secara mendalam, selanjutnya akan menghsilakan suatu kesimpulan yang menjelaskan masalah yang diteliti.
G.Sistemmatika Penulisan. Bab I: Pendahuluan
Bab I ini Berisikan Latar Belakang Masalah, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Dasar- dasar Teori, Metode Penelitian.
Bab II: Deskripsi Lokasi Penelitian