FILOSOPI KEMITRAAN
FILOSOPI KEMITRAAN
Dasar filosopi lahirnya ide ini adalah bagaimana mengaitkan tiga komponen utama yaitu teknologi, bisnis dan kemitraan dalam satu bentuk pelaksanaan di lapangan seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1. Aspek teknologi telah maju pesat di era informasi ini. Mulai dari kemajuan perangkat lunak seperti program komputer, internet, komunikasi hingga pada persenjataan. Semua produk ini telah memajukan dunia bisnis pula.
Hal serupa juga terjadi di sektor pertanian, teknologi juga berkembang pesat baik yang melibatkan manual dan bersentuhan langsung dengan kondisi di lapangan dengan petani maupun yang bersifat otomatis yang dapat dikontrol secara otomatis dengan bantuan komputer. Kondisi lapangan di tingkat petani, pertanian tidak lagi sekadar cangkul dan sebilah arit namun telah bergerak ke arah traktor tangan dan dukungan mesin-mesin pengering hasil panen yang otomat dan berskala industri.
Ilustrasi ini boleh jadi menyadarkan kita bahwa teknologi telah bergerak dan merasuki semua lini kehidupan, termasuk kehidupan petani dan memberikan peluang bisnis yang juga berarti peluang kerja. Namun, pemahaman ini perlu disampaikan kepada para sarjana supaya mereka menemukan mata rantai yang mengaitkan teknologi dan bisnis melalui proses pembinaan di inkubator wirausaha yang dibangun berdasatkan kemitraan.
Konsep ini merupakan potensi sekaligus tantangan yang masih terbuka luas bagi bangsa Indonesia untuk menekuni dan mengembangkan teknologi yang berbasis kemitraan. Bahkan target utama yang harus dicapai adalah integrasi yang baik antara ketiga komponen tersebut.
Gambar 1. Tiga komponen utama yaitu teknologi, bisnis, dan kemitraan yang melandasi gagasan pembentukan inkubator wirausaha teknologi berbasis kemitraan.
> INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN 87
Pertanyaan yang muncul dari filosopi tersebut adalah kenapa harus berbasis Kemitraan? Bukankah teknologi dan bisnis telah berjalan dengan baik tanpa keterlibatan institusi perguruan tinggi ataupun lulusannya? Lalu, kenapa harus agroindustri yang jadi ladang bisnis pertama yang digarap?
Jawaban pertama terletak pada kepentingan yang berbeda antara pemerintah (baik pusat maupun daerah), perguruan tinggi, masyarakat, dan perusahaan. Bagi pemerintah, kemitraan berarti adanya satu kesempatan untuk mengurangi dampak negatip yang mungkin terjadi akibat tingginya angka pengangguran di kalangan terdidik. Bagi perguruan tinggi, kemitraan itu berarti forum untuk saling rembuk dan mendapatkan masukan mengenai kemampuan lulusannya yang dapat terserap di dunia kerja. Bahkan kemampuan mandiri mereka untuk membuat kesempatan kerja baru. Masyarakat pun menyadari bahwa kemitraan ini merupakan satu harapan untuk menyaksikan putra-putri terbaiknya sudah mulai mandiri dan bekerja. Harapan yang tumbuh setelah mereka menghabiskan sumberdaya untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.
Bagi perusahaan, kemitraan diharapkan bukanlah satu beban biaya namun kesempatan untuk mendapatkan mitra kerja yang dibutuhkan baik secara langsung sebagai karyawan yang akan mengembangkan perusahaannya maupun secara tidak langsung sebagai mitra yang mendukung aktivitas mereka. Dukungan ini dapat diwujudkan dalam bentuk penyediaan bahan baku, pemasaran, tenaga konsultan, maupun sebagai penyedia komponen produksi.
Bahkan dengan kemampuan ide dan keterampilan teknis yang dimiliki warga kampus ini dapat disalurkan kedalam satu wadah yang terorganisir dengan baik dan dapat dikembangkan karena bernilai jual dari sudut pandang bisnis. Ide dan keterampilan teknis mahasiswa tidak hanya terbatas pada penguasaan piranti lunak atau teknologi informasi tetapi dapat dikembangkan secara luas pada bidang-bidang lain seperti pertanian, jasa konsultasi manajemen perancangan mekatronika. Hal ini yang menjadi alasan dan jawaban untuk pertanyaan kedua kenapa perguruan tinggi perlu terlibat lebih dalam di perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari konsep ini.
Pemilihan sektor pertanian, khususnya agroindustri yang menjadi ladang bisnis pertama disebabkan sektor ini akan menyerap tenaga kerja banyak dan mendapatkan dukungan sumberdaya alam dan masyarakat di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan peluang bisnis lain yang mendukung sektor tersebut kendati sang sarjana memiliki kemampuan manejemen, pemasaran, ataupun teknologi informasi. Karena semua ini saling terkait jika memahami empat subsistem dalam agribisnis/agroindustri dengan baik.
88 INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN <