Bahasa Rakyat

1. Bahasa Rakyat

Bahasa rakyat yang termasuk bentuk folklor di antaranya logat atau dialek bahasa-bahasa Nusantara. Misalnya logat bahasa Jawa di Indramayu dan sebagian Karawang, merupakan bahasa Jawa Tengah yang telah terpengaruh bahasa Sunda; atau logat bahasa Sunda di Banten atau logat bahasa Jawa Cirebon, dan logat bahasa Sunda Cirebon.

Bentuk lain bahasa rakyat adalah slang. Slang merupakan kosakata dari idiom para penjahat, gelandangan, atau kelompok

Peduli

khusus. Tujuan penciptaan slang adalah menyamarkan arti bahasanya terhadap orang luar. Dewasa ini slang dalam arti khusus

Penelitian folklor di Indonesia itu (bahasa rahasia) disebut cant. Di Yogyakarta misalnya, cant

sangat berguna bagi persatuan dan kesatuan bangsa yang ditempuh

adalah istilah-istilah rahasia yang dipergunakan kondektur atau dengan mengetahui lebih mendalam sopir bus untuk menyebut tukang copet sebagai catut atau tang.

mengenai berbagai folklor sendiri Catut atau tang adalah alat untuk menjepit atau menarik benda

maupun folklor kelompok lain. keras tertentu. Bagi copet diartikan sebagai tukang catut. Hal ini

Buktikan kepedulian Anda terhadap disebabkan aksi pencopet mencatut uang, telepon selular dari saku

folklor dengan membuat daftar slang atau tas penumpang lain. Contoh dari kota yang sama dilakukan

yang terdapat di sekitar Anda. oleh sebagian anak muda di Yogyakarta dengan mengembangkan bahasa dagadu, yang diambil dari aksara Jawa. Cant khusus milik penjahat sering juga disebut argot.

Gambar 3.9

Copet Di Yogyakarta, catut atau tang digunakan para sopir untuk mengingatkan penumpang dan polisi jika ada tukang copet.

Sumber : www.pikiran-rakyat.com, 2006

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan

Berikutnya adalah shoptalk atau bahasa para pedagang. Di berbagai kota di Indonesia, bahasa pedagang meminjam istilah dari bahasa Cina suku bangsa Hokian. Istilah-istilah yang dipinjam terutama menyatakan angka, seperti jigo (dua puluh lima), cepe (seratus), seceng (seribu), dan cetiau (satu juta).

Ragam slang selanjutnya adalah colloquial, yakni bahasa sehari- hari yang menyimpang dari bahasa yang wajar. Misalnya, bahasa

Diskusi

para mahasiswa di Jakarta yang pada dasarnya adalah bahasa Betawi yang dimodiļ¬kasi, seperti ajigile (gila), manyala bob (sangat menarik),

Diskusikan bersama teman kelompok dan gense (genit). Fungsi colloquial berbeda dibanding fungsi jargon. Anda, perbedaan antara ungkapan

Jargon dipergunakan para sarjana untuk meningkat kan gengsi, tradisional dan bahasa rakyat.

sedangkan colloquial dipergunakan dengan tujuan untuk menambah Rangkum hasil diskusi di buku latihan

keakraban.

Anda. Bahasa rakyat yang lain adalah sirkumlokusi (circumlocution),

yaitu ungkapan tidak langsung. Misalnya, di Sunda seorang sedang berjalan di tengah hutan, ia takkan berani menyebut istilah maung jika hendak menyatakan harimau, melainkan memper- guna kan istilah lain seperti uyut yang sebenarnya berarti kakek buyut. Penggunaan sirkumlokusi sebenarnya untuk meng hindari terkaman harimau. Menurut kepercayaan orang Sunda, harimau tidak akan menyerang mereka yang memanggilnya uyut. Hal ini disebabkan, menurut logika orang Sunda di perdesaan, seorang kakek buyut tidak akan melukai cicitnya sendiri, apalagi mem- bunuhnya untuk dimakan.

Di pedesaan Bali, selama panen terdapat pantang untuk mengucapkan beberapa istilah. Menurut kepercayaan setempat pelanggaran pantangan tersebut dapat mengakibatkan gagalnya panen. Sebagai gantinya digunakan kata-kata sirkumlokusi. Umpamanya untuk menyebut kata "monyet" orang harus memper- gunakan istilah "kutu dahan," sebagai ganti kata "ular" adalah istilah "si perut panjang" dan sebagainya. Selama menanam padi penduduk tabu mengucapkan "kerbau", apabila yang dimaksudkan adalah ternak penarik bajak, sebagai gantinya harus mempergunakan istilah "kutu sawah."

Bahasa rakyat yang lain adalah cara pemberian nama pada seseorang. Di Jawa Tengah misalnya, orang Jawa tidak mempunyai nama keluarga. Untuk memberi nama pada seorang anak, para orang tuanya harus memperhitungkan tanggal dan hari lahirnya, sehingga sesuai dengan nama yang akan diberikan. Orang Jawa mengganti nama pribadinya setelah ia dewasa, dan akan menukar namanya lagi sesuai dengan pangkat atau kedudukannya yang baru.

Di Indonesia juga terdapat kebiasaan memberi alias kepada

Sumber : www.tempophoto.com, 2006

seseorang, selain nama pribadinya. Di antara orang Betawi alias

Gambar 3.10

biasanya ada hubungan erat dengan bentuk tubuh tertentu. Umpama-

nya seorang anak dijuluki Si Pesek, karena bentuk hidungnya pipih. Di Jawa Tengah, misalnya, orang Jawa

Abdi Dalem

Atau dijuluki Si Jenong karena dahinya sangat menonjol. Nama memberi nama pada seorang anak

alias sering kali juga diberikan kepada seorang anak dalam upacara dengan memperhitungkan tanggal dan hari

pembebasan seorang anak dari penganuh roh jahat. Misalnya di lahirnya. Orang Jawa mengganti nama

pribadinya setelah ia dewasa, sesuai Jakarta di antara suku bangsa Betawi keturunan Cina, ada anak-anak dengan pangkat atau kedudukannya.

yang dinamai Si Picis (sepuluh sen uang Hindia Belanda), dan si Gobang (dua sen setengah) karena dalam upacara pembebasan itu si anak telah "dijual" kepada orangtua angkatnya seharga sepicis atau segobang . Upacara "penjualan" anak ini dilakukan di Jakarta dengan tujuan untuk memperbaiki kesehatan seorang anak karena sering jatuh sakit.

Dokumen yang terkait

BAB V PEMBAHASAN - Pemahaman Relasional Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa Kelas VIII MTsN 2 Kota Blitar - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pendidikan Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia Unggul Di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabupaten Semarang

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Implementasi HTML 5 Dalam Media Pembelajaran Bahasa Arab

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler Dalam Meningkatkan Prestasi Nonakademik Di SDN Sidomulyo 3 Ungaran Timur Kabupaten Semarang

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler Dalam Meningkatkan Prestasi Nonakademik Di SDN Sidomulyo 3 Ungaran Timur Kabupaten Semarang

0 0 82

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Manajemen Sekolah Berbasis Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMP NU 06 Kedungsuren Kec. Kaliwungu Kab. Kendal Tahun 2014-2015

0 2 9

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Manajemen Sekolah Berbasis Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMP NU 06 Kedungsuren Kec. Kaliwungu Kab.

0 0 30

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Manajemen Sekolah Berbasis Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMP NU 06 Kedungsuren Kec. Kaliwungu Kab. Kendal Tahun 2014-201

0 0 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Manajemen Sekolah Berbasis Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMP NU 06 Kedungsuren Kec. Kaliwungu Kab. Kendal T

0 1 62

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Manajemen Sekolah Berbasis Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMP NU 06 Kedungsuren Kec. Kaliwungu Kab. Kendal Tahun 2014-2015

0 0 13