penyambutan tamu-tamu resmi juga menggunakan sistem adat Melayu dapat dilihat dalam acara resmi yang diadakan.
Secara tidak langsung mungkin karena sudah menjadi sifat yang sudah mendarah daging dalam diri orang Melayu ingin terkesan lebih eksklusif
sehingga karena sikap yang seperti ini lama kelamaan tenggelam oleh sikap orang Batak yang ada di Sumatera Utara umumnya dan Medan pada khususnya,
lebih menonjolkan jati diri mereka sehingga masyarakat luar lebih mengenal dari pada suku Batak sendiri di banding dari suku Melayu.
2.3 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Penduduk Medan
Multietnis yang menempati wilayah kota Medan memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda. Dari berbagai etnis yang ada, walaupun
sebenarnya etnis Melayu dianggap sebagai penduduk asli, tetapi mereka bukan sebagai penggerak roda perekonomian yang ada di Medan.
Perekonomian kota Medan mulai tampak sejak kedatangan bangsa asing dan mulai membuka lahan perkebunan tembakau pada tahun 1864,
sebagai pekerja didatangkan buruh dari luar seperti India, Tionghoa sementara dari dalam negeri yang menjadi buruh perkebunan adalah suku Jawa.
Setelah kemerdekaan roda perekonomian kota Medan lebih digerakkan dalam bidang perdagangan yang dimotori oleh orang-orang
Tionghoa dan suku Minangkabau. Sedangkan dalam bidang pertanian dan buruh kasar lebih banyak dari masyarakat Jawa, Karo dan Batak. Suku Melayu
lebih banyak duduk di pemerintahan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam tatanan struktur kota Medan, penduduk Medan dikotak- kotakkan berdasarkan suku mereka, misalnya etnis Tionghoa lebih berpusat di
Pusat kota Medan tepatnya di daerah Sambu, etnis India Tamil tinggal di Wilayah Kampung Keling sekarang dikenal dengan nama kampung Madras,
etnis Mandailing di wilayah kampung Baru, etnis Karo di wilayah Padang Bulan, etnis Minangkabau berpusat di wilayah Medan Maimun dan lain-lain.
Untuk lebih memfokuskan pada masalah yang akan dibahas dan sesuai dengan tema penelitian, maka penulis akan membahas sistem
kekarabatan yang terdapat dari suku Jawa. Dalam masyarakat Jawa terdapat sistem kekarabatan yang disebut Bebrayan
21
a. Sedulur Kandung, merupakan saudara lahir dari ayah dan ibu yang sama.
, yang dilandasi oleh sikap gotong royong. Sistem tersebut, pada prinsipnya berangkat dari sikap bahwa semua
manusia yang ada merupakan keluarga, namun dalam penjabaran prihal hak dan tanggung jawab selalu dikaitkan dengan konsep perseduluran dengan rincian
sebagai berikut;
b. Sedulur Sambungan, yaitu saudara lain ayah tetapi ibu yang sama, atau
saudara lain ibu namun ayah yang sama. Dalam istilah umum kita kenal dengan sebutan saudara tiri.
c. Sedulur Misanan
22
21
Bebrayan, berasal dari kata brayan mendapat awalan “be” sehingga secara
keseluruhan berarti sistem berkeluarga.
22
Misanan, berasal dari kata pisan yang berarti pertama, lalu Mindoan dan Mintelu berarti kedua dan ketiga.
, merupakan saudara satu nenek atau satu kakek, yang juga bisa berlaku saudara kandung atau saudara tiri.
Universitas Sumatera Utara
d. Sedulur Mindoan, adalah satu Buyut
23
e. Sedulur Mentelu, saudara satu Sanggah
, berlaku saudara kandung atau saudara tiri.
24
f. Balo, merupkan saudara, namun dari silsilah sudah tidak terlacak
kedudukannya. baik saudara kandung maupun
tiri.
g. TanggaJiran, konsep bertetangga ini tidak terbatas kepada letak rumah
berdekatan saja, tetapi dalam kepentingan tertentu mereka saling membutuhkan.
Dengan melihat sistem kekerabatan diatas, dapat diambil kesimpulan mayoritas masyarakat Jawa yang ada di Medan menganut kepercayaan agama
Islam. Walaupun menganut agama Islam, namun dalam pelaksanaan ritual keagamaan masyarakat Jawa masih menjalankan kepercayaan Hindu, sehingga
sehingga disebut sebagai Islam Abangan
25
, menurut penuturan informan tradisi
selametan, kenduri dan nyekar masih dijalankan oleh sebagian masyarakat
Jawa
26
23
Buyut yaitu orang tuanya kakek atau nenek
24
Sanggah yaitu buyutnya ayah atau ibu
25
Islam abangan adalah pemeluk agama Islam tetapi dalam pengamalannya tidak semua syariat agama dilaksanakan, justru banyak ritual khusus yang seharusnya tidak perlu
dijalankan, namun hal tersebut masih juga diilaksanakan, kalau dikaji sebenarnya ritual tersebut merupakan peninggalan ajaran terdahulu sebelum masuknya Islam ke Indonesia. Dalam tatacara
pelaksanaan ritual Hindu terlihat seperti sesajen dan slametan.
26
Wawancara dengan bapak Suratman B, Medan, 24 Maret 2009.
. Padahal ajaran tersebut bukanlah sesuatu yang wajib dalam Islam, bahkan jika pelaksanaannya di luar batas syariat, maka justru perbuatan tersebut
bertentangan dengan ajaran agama Islam. Seperti tradisi nyekar, merupakan
kegiatan ziarah ke makam leluhur atau nenek moyang.
Universitas Sumatera Utara
Selain masalah keyakinan, seni yang dimiliki tidak terlepas dari kehidupan yang mereka jalani. Sudah menjadi kebutuhan dari masyarakat pada
umumnya akan hiburan, dalam diri manusia sendiri memiliki rasa untuk menampilkan keindahan, hal ini diwujudkan dalam bentuk seni. Dalam
masyarakat Jawa banyak sekali hasil-hasil kesenian yang menjadi ciri khas mereka seperti, ludruk, ketoprak, wayang kulit, jaran kepang, reog dan
sebagainya.. Akibat perkembangan dalam bidang hiburan, kesenian tradisional
mulai tergusur. Menurut wawancara dengan seorang informan bapak Sunardi, sebagian dari kesenian tradisional mulai tergusur. sejak ada adanya kemajuan
teknologi pada sekitar akhir tahun 1980-an, yaitu layar tancap
27
, video kaset
28
, keybord
29
27
Layar Tancap adalah hiburan rakyat berupa film yang digelar di tanah lapang dengan menggunakan media kain yang dibentangkan dan disorot lampu serta rol film.
28
Video kaset adalah tontonan melalui layar televisi yang memutar video rekaman film.
29
Keyboard adalah hiburan musik berbetuk piano yang diiringi oleh penyanyi dan orkes musik.
. Proses perubahan mulai terjadi sejak masuk era tahun 1980-an, padahal pada masa 1970-an kesenian tradisional masih menjadi primadona bagi
masyarakat Jawa.
Universitas Sumatera Utara
BAB III LATAR BELAKANG WAYANG KULIT DI KOTA MEDAN
3.1 Datangnya Wayang Kulit di Kota Medan