Konsep Pengembangan Model Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata Berbasis Partisipasi T2 942015010 BAB II

27

2.2 Konsep Pengembangan Model

Pengembangan model dapat diartikan sebagai upaya peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya melalui penambahan komponen yang dianggap dapat meningkatkan kualitas pencapaian tujuan yang hendak dicapai baik tujuan proses maupun tujuan hasil untuk membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, dan lebih baik. Dalam mengembangkan sebuah model dapat dilakukan melalui serangkaian proses penelitian dan pengembangan Research and Development RD yang merupakan prosesmetode yang digunakan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk. Yang dimaksud produk tidak hanya suatu yang berupa benda seperti buku teks, film untuk pembelajaran, dan software perangkat lunak komputer, tetapi juga metode seperti metode mengajar ataupun program pendidikan untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam pendidikan Sugiyono, 2016: 28. Penelitian dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan mengembangkan produk. Memvalidasi produk, berarti produk itu telah ada, dan peneliti hanya menguji efektivitas atau validasi produk tersebut. Mengembangkan produk dalam arti yang luas dapat berupa memperbaharui produk yang telah ada sehingga menjadi praktis, efektif, dan efisien atau 28 menciptakan produk baru yang sebelumnya belum pernah ada Sugiyono, 2016: 28. Perancangan dan penelitian pengembangan adalah kajian yang sistematis tentang bagaimana membuat rancangan suatu produk, mengembangkanmemproduksi rancangan tersebut, dan mengevaluasi kinerja produk tersebut, dengan tujuan dapat diperoleh data yang empiris yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat produk, alat- alat dan model yang dapat digunakan dalam pembelajaran maupun non pembelajaran Sugiyono, 2016: 29. Ada beberapa model penelitian dan pengembangan yang dapat digunakan, yaitu model Kemp, model Borg Gall, model Thiagarajan, dan lain-lain. Ada pula peneliti yang menggunakan salah satu dari model tersebut kemudian memodifikasinya, ada pula yang menggabungkan dari beberapa model tersebut dalam satu penelitian. Meskipun tiap ahli penggagas penelitian masing-masing memiliki beberapa langkah yang berbeda, namun ada kata kunci dalam melakukan kegiatan sistematis tersebut. Kata kunci dari penelitian dan pengembangan adalah adanya kebutuhan, merumuskan prototype dari apa yang akan dibuatdikembangkandiciptakan, mengembangkan produk, menguji produk, kemudian penyebarluasan hasil pengembangan. 29 Model Kemp sendiri memiliki kelebihan dengan memungkinkan peneliti dapat melakukan tahap-tahap pengembangan secara acak karena unsur-unsurnya memiliki ketergantungan. Namun dalam hal ini model Kemp dirasa kurang cocok untuk pengembangan model, karena dalam langkah-langkahnya tidak sistematis, dalam artian semua orang bisa melakukan pengemabngan dengan model ini namun dengan langkah-langkah yang berbeda-beda. Sedangkan pengembangan model Thiagarajan dkk lebih cocok digunakan untuk melakukan pengembangan perangkat pembelajaran bukan sistem pembelajaran, dimana tahap-tahap pelaksanaan dibagi secara detail dan sistematik. Sedangkan kelebihan model penelitian pengembangan Borg and Gall adalah mampu menghasilkan suatu produkmodel yang memiliki nilai validasi tinggi, karena melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi ahli. Berdasarkan paparan di atas, maka untuk mengembangkan sebuah model harus mengikuti prosedur-prosedur pengembangan yang didasarkan pada adanya kebutuhan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model pengembangan Borg and Gall dimana model Borg and Gall lebih sistematis dan memiliki nilai validasi yang tinggi jika dibandingkan dengan model Kemp dirasa tidak cocok karena 30 langkahnya karena kurang sistematik, sedangkan model Thiagarajan lebih cocok untuk mengembangkan model pembelajaran. Borg Gall Sugiyono, 2016: 35-36 mengembangkan 10 tahapan dalam mengembangkan model, yaitu: 1. Research and information collecting, termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, pengukuran kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian; 2. Planning, termasuk dalam langkah ini menyusun rencana penelitian yang meliputi merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, desain atau langkah- langkah penelitian dan jika mungkindiperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas; 3. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung. Contoh pengembangan bahan 31 pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen evaluasi; 4. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan jumlah 6-12 subyek. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi atau angket; 5. Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk model utama yang siap diuji coba lebih luas. 6. Main field testing, biasanya disebut ujicoba utama yang melibatkan khalayak lebih luas, yaitu 5 sampai 15 sekolah, dengan jumlah subyek 30 sampai dengan 100 orang. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, terutama dilakukan terhadap kinerja sebelum dan sesudah penerapan ujicoba. Hasil yang diperoleh dari ujicoba ini dalam bentuk evaluasi terhadap pencapaian hasil ujicoba desain model yang dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan demikian pada umumnya langkah ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen; 32 7. Operational product revision, yaitu melakukan perbaikanpenyempurnaan terhadap hasil ujicoba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi; 8. Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan. Dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30 sekolah melibatkan 40 samapi dengan 200 subyek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi dan analisis hasilnya. Tujuan langkah ini adalah untuk menentukan apakah suatu model yang dikembangkan benar-benar siap dipakai di sekolah tanpa harus dilakukan pengarahan atau pendampingan oleh penelitipengembang model; 9. Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir final; 10. Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan produkmodel yang dikembangkan kepada khalayakmasyarakat luas, terutama dalam kancah pendidikan. Langkah pokok dalam fase ini adalah mengkomunikasikan dan mensosialisasikan temuanmodel, baik dalam bentuk seminar hasil penelitian, publikasi pada 33 jurnal, maupun pemaparan kepada skakeholders yang terkait dengan temuan penelitian.

2.3 Konsep Pembinaan

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Adiwiyata dalam Rangka Meningkatkan Partisipasi Masyarakat SDN 2 Tegowanu Wetan T2 942013121 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB II

0 1 59

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata Berbasis Partisipasi

0 0 313

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata Berbasis Partisipasi

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata Berbasis Partisipasi T2 942015010 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata Berbasis Partisipasi T2 942015010 BAB IV

0 0 64

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata Berbasis Partisipasi T2 942015010 BAB I

0 1 22

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB II

0 0 28

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah Di SMA Negeri 12 Semarang T2 BAB II

0 0 30

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu dan Citra (Image) Sekolah T2 BAB II

0 0 15