Pengaruh Kebijakan Sinar Matahari bagi Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara
2. Pengaruh Kebijakan Sinar Matahari bagi Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara
a. Proyek Mempertemukan Keluarga Terpisah Korea Selatan dan Korea Utara
Proyek mempertemukan keluarga terpisah antara Korea Selatan dan Korea Utara termasuk dalam lima pasal yang disepakati oleh Kim Dae Jung dan Kim Jong Il. Pertemuan keluarga yang terpisah berlangsung di Seoul dan Pyongyang pada tanggal 15 Agustus 2000. Keluarga yang
Korea tahun 1950-1953. Proyek mempertemukan keluarga terpisah adalah hal yang terpenting dan harus diutamakan oleh kedua pemerintah di Semenanjung Korea. Sejak pertemuan puncak tanggal 13-15 Juni 2000, sering diselenggarakan pertemuan antar palang merah, di antaranya dua kali mempertemukan keluarga terpisah, mendirikan kantor, dan mewujudkan sistem surat menyurat antar Korea supaya rakyat yang mencari keluarganya dapat secara bebas menulis surat kepada keluarganya (Munthe, 2001).
Pemerintah Seoul memutuskan untuk memulangkan mantan mata- mata Korea Utara ke Pyongyang. Ketika masih bermusuhan, banyak mata- mata yang disusupkan ke masing-masing pihak lawan. Sebagian besar mata- mata berhasil ditangkap dan dipenjarakan. Setelah berhasil mempertemukan keluarga yang terpisah, Kim Dae Jung memberikan kebebasan kepada tiap penduduk untuk kembali ke Korea Utara atau tetap tinggal di Korea Selatan. Namun, rakyat Korea Selatan menentang keputusan Presiden Kim Dae Jung yang memberi kebebasan kepada masyarakat Korea Utara. Rakyat Korea Selatan menganggap di Korea Utara masih terdapat banyak tahanan Korea Selatan, termasuk puluhan ribu orang Korea Selatan yang ditawan Korea Utara ketika Perang Korea tahun 1950-1953. Meskipun demikian, Kim Dae Jung tetap pada pendiriannya untuk tetap memberikan kebebasan kepada rakyat untuk memilih menjadi penduduk Korea Selatan atau Korea Utara
b. Kerjasama Korea Selatan dan Korea Utara di Bidang Ekonomi
Politik Sinar Matahari merupakan kebijakan politik luar negeri yang dibuat oleh Presiden Kim Dae Jung guna meningkatkan hubungan dalam rangka mencapai sebuah rekonsiliasi dengan Korea Utara, diantaranya pertukaran tenaga kerja maupun barang dari Korea Utara dan Korea Selatan. Kerjasama ekonomi antar Korea memang sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak. Modal dan teknologi dari pihak Korea Selatan serta sumber-sumber alam dan tenaga kerja yang bermutu
Korea Selatan memberikan motivasi bagi perusahaan dan tenaga kerja Korea Selatan untuk memperluas gerak kerjanya ke luar negeri. Pengusaha- pengusaha Korea Selatan menaruh perhatian untuk dapat menanamkan modal di Korea Utara. Para pengusaha Korea Selatan beranggapan bahwa di Korea Utara banyak tempat yang dapat digunakan sebagai lahan bisnis, seperti tekstil dan alat-alat elektronik (Yoon dan Setiawati, 2003).
Melalui pertemuan puncak di Pyongyang, Presiden Kim Dae Jung dan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Il sepakat untuk menghubungkan jalur kereta api antar Korea yang selama Perang Korea terputus. Kebijakan ini berarti menghubungkan jalur utama di Semenanjung Korea sehingga dapat memperlancar arus lalu lintas. Penyambungan kembali jalur kereta api itu bukan hanya menghubungkan jalur darat antar Korea. Selain itu, juga sebagai jalur pengangkutan barang-barang ekspor impor antar Asia Timur serta Eropa dan Rusia akan dapat memanfaatkan rel tersebut. Presiden Kim Dae Jung menamakannya Rel Kereta Api (New Silkroad by Railroad) (http://dhahana.blogspot.com). Kerjasama ekonomi antara Korea Selatan dan Korea Utara tidak berjalan dengan baik karena terdapat kendala yang harus diatasi, yakni masalah penyediaan sistem hukum berupa perjanjian perlindungan investasi.
c. Kerjasama Korea Selatan dan Korea Utara di Bidang Pertahanan
Hasil nyata dalam pertemuan puncak antar Korea adalah pertemuan Menteri Pertahanan kedua negara. Pertemuan kedua Menteri Pertahanan dalam menuju arah normalisasi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara merupakan kemajuan yang sangat diharapkan oleh semua penduduk Korea dan masyarakat internasional. Sebelum pertemuan puncak antar Korea diselenggarakan di Pyongyang, tahun 1998-1999 terjadi pertempuran laut yang keras antara angkatan laut Korea Selatan dan Korea Utara dengan intensitas yang tinggi. Pasca Konferensi Tingkat Tinggi Korea, tahun 2000- 2001 pertempuran angkatan laut Korea Selatan dan Korea Utara hampir Hasil nyata dalam pertemuan puncak antar Korea adalah pertemuan Menteri Pertahanan kedua negara. Pertemuan kedua Menteri Pertahanan dalam menuju arah normalisasi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara merupakan kemajuan yang sangat diharapkan oleh semua penduduk Korea dan masyarakat internasional. Sebelum pertemuan puncak antar Korea diselenggarakan di Pyongyang, tahun 1998-1999 terjadi pertempuran laut yang keras antara angkatan laut Korea Selatan dan Korea Utara dengan intensitas yang tinggi. Pasca Konferensi Tingkat Tinggi Korea, tahun 2000- 2001 pertempuran angkatan laut Korea Selatan dan Korea Utara hampir
Menteri Pertahanan Korea Selatan dan Korea Utara, Cho Sung-Tae dan Kim Il-Cheol bertemu di Pulau Jeju, Korea Selatan untuk merundingkan masalah kemiliteran kedua belah pihak. Berdasarkan deklarasi antar Korea yang disepakati kedua kepala pemerintahan, para Menteri Pertahanan mencoba memperlihatkan usaha untuk meredakan ketegangan dan meningkatkan saling kepercayaan. Kedua pihak pertahanan akan memasang telepon langsung dalam waktu dekat dengan maksud kedua belah pihak akan saling menyampaikan pemberitahuan apabila akan mengadakan latihan militer. Kedua menteri pertahanan sepakat bekerjasama dalam mewujudkan proyek menghubungkan rel kereta api. Pembangunan rel kereta api membutuhkan bantuan pemimpin pertahanan sebab proyek akan dilaksanakan di dalam daerah bebas militer yang banyak terdapat fasilitas
oed dan Yoon, 2005).
d. Kerjasama Korea Selatan dan Korea Utara di Bidang Sosial Budaya
Program-program bersama yang dijalankan Korea Utara dan Korea Selatan sebelum dan pasca terlaksananya Konferensi Tingkat Tinggi Korea dalam berbagai bidang merupakan suatu hasrat yang mendalam untuk membuka jalan bagi persatuan dan kesatuan bangsa Korea yang masih terpecah hingga saat ini. Bahkan hingga menyentuh bidang olahraga, seperti pembangunan infrastruktur olahraga yang dilakukan oleh Korea Selatan terhadap Korea Utara maupun pelaksanaan even olahraga itu sendiri antara Korea Utara dengan Korea Selatan. Pada tanggal 29 September 1999 di daerah Sungai Potonggang, kota Pyongyang dilakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung olahraga Pyongyang oleh Hyundai Business Group dan disponsori oleh Ketua Kehormatan Hyundai Group Jong Ju-yong (Kristianto, 2008).
Park Geun-hye, anggota majelis nasional Korea Selatan yang juga menjabat sebagai ketua Preparatory Committee for founding the Union for
Pyongyang, pada tanggal 11 Mei 2002, untuk sebuah kunjungan resmi hingga tanggal 14 Mei 2002. Dalam pidatonya, Park Geun-hye menyatakan reunifikasi nasional penting dipertahankan oleh seluruh pihak guna menciptakan perdamaian di semenanjung Korea. Terdapat hal yang bisa menjadi suatu hal positif yang diajukan oleh Park Geun-hye kepada pemimpin tertinggi Korea Utara dalam mendamaikan Korea Selatan dan Korea Utara. Kegiatan tersebut adalah pertandingan sepakbola. Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-il telah berjanji akan mengirimkan tim nasional sepakbola negaranya ke Korea Selatan untuk melakukan pertandingan persahabatan yang diajukan oleh Korea Selatan (Resamaili, 2009).
Pertukaran dan kerjasama bidang olahraga antar Korea diharapkan memberi pengaruh yang cukup besar pada bidang politik, ekonomi, dan kemasyarakatan. Tidak hanya pertandingan persahabatan itu saja yag dilaksanakan untuk mencapai reunifikasi, tetapi juga terlihat ketika Olimpiade di Sydney tahun 2000. Rombongan olahraga Korea Utara dan Korea Selatan masuk bersama dalam upacara pembukaan Olimpiade Sydney dengan didahului satu bendera rakyat, yaitu bendera peta Semenanjung Korea. Keberhasilan bidang olahraga di Sydney diharapkan dapat membantu disepakatinya pembentukan tim olahraga tunggal dalam pertandingan-pertandingan internasional. Namun, hal itu tidak berhasil mewujudkan pembentukan tim tunggal dalam pertandingan Piala Dunia 2002 di Korea. Dalam kejuaraan sepak bola internasional yang terbesar itu,
Yoon, 2005).