Gambar 28 CPUE dan lokasi penangkapan ikan kapal PSP 01 tahun 2009-2010
5.2 Pembahasan
Pancing di Palabuhanratu menggunakan rumpon sebagai alat bantu untuk pengumpulan ikan. Pancing yang digunakan juga terdiri dari beberapa jenis yaitu
pancing tonda, pancing layangan, pancing tomba, dan pancing coping. Semua pancing ini tidak dibedakan hasil tangkapannya, tetapi menjadi satu kesatuan hasil
tangkapan pancing rumpon. Hasil tangkapan yang paling dominan adalah madidihang, cakalang, dan
tuna mata besar. Dominasi dari ketiga hasil tangkapan ikan ini disebabkan karena ikan tuna dan jenis ikan cakalang merupakan ikan pelagis yang hidup
bergerombol yang terdiri dari beberapa maupun dalam jumlah banyak. Sedangkan cakalang merupakan ikan perenang cepat dan berenang melawan arus. Ikan
cakalang bergerombol di perairan pelagis hingga pada kedalaman 200 m. Penyebaran ikan tuna dan cakalang yaitu pada perairan tropis yang subur di lautan
bebas. Berenang di lapisan perairan yang dalamnya berkisar 150 m di bawah permukaan laut Nurani et al. 1992. Selain itu dominasi ikan tuna dan cakalang
dikarenakan perairan Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang langsung menghadap ke Samudera Hindia. Subani dan Barus 1989 mengatakan di
Indonesia daerah penangkapan tuna tersebar dibagian timur dan daerah yang langsung berhadapan dengan Samudera Hindia.
Produksi hasil tangkapan dan upaya penangkapan mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Produksi hasil tangkapan unit pancing di Palabuhanratu dari
tahun 2007 sampai dengan 2011 cenderung mengalami peningkatan, begitu juga dengan upaya penangkapan juga mengalami peningkatan. Data produksi hasil
tangkapan dan upaya penangkapan tahun 2007 sampai dengan 2011 memberikan gambaran bahwa tingginya upaya penangkapan diikuti oleh tingginya produksi
hasil tangkapan. Peningkatan produksi hasil tangkapan dari tahun ke tahun disebabkan karena semakin banyaknya kapal-kapal yang menggunakan pancing
rumpon setiap tahunnya. Dari data tahun 2007 sampai dengan 2011 kenaikan jumlah alat tangkap pancing di sekitar rumpon hampir mencapai 40 setiap
tahun. Hal ini disebabkan karena operasi penangkapan menggunakan pancing di sekitar rumpon memiliki keuntungan yang cukup besar dibandingkan dengan alat
tangkap lainnya seperti gillnet dan payang. Selain itu keuntungan yang besar dari pancing ini adalah hasil tangkapan tuna dan cakalang yang memiliki nilai jual
yang cukup tinggi. Produksi hasil tangkapan dan upaya penangkapan untuk setiap musim dari
musim paceklik hingga musim puncak tahun 2007 sampai dengan 2011 juga mengalami fluktuasi. Peningkatan upaya penangkapan unit pancing rumpon juga
menyebabkan peningkatan jumlah produksi hasil tangkapan. Begitupula jika upaya mengalami penurunan maka jumlah produksi hasil tangkapanpun turun
pada setiap musim dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Jika dilihat dari rata-rata upaya penangkapan dan produksi hasil tangkapan, upaya penangkapan pada
musim puncak lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim lainnya. Hal inilah yang menyebabkan produksi pada musim puncak tinggi. Upaya yang besar ini
sangat dipengaruhi karena kondisi cuaca yang baik pada musim tersebut, sehingga nelayan melakukan operasi penangkapan ikan lebih banyak dibandingkan dengan
musim lainnya. Secara umum nilai CPUE dari musim paceklik hingga musim puncak
mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal ini erat kaitannya dengan upaya dan produksi yang juga berubah-ubah setiap tahun. Meningkatnya upaya
penangkapan, maka produksi hasil tangkapan akan meningkat dan nilai CPUE juga meningkat. Peningkatan upaya pada musim puncak di Palabuhanratu karena
musim puncak merupakan musim timur dimana pada musim ini terjadi gelombang yang tidak besar, angin yang tenang, dan musim kemarau. Pada musim inilah
terdapat banyak ikan. Sesuai dengan Nurani et al. 1990 yang menyatakan bahwa di Teluk Palabuhanratu usaha penangkapan ikan dapat dilakukan sepanjang
tahun, tetapi hanya pada musim timur yang menguntungkan. Usaha penangkapan untuk ikan tuna dan cakalang terutama pada musim kemarau. Rata-rata nilai
CPUE dari tahun 2007 sampai dengan 2011 pada musim paceklik, musim sedang I, dan musim sedang II cenderung mengalami penurunan. Rata-rata nilai CPUE
setiap tahun pada musim puncak mengalami peningkatan. Keberadaan sumberdaya ikan yang tidak menentu pada musim dan waktu tertentu adalah salah
satu faktor yang menjadi penyebab fluktuasi tersebut setiap tahunnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengoperasian unit pancing
rumpon dilakukan di daerah sekitar pemasangan rumpon. Posisi rumpon di perairan Palabuhanratu tersebar pada koordinat yang berbeda-beda tetapi pada
kisaran 07 – 09
LS dan 105 – 107
BT. Posisi dan nilai CPUE yang telah diplotkan pada daerah penangkapan fishing ground pada salah satu kapal
penangkapan pancing yaitu kapal PSP 01 dapat dilihat pada Gambar 28. Pada tahun 2009 posisi penangkapan pada musim paceklik berada daerah Cisokan,
Karang Bolong, dan Binuangeun, musim sedang pada posisi 07 18’188 –
07 59’874 LS dan 105
24’096 – 106 25’112 BT, dan musim puncak 07
35’188 – 07
59’874 LS dan 106 18’096 – 106
25’112 BT. Informasi yang dapat diperoleh adalah daerah penangkapan yang paling potensial dan menghasilkan banyak ikan
adalah pada posisi 07 35’188 – 07
59’874 LS dan 106 18’096 – 106
25’112 BT di musim puncak. Begitu pula dengan nilai CPUE yang paling tinggi ada pada
posisi yang sama. Artinya produktivitas terbesar ada di perairan pada posisi 07
35’188 – 07 59’874 LS dan 106
18’096 – 106 25’112 BT. Pada tahun 2010
posisi penangkapan pada musim paceklik berada pada 07 18’188 – 07
50’11” LS dan 105
17’096 – 105 47’15” BT, musim sedang pada posisi 07
18’188 LS dan 105
24’096 BT, dan musim puncak 07 18’188 LS dan 105
24’096 BT. Informasi yang dapat diperoleh adalah daerah penangkapan yang paling potensial dan
menghasilkan banyak ikan adalah pada posisi 07 18’188 LS dan 105
24’096 BT di musim sedang. Begitu pula dengan nilai CPUE yang paling tinggi ada pada
posisi yang sama. Artinya produktivitas terbesar ada di perairan pada posisi 07
18’188 LS dan 105 24’096 BT. Posisi daerah penangkapan ikan pada kapal
PSP 01 secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 3. Produktivitas dari pancing rumpon pada kapal PSP 01 tergantung pada musim dan posisi daerah
penangkapan fishing ground. Manurung 2006, menyebutkan bahwa produktivitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi daerah
penangkapan fishing ground, ukuran kapal dan alat tangkap yang digunakan, musim, dan sumberdaya manusia.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan