2.1.2 Likuiditas
Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial segera harus dipenuhi. Jumlah
alat-alat pembayaran alat likuid yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar yang belum tentu dapat memenuhi segala
kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar.
Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila kekuatan membayarnya adalah demikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Dengan demikian maka kemampuan membayar itu dapat diketahui setelah membandingkan kekuatan
membayarnya di satu pihak dengan kewajiban-kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi di lain pihak.
Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus
segera dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid.
Dalam mengukur atau menentukan tingkat likuiditas, suatu perusahaan perlu mempertimbangkan pengukuran yang mapan terhadap modal kerja, karena
akibat kesalahan dalam penetapan, perusahaan akan dihadapkan pada hambatan dalam menyelenggarakan aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
harus menjaga agar jumlah modal kerjanya dapat mencukupi kegiatan usahanya.
Universitas Sumatera Utara
Apabila tingkat likuiditasnya tinggi maka semakin tidak efektif karena aktiva lancar yang terlalu besar akan berakibat timbulnya aktiva lancar yang
menganggur, dan menuntut para manajer untuk mengambil tindakan dalam mengalokasikan aktiva lancar yang menganggur, sehingga akan sangat
berpengaruh terhadap perputaran modal kerja. Informasi mengenai sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting, hal ini berguna untuk mengetahui
sejauh mana tingkat likuiditas yang dapat dicapai pada suatu periode oleh perusahaan
Menurut Munawir 2004:31 “Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera
dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”.
Menurut Munawir 2004:32, Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan likuiditas perusahaan yaitu:
1. Besarnya investasi pada aktiva tetap dibandingkan dengan seluruh dana
jangka panjang. Pemakaian dana untuk pembelian aktiva tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Apabila makin banyak dana
perusahaan yang dipergunakan untuk aktiva tetap, maka sifatnya untuk membiayai kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit. Oleh sebab itu, rasio
likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanya dapat dicegah dengan menambah dana jangka panjang untuk menutup kebutuhan aktiva tetap yang
meningkat.
2. Volume kegiatan perusahaan. Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan
menambah kebutuhan dana untuk membiayai aktiva lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan meningkatkan hutang-hutang,
tetapi jika hal-hal lain tetap, investasi dana jangka panjang untuk membiayai tambahan kebutuhan modal kerja sangat diperlukan agar rasio dapat
dipertahankan.
3. Pengendalian aktiva lancar. Apabila pengendalian yang kurang baik terhadap
besarnya investasi dalam suatu piutang dan persediaan menyebabkan adanya investasi yang aan melebihi dari pada yang seharusnya, maka sekali lagi
rasio akan turun dengan tajam, kecuali apabila disediakan lebih banyak dana jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
Mengetahui tingkat likuiditas perusahaan dapat dilihat dari rasio likuiditasnya. Menurut Hanafi 2005:79 ”Rasio likuiditas mengukur
kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya hutang dalam hal ini merupakan
kewajiban perusahaan”. Rasio-rasio likuiditas banyak sekali jenisnya karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa.
Rasio-rasio likuiditas yang banyak dan sering digunakan antara lain, seperti yang dikemukakan oleh Horne 2005:206, yaitu :
1. Rasio Lancar Current Ratio Current Ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan
likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya kita, apabila memberikan
kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atau tidak.
Dasar perbandingan itu menunjukkan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban lancar, sehingga dapatlah sekiranya
diperkirakan bahwa, sekiranya pada suatu ketika dilakukan likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah nilai dari yang tercantum di
neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat, sehingga dapat
memenuhi kewajibannya, dengan kata lain rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancarnya aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis.
Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Aktiva Lancar Rasio Lancar =
x 100 Utang Lancar
2. Rasio Cepat Quick Ratio atau Acid Test Ratio Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek dengan aktiva yang paling likuid cepat. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat =
x 100
Universitas Sumatera Utara
Utang Lancar 3. Rasio Kas Cash Ratio
Rasio kas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan dapat
segera diuangkan. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kas + Efek Rasio Kas =
x 100 Utang Lancar
2.2 Penelitian Terdahulu