Pengaturan Aliran Darah Otak Patofisiologi

6 semua kasus stroke. Insidens stroke diperkirakan 25 lebih tinggi pada laki-laki dibandingakan dengan perempuan. Diperkirakan 85 kasus stroke disebabkan oleh karena adanya blokage disebut stroke iskemik dan 15 kasus stroke disebabkan oleh karena adanya perdarahan di otak disebut stroke hemoragik dengan 10 disebabkan perdarahan intraserebral dan 5 disebabkan perdarahan subaraknoid. Menurut Riskesdas 2013 prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Sulawesi Utara 10,8, diikuti DI Yogyakarta 10,3, Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan 17,9, DI Yogyakarta 16,9, Sulawesi Tengah 16,6 diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh survey ASNA ASEAN Neurological Association di 28 rumah sakit diseluruh Indonesia, pada penderita stroke akut yang drawat di rumah sakit, dan dilakukan survey mengenai faktor-faktor resiko, lama perawatan, mortalitasnya dan morbiditasnya. Penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8, usia 45-64 tahun berjumlah 54,7 dan diatas usia 65 tahun 33,5 Menurut Misbach, J dalam buku Unit Stroke Manajemen Stroke Komprehensif, 2007

2.3. Pengaturan Aliran Darah Otak

Autoregulasi otak adalah kemampuan otak normal mengendalikan volume aliran darahnya sendiri dibawah kondisi tekanan darah arteri yang selalu berubah-ubah. Fungsi ini dilakukan dengan mengubah ukuran-ukuran pembuluh-pembuluh resistensi untuk mempertahankan tekanan aliran darah ke otak dalam rentang fisiologik 60 sampai 160mmHg tekanan arteri rata-rata MAP. Pada pengidap hipertensi, rentang autoregulasi ini meningkat sampai setinggi 180 sampai 200mmHg. Apabila tekanan arteri sistemik rerata turun mendadak ke tekanan yang Universitas Sumatera Utara 7 lebih rendah di dalam rentang fisiologik, arteriol-arteriol berdilatasi untuk menurunkan resistensi sehingga aliran darah ke jaringan otak dipertahankan konstan. Sebaliknya, apabila tekanan arteri sistemik meningkat mendadak di dalam rentang fisiologik, arteriol-arteriol berkonstriksi untuk mempertahankan aliran darah ke kapiler otak walaupun terjadi peningkatan tekanan dorongan darah arteri. Price and Wilson, 2005

2.4. Faktor Resiko Stroke

Menurut National stroke Association 2014, ada 2 tipe faktor resiko terjadinya stroke:

2.4.1. Faktor resiko non modifiable

a. Umur Resiko stroke meningkat seiring meningkatnya umur. Perubahan- perubahan yang menjurus ke aterosklerosis yang merupakan penyebab stroke sudah mulai terjadi setelah manusia dilahirkan. Pada umur 30 tahun, lesi aterosclerosis mulai tampak di arteri-arteri intracranial Setelah umur 55 tahun, resiko stroke menjadi 2kali lipat setiap dekadenya. b. Jenis Kelamin Wanita lebih banyak memiliki kecacatan setelah stroke dibanding pria. Wanita juga lebih banyak meninggal setiap tahunnya karena stroke dibandingkan pria. Namun insidensi stroke lebih tinggi pada pria. c. Ras Amerikan Afrikan beresiko terkena stroke 2 kali lipat dibanding kaukasian. Orang Asia Pasifik juga beresiko lebih tinggi dari pada kaukasian. d. Riwayat Keluarga Jika dalam keluarga ada yang menderita stroke, maka yang lain memiliki resiko lebih tinggi terkena stroke dibanding dengan orang yang tidak memiliki riwayat stroke dikeluarganya. Universitas Sumatera Utara 8

2.4.2. Faktor resiko modifiable

a. Tekanan darah tinggihipertensi Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko yang paling penting. Tekanan darah normal pada usia lebih dari 18 tahun adalah 12080mmHg. Prehipertensi jika tekanan darah 14090 atau lebih. Orang yang bertekanan darah tinggi memiliki resiko setengah atau lebih dari masa hidupnya untuk terkena stroke disbanding orang bertekanan darah normal. Tekanan darah tinggi menyebabkan stress pada dinding pembuluh darah. Hal tersebut dapat merusak dinding pembuluh darah, sehingga bila kolesterol atau substansi fat-like lain terperangkap di arteri otak akan menghambat aliran darah otak, yang akhirnya dapat menyebabkan stroke. Selain itu peningkatan stress juga dapat melemahkan dinding pembuluh darah sehingga memudahkan pecahnya pembuluh darahyang dapat menyebabkan perdarahan otak. b. Fibrilasi atrium Penderita fibrilasi atrium beresiko 5 kali lipat untuk terkena stroke. Kira-kira 15 penderita stroke memiliki fibrilasi atrium. Fibrilasi atrium dapat membentuk bekuan-bekuan darah yang apabila terbawa aliran ke otak akan menyebabkan stroke. c. Kolesterol Tinggi Kolesterol atau plak yang terbentuk di arteri oleh low-density lipoproteins LDL dan trigliserida dapat menghambat aliran darah ke otak sehingga dapat menyebabkan stroke. d. Diabetes Penderita diabetes beresiko 4kali lipat untuk terkena stroke. Kerusakan otak akan semakin parah jika kadar gula darah tinggi saat terjadinya stroke. e. Merokok Merokok mengurangi jumlah oksigen dalam darah, sehingga jantung bekerja lebih keras dan memudahkan terbentuknya bekuan darah. Universitas Sumatera Utara 9 Merokok juga meningkatkan terbentuknya plak di arteri yang menghambat aliran darah otak, sehingga menyebabkan stroke. f. Pengguna alkohol Meminum alkohol lebih dari 2 gelashari meningkatkan resiko terjadinya stroke 50. Namun, hubungan antara alkohol dan terjadinya stroke masih belum jelas. g. Obesitas Obesitas dan kelebihan berat badan akan mempengaruhi sistem sirkulasi. Obesitas juga menyebabkan seseorang memiliki kecenderungan memiliki kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes, yang semuanya dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke.

2.5. Klasifikasi Stroke

Menurut Misbach 1999, dalam Ritarwan 2002 dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke. Adapun klasifikasi stroke antara lain : 2.5.1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya: 1. Stroke Iskemik a. TIA b. Trombosis serebri c. Emboli serebri 2. Stroke Hemoragik a. Perdarahan intraserebral b. Perdarahan subrakhnoid 3. Berdasarkan stadium pertimbangan waktu : a. Serangan iskemik sepintas TIA Pada bentuk ini gejala neurologic yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam b. RIND Reversible Ischemic Neurologic Deficit Universitas Sumatera Utara 10 Gejala neurologis yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu. c. Progressing stroke atau stroke in evolution Gejala neurologik yang makin lama makin berat d. Completed stroke Gejala klinis sudah menetap.

2.5.2. Berdasarkan sistem pembuluh darah :

Sistem karotis dan sistem vertebra-basiler.

2.6. Patofisiologi

Infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional dibatang otak terjadi karena kawasan pendarahan suatu arteri tidakkurang mendapat aliran darah lagi. Aliran darah tidak dapat disampaikan ke daerah tersebut oleh karena arteri yang bersangkutan tersumbat ataupun pecah. Lesi yang terjadi dinamakan infark iskemik jika arteri tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Maka dari itu stroke dapat dibagi dalam: a Stroke iskemik b Stroke hemoragik Stroke iskemik dapat dibedakan lagi dalam stroke emboli dan trombotik. Pada stroke trombotik didapati oklusi di tempat arteri serebral yang bertrombus. Pada stroke emboli penyumbatan disebabkan oleh suatu embolus yang dapat bersumber pada arteri serebral, karotis interna, vertebra-basilar, arkus aorta asendens ataupun katup serta endokardium jantung. Embolus tersebut berupa suatu thrombus yang terlepas dari dinding arteri yang aterosklerotik dan berulserasi, ataupun gumpalan trombosit yang terjadi karena fibrilasi atrium, gumpalan kuman karena endokarditis bacterial atau gumpalan darah dan jaringan karena infark mural. Kini telah diperoleh bukti-bukti bahwa embolisasi yang bersumber pada erteri serebral lebih sering terjadi daripada embolisasi yang bersumber di jantung. Lagi pula telah diketahui bahwa embolus sendiri tidak merupakan faktor satu-satunya, oleh karena embolus dapat Universitas Sumatera Utara 11 menerobos kawasan kapilar sambil mencarikan dirinya lisis. Tetapi keadaan arteri- arteri serebral yang sudah aterosklerotik ikut menentukan juga terjadinya oklusi arteri pada embolisasi. Angka statistik untuk infark serebri akibat embolisasi adalah 80. Sedangkan dahulu diperkirakan berdasarkan gambaran klinisnya, embolis serebri mencakup hanya 5 dari semua kasus infark serebri. Keadaan arteri-arteri serebral yang sudah aterosklerotik atau arteriosklerotik itu mendasari sebagian besar lesi vascular di otak dan batang otak. Sebagaimana nanti akan dijelaskan lebih lanjut, arteri-arteri cerebral tersebut diatas dianggap sebagai arteri-arteri yang tidak sehat. a Secara struktural arteri-arteri tersebut mempermudah terjadinya oklusi dan turbulensi karna penyempitan lumen sehingga mempermudah pembentukkan embolus. b Secara fungsional arteri-arteri tersebut tidak dapat mengelola dilatasi dan konstriksi vaskular secara sempurna. Sehingga pada keadaan-keadaan yang kritis akan timbul gangguan sirkulasi yang mengakibatkan terjadinya iskemik dan infark serebri. Sidharta, 2009 Gambar 2.1 Stroke Hemoragik Gambar 2.2. Stroke Iskemik Sumber: Heart and Stroke Foundation of Canada Universitas Sumatera Utara 12

2.7. Gejala dan Tanda