jam diikuti gejala mual dan muntah dengan masa diantara serangan anak dalam keadaan normal.
2,8,31
2.4. Etiologi Migren
Penyebab nyeri kepala migren tidak diketahui. Faktor keturunan, stres, olahraga, makanan tertentu seperti coklat berperan sebagai predisposisi
migren.
7,18
Perubahan hormonal, alergi makanan, paparan terhadap cahaya silau dan suara yang bising berpengaruh terhadap migren. Peningkatan
kadar serotonin di sirkulasi dan substans P serta polipeptida vasodilator berperan langsung mempengaruhi pembuluh darah intrakranial dan
ekstrakranial.
18,32-33
Faktor genetik yang mempengaruhi migren ditandai dengan adanya suatu pola yang autosomal dominan yaitu suatu faktor intrinsik dari
otak.
2,8,18,19
Terdapat dua gen yang berperan dalam autosomal dominan pada migren yaitu FHM1 kode gen pada lengan pendek kromosom dan FHM2
gen pada lengan panjang kromosom.
8,34
Hormon sangat berpengaruh terhadap patofisiologi migren, terbukti ditemukannya wanita yang lebih banyak menderita migren pada usia
pubertas. Rangsang nyeri dari struktur kranial lain, terutama struktur miofasial dapat terintegrasi dengan rangsang nyeri vaskuler dari pembuluh darah
kepala. Kedua rangsang nyeri ini berkumpul di inti spinal nervus trigeminus di batang otak, selanjutnya disalurkan ke talamus. Inti batang otak ini mendapat
Universitas Sumatera Utara
pengaruh fasilitasi dan inhibisi dari supraspinal yang umumnya bergantung pada faktor emosi dan psikososial.
8,35,36
Pencetus migren berasal dari beberapa faktor seperti korteks serebri sebagai respon terhadap emosi atau stres, talamus akibat stimulasi aferen
yang berlebihan misalnya cahaya yang menyilaukan, suara bising dan makanan. Hipotalamus juga sebagai pencetus akibat perubahan hormonal
serta sirkulasi karotis interna dan karotis eksterna sebagai respon terhadap vasodilator. Pencetus yang paling umum pada anak adalah stres, termasuk
konflik keluarga, depresi, ansietas, gangguan tidur, masalah di sekolah serta gangguan emosional dan fisik.
22,37,38
2.5. Gejala klinik migren
Secara umum gejala klinik migren berupa nyeri kepala berulang dengan interval bebas gejala dan disertai sedikitnya tiga keluhan dibawah ini
seperti nyeri perut, mual atau muntah, nyeri kepala berdenyut, umumnya unilateral, berhubungan dengan aura baik visual, sensorik ataupun motorik,
membaik dengan tidur, dan adanya riwayat keluarga yang sama.
18
Pada migren tanpa aura, selain keluhan diatas, dapat juga dijumpai keluhan lain seperti pucat, fotofobia, fonofobia, osmofobia, dan parestesia.
Sedang pada migren dengan aura, sebelum terjadinya nyeri kepala, biasanya didahului dengan aura. Aura visual muncul dengan gejala pandangan kabur,
skotoma, fotopsia, fortification spectra, dan distorsi ireguler terhadap objek.
Universitas Sumatera Utara
Pada beberapa orang, terkadang disertai vertigo dan lightheadedness. Aura sensorik muncul berupa parestesia perioral dan kebas atau mati rasa pada
tangan dan kaki.
8,16
Migren dengan atau tanpa aura mempunyai patofisiologi yang sama, tergantung intensitas iskemik pada serebral yang akan menimbulkan ada
atau tidak adanya aura.
39
2.6. Pengaruh migren terhadap perilaku