Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Regresi Terhadap Model Konseptual

IV. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Regresi Terhadap Model Konseptual

Model Variabel Regresi

Nilai t hitung

Nilai t tabel

Keterangan.

1 Teknologi informasi

Tidak signifikan Current Ratio

Tidak signifikan Debt to Equity Ratio

Signifikan

Model Variabel Regresi

Keterangan. Return on Equity

Nilai t hitung

Nilai t tabel

2 Teknologi informasi

Tidak signifikan Current Ratio

Tidak signifikan Debt to Equity Ratio

Signifikan Return on Equity

Signifikan Research & Development

Signifikan Berdasarkan uji t diatas, dapat dijelaskan beberapa hal berikut:

1. Nilai t hitung variabel investasi TI < nilai t table, sehingga variabel investasi TI tidak signifikan. Investor pasar modal Indonesia masih mengabaikan investasi TI yang dilakukan emiten dan menilai perusahaan yang berinvestasi TI berpotensi merugi.

2. Nilai t hitung variabel current ratio < nilai t table, sehingga variabel current ratio tidak signifikan. Investor menilai perusahaan yang melakukan investasi TI, perusahaan telah mengurangi aset lancar yang dimiliki dan menambah hutang jangka pendek yang tidak sedikit jumlahnya.

3. Nilai t hitung variabel debt to equity ratio > nilai t table, artinya kontribusi variabel debt to equoty ratio signifikan terhadap model regresi

4. Nilai t hitung return on equoty > dari nilai t table, sehingga variabel return on equity signifikan terhadap nilai saham. Investor memandang bahwa nilai saham sangat dipengaruhi oleh tingkat ROE yang menggambarkan besar keuntungan yang diperoleh pemilik saham.

Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji statistik regresi linear berganda melalui tahap analisis 1 dan 2 didapatkan hasil pengujian terhadap model analisis sebagai berikut:

Invesasi TI dalam model analisis tahap pertama adalah tidak signifikan dan negatif terhadap nilai saham. Munculnya nilai negative pada investasi TI sejalan dengan fenomena IT Productivity Paradox, bahwa penerapan TI diperusahaan tidak selalu meningkatkan produktivitas atau kinerja perusahaan. Kondisi ini seringkali disebabkan investasi TI dilakukan dengan memangkas biaya modal perusahaan dimana modal yang dimiliki perusahaan adalah parameter kesanggupan perusahaan untuk membayar hutang wajib. Dengan demikian, jika penerapan invetasi TI tidak didukung faktor yang membuat TI berkontribusi dalam peningkatan kinerja yang diinginkan, maka investasi TI justru dipandang tidak menguntungkan oleh pasar saham. Dalam model tahap analisis kedua, upaya inovasi yang dilakukan perusahaan, membuat nilai investasi TI menjadi positif. Temuan ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan kinerja (nilai saham) karena investasi TI yang disertai upaya inovasi, seperti dimaksud oleh [3]. Dengan demikian didapat bukti bahwa penerapan TI saja tanpa ada kesiapan perusahaan untuk melakukan pembaruan dalam mengadopsi TI justru menimbulkan kesia-siaan. Kondisi yang tidak signifikan untuk kedua tahapan analisis ini sesuai dengan pendapat [6] bahwa keputusan investor di Indonesia tidak dipengaruhi oleh adanya pengumuman investasi TI oleh perusahaan. Investor di Indonesia belum percaya bahwa investasi TI dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Investasi TI tidak mempengaruhi nilai saham

Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai saham melalui current ratio (CR), debt to equity dan return on equity (ROE), didapatkan CR menjadi tidak signifikan karena investor menilai current ratio bukan faktor dominan pengambilan keputusan membeli, menjual atau menahan kepemilikan saham. Perusahaan yang berinvestasi TI dianggap memangkas aktiva lancar untuk hal yang tidak meningkatkan kinerja dan produktivitas, sehingga jumlah modal yang dimiliki untuk membayar hutang berkurang. Variabel debt to equity ratio bernilai negatif dan signifikan, dimana rasio ini umum

Variabel inovasi adalah negatif dan signifikan terhadap nilai saham, karena variabel R&D terbentuk dari beban biaya penelitian dan pengembangan atas keuntungan penjualan. Jika biaya R&D minimal, maka hasil keuntungan menjadi maksimal. Kondisi ini sangat menarik bagi investor sehingga menaikkan nilai saham. Semakin tinggi nilai saham, maka prosentase R&D semakin kecil. Sebaliknya bila nilai saham turun, maka prosentase R&D semakin besar. Hubungan non linear yang muncul dari adanya investasi TI dan inovasi ini dikarenakan belanja investasi TI dilakukan pada awal tahun buku dan dihitung sebagai aset yang harus dianggarkan secara terus menerus. Sungguhpun demikian upaya inovasi TI bersifat terbatas karena: (i) keterbatasan kemampuan manajemen dalam menyesuaikan pemakain TI, (ii) keterbatasan sumber daya, dan (iii) hambatan operasional lainnya. Oleh karena itu, investasi dalam inovasi dan TI secara terus menerus tidak dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.