pelaksanaaninvestasi, kelestarian lingkungan hidup, keserasian kepentingana antar kawasandan kepentingan umum.
E. Badan Permusyawarakatan Desa BPD
Badan Perwakilan Desa BPD yang ada selama ini berubah namanya menjadi BPD.BPD merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa. Dalam Pasal29 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Badan Permusyawaratan
Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa, serta Dalam Pasal 209 UU No 32 tahun 2004 Junto Pasal 209 UU No 12 Tahun 2008 Juncto
Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 disebutkan bahwa fungsi dari Badan Permusyawaratan Desa ialah menetapkan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, oleh karenanya BPD sebagai Badan Permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa,
disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara kepala desa dengan masyarakat desa, juga harus menjalankan fungsi utamanya, yakni
fungsi representasi. Perubahan ini didasrkan pada kondisi faktual bahwa budaya politik lokal
yang berbasis pada filosofi “musyawarah untuk mufakat”. Musyawarah berbicara tentang proses, sedangkan mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang baik
diharapkan diperoleh dari proses yang baik. Melalui musyawarah untuk mufakat, berbagai konflik antara para elit politik dapat segera diselesaikan secara arif,
sehingga tidak sampai menimbulkan goncangan-goncangan yang merugikan masyarakat luas.
Keanggotaan BPD seperti yang disebutkan dalam Pasal 30 PP No 72 tahun 2005 adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan
wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.Masa jabatan
anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkatdiusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan
merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.Adapun jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 lima orang dan paling banyak 11 sebelas orang, dengan
memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan Desa Pasal 31 PP No. 72 tahun 2005. Dalam Pasal 35 PP No 72 Tahun 2005,
dijelaskan BPD mempunyai wewenang: a
Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa b
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa
c Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa
d Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa
e Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan,dan menyalurkan aspirasi
masyarakat dan menyusun tata tertib BPD.Dan dalam Pasal 37 PP No 72 Tahun 2005, Anggota BPD mempunyai hak:
1 Mengajukan rancangan Peraturan Desa
2 Mengajukan pertanyaan
3 Menyampaikan usul dan pendapat
4 Memilih dan dipilih
5 Memperoleh tunjangan
Peraturan Desa ialah produk hukum tingkat desa yang ditetapkan oleh Kepala Desa bersama BPD dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa
Pasal 55 PP No 72 tahun 2005. Peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa, dengan demikian maka pemerintahan desa
harus merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan-peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
umum danatau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi serta harus memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat dalam upaya
mencapai tujuan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat jangka panjang, menengah dan jangka pendek.
Peran BPD dalam mendukung tata penyelenggaraan Pemerintahan Desa 1.
Fungsi Penyerapan Aspirasi Aspirasi dari masyarakat yang diserap oleh BPD dilakukan melalui
mekanisme atau cara ; a.
Penyampaian langsung kepada BPD Penyampaian aspirasi oleh warga kepada BPD tidak jarang pula dilakukan
baik secara individu maupun bersama-sama dengan menyampaikan langsung kepada anggota BPD yang ada di lingkungannya RW.
b. Penyampaian melalui forum wargaBPD memperhatikan aspirasi dari
masyarakat melalui forum-forum yang diadakan wilayah.
c. Penyampaian melalui pertemuan tingkat desaPenyampaian aspirasi melalui
forum rembug desa atau rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Pada forum ini pemerintah mengundang perwakilan dari
masyarakat yaitu ketua RTRW, tokoh agama, adat, masyarakat serta mengikut sertakan BPD guna membahas mengenai permasalahan maupun
program yang sedang atau akan dijalankan oleh Pemerintah Desa. 2.
Fungsi Pengayoman Adat Pelaksanaan fungsi pengayoman adat oleh BPD dapat berjalan dengan
baik apabila peran dari BPD dan juga kesadaran masyarakat yang cukup tinggi terhadap nilai-nilai sosial seperti musyawarah dalam menyelesaikan perselisihan
yang timbul di dalam masyarakat tetap dijaga dan dipatuhi. 3.
Fungsi Legislasi Fungsi legislasi yang dilakukan oleh BPD mengacu kepada peraturan yang
ada seperti PP 72 tahun 2006, Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 3 tahun 2010 tentang Badan Permusyawaratan Desa, dimana pada Pasal 9 Perda tersebut
dijelaskan bahwa BPD berwenang : a.
Membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa; b.
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan Kepala Desa;
c. Mengusulkan pengesahan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa;
d. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat; dan
f. Menyusun tata tertib BPD.
Proses pembuatan Peraturan Desa oleh BPD dapat dilakukan melalui proses penyerapan aspirasi dari warga. Proses tersebut dilakukan jika berkaitan
dengan masyarakat atau yang akan melibatkan masyarakat. Pada pelaksanaannya, pembuatan Peraturan Desa usul dan inisiatif dapat muncul bergantian antara
Pemerintah Desa dan BPD. Dalam pembuatan kebijakan desa, bargaining position aktor yang terlibat di dalamnya sangat menentukan terhadap hasil
kebijakan yang akan dikeluarkan. Semakin kuat bargaining position aktor pembuat kebijakan akan lebih dapat menentukan arah kebijakan yang dibuat.
Dominasi bargaining position oleh salah satu aktor pembuat kebijakan akan menimbulkan kecenderungan arah kebijakan memihak pada aktor yang lebih
dominan. Permasalahan akan muncul jika arah kebijakan lebih didominasi oleh pihak yang berseberangan dengan kepentingan publik atau warga.
Pada pembuatan APBDes, pemerintah mengundang BPD dan tokoh-tokoh masyarakat untuk memberikan masukan mengenai materi yang akan dimasukkan
dalam RAPBDes. RAPBDes yang telah disusun oleh pemerintah kemudian diserahkan kepada BPD untuk dibahas dan disetujui.
4. Fungsi Pengawasan
Pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan merupakan salah satu alasan terpenting mengapa BPD perlu dibentuk.Pengawasan oleh BPD terhadap
pelaksanaan pemerintahan desa yang dipimpin Kepala Desa merupakan tugas BPD.Upaya pengawasan dimaksudkan untuk mengurangi adanya penyelewengan
atas kewenangan dan keuangan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa.Konsistensi BPD dalam melakukan pengawasan terhadap bagaimana suatu program pemerintah, fungsi pemerintahan, peraturan dan keputusan yang telah
ditetapkan bersama BPD dilaksanakan oleh Pemerintah Desa. Sikap Kepala Desa yang tidak otoriter dalam menjalankan
kepemimpinannya menjadikan BPD mampu melaksanakan tugas dan kewenangannya untuk mewujudkan adanya pemerintahan yang baik dan berpihak
kepada warga. BPD merupakan lembaga desa yang mempunyai kedudukan sejajar dengan Kepala Desa dan menjadi mitra Kepala Desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa terealisasi berdasarkan pengamatan BPD sering diikutsertakan dan didengarkan apa yang menjadi aspirasi dan masukannya.
F. Kepala Desa dan Peran Kepala Desa