64
5.3.1. Validasi Model
Salah satu tujuan penelitian dengan menggunakan model ekonometrika, yaitu pengambilan keputusan yang menyangkut masa mendatang. Melalui teknik
simulasi dapat dianalisis dampak yang terjadi akibat pemilihan berbagai alternatif kebijakan. Oleh karena itu, model yang digunakan perlu divalidasi apakah daya
ramal yang dimilikinya cukup baik atau tidak. Hasil validasi model permintaan dan penawaran beras di Indonesia dari tahun 1971 sampai tahun 2008 dapat
dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai statistik U-Theil sebesar 0.075. Hal ini berarti nilai statistik U-Theil mendekati
nilai ideal yaitu nol, nilai ini mengindikasikan bahwa simulasi model mengikuti data aktualnya dengan baik.
Tabel 8. Hasil Validasi Model Perberasan di Indonesia Tahun 1971-2008
No. Persamaan
RMSPE R
UM UR
UD US
UC U
1. AREA
3.9823 0.97
0.31 0.08
0.61 0.14
0.55 0.02
2. PRDV
3.3553 0.99
0.13 0.05
0.82 0.09
0.78 0.02
3. HGTPR
23.9484 0.90
0.00 0.00
1.00 0.06
0.94 0.09
4. IMPR
405.7 0.49
0.01 0.00
0.99 0.31
0.68 0.34
5. QDBR
4.4346 0.98
0.00 0.00
1.00 0.00
1.00 0.02
6. HBINR
12.0215 0.96
0.00 0.00
1.00 0.02
0.97 0.07
7. HIMPR
369.1 0.95
0.00 0.00
1.00 0.04
0.96 0.12
8. PRDP
3.6860 1.00
0.05 0.26
0.69 0.30
0.65 0.01
9. PRDB
3.6860 1.00
0.05 0.26
0.69 0.30
0.65 0.01
10. QSBR
9.2698 0.98
0.57 0.08
0.35 0.05
0.39 0.05
Sumber: Data diolah, 2010
5.3.2. Simulasi Historis
Variabel yang disimulasikan pada penelitian ini, yaitu kenaikan harga riil gabah tingkat petani sebesar 9 persen, kenaikan harga riil pembelian pemerintah
sebesar 8 persen, kenaikan harga riil pupuk urea 4 persen, penurunan luas areal panen padi sebesar 1 persen, kenaikan jumlah penduduk sebesar 0.04 persen,
kenaikan curah hujan sebesar 10 persen, dan penurunan tarif impor beras sebesar 0.8 persen. Tujuan dari ketujuh simulasi di atas, yaitu untuk mengetahui
65 bagaimana dampak perubahan kebijakan pemerintah dan faktor lain terhadap
pendapatan petani padi di Indonesia. Hasil simulasi model perberasan di Indonesia tahun 1971 sampai tahun 2008 disajikan pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Hasil Simulasi Model Perberasan di Indonesia Tahun 1971-2008
No. Persamaan
Nilai Dasar Perubahan
I II
III IV
V VI
VII
1. AREA
10,548.4 -1.00
7.13 2.
PRDV 3.8688
1.71 0.70
-0.73 0.54
-0.98 3.
HGTPR 1,132.5
9.00 5.29
0.85 2.73
-7.42 4.
IMPR 942.3
-20.28 -8.53
8.85 28.44
0.75 -76.92
0.03 5.
QDBR 24,488.9
0.02 -1.09
-0.01 -0.03
0.06 0.08
6. HBINR
1,810.5 -0.14
7.77 0.06
0.19 -0.01
-0.55 7.
HIMPR 1,776.4
-0.06 8.
PRDP 41,583.8
1.66 0.72
-0.74 -2.28
6.40 9.
PRDB 26,197.8
1.66 0.72
-0.74 -2.28
6.40 10.
QSBR 28,872.9
0.84 0.37
-0.38 -1.14
0.61 3.30
0.00069
Keterangan: I
: Harga riil gabah tingkat petani naik 9 persen II
: Harga riil pembelian pemerintah naik 8 persen III
: Harga riil pupuk urea naik 4 persen IV
: Luas areal panen padi turun 1 persen V
: Jumlah penduduk naik 0.04 persen VI
: Curah hujan naik 10 persen VII
: Tarif impor beras turun 0.8 persen
Sumber : Data diolah, 2010
5.3.2.1. Kenaikan Harga Riil Gabah Tingkat Petani Sebesar 9 Persen
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika harga riil gabah tingkat petani dinaikkan sebesar 9 persen akan mendorong petani untuk meningkatkan
produktivitas padi sebesar 1.71 persen sehingga produksi padiberas dan penawaran beras meningkat masing-masing sebesar 1.66 persen dan 0.84 persen.
Adapun permintaan beras hanya meningkat sebesar 0.02 persen sehingga jumlah impor beras dan harga riil beras Indonesia menurun masing-masing sebesar 20.28
persen dan 0.14 persen. Besarnya persentase peningkatan produksi beras sama dengan produksi padi karena produksi beras merupakan hasil perkalian antara
produksi padi dengan faktor konversi atau tingkat rendemen pengolahan padi menjadi beras.
Dampak kenaikan harga riil gabah tingkat petani menyebabkan peningkatan paling besar pada produktivitas padi dan penurunan paling besar pada
66 jumlah impor beras. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah sebaiknya tetap
menerapkan kebijakan subsidi pupuk untuk meningkatkan produktivitas padi sehingga dapat menurunkan jumlah impor beras.
5.3.2.2. Kenaikan Harga Riil Pembelian Pemerintah Sebesar 8 Persen
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika harga riil pembelian pemerintah dinaikkan sebesar 8 persen, akan mendorong petani untuk
meningkatkan produktivitas padi sebesar 0.70 persen sehingga produksi padiberas dan penawaran beras juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar
0.72 persen dan 0.37 persen. Oleh karena itu, jumlah impor beras mengalami penurunan sebesar 8.53 persen yang juga disebabkan penurunan permintaan beras
sebesar 1.09 persen. Adanya kenaikan harga riil pembelian pemerintah akan meningkatkan harga riil gabah tingkat petani dan harga riil beras Indonesia
masing-masing sebesar 5.29 persen dan 7.77 persen. Dampak kenaikan harga riil pembelian pemerintah menyebabkan
peningkatan paling besar pada harga riil beras Indonesia dan penurunan paling besar pada jumlah impor beras. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah sebaiknya
meningkatkan harga pembeliannya agar harga riil beras Indonesia naik sebagai upaya mensejahterakan petani sehingga dapat mengurangi jumlah impor beras.
5.3.2.3. Kenaikan Harga Riil Pupuk Urea Sebesar 4 Persen
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika harga riil pupuk urea dinaikkan sebesar 4 persen. Kenaikan harga riil pupuk urea menyebabkan petani
mengurangi penggunaannya sehingga berdampak pada produktivitas padi akan menurun sebesar 0.73 persen. Hal tersebut juga menyebabkan penurunan produksi
padiberas dan penawaran beras masing-masing sebesar 0.74 persen dan 0.36
67 persen sehingga harga riil gabah tingkat petani, harga riil beras Indonesia, dan
jumlah impor beras mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0.85 persen, 0.06 persen, dan 8.85 persen. Peningkatan harga riil beras Indonesia menyebabkan
permintaan beras mengalami penurunan sebesar 0.01 persen. Dampak kenaikan harga riil pupuk urea menyebabkan peningkatan paling
besar pada jumlah impor beras dan penurunan paling besar pada produksi padiberas. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah masih perlu memberikan
subsidi pupuk kepada petani seperti pada tahun 2008, yaitu sebesar Rp 2.5 triliun
2
karena dengan penurunan atau bahkan penghapusan subsidi, maka harga pupuk akan semakin mahal yang membuat produksi padiberas semakin menurun dan
akibatnya jumlah impor beras akan semakin meningkat.
5.3.2.4. Penurunan Luas Areal Panen Padi Sebesar 1 Persen
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika luas areal panen padi diturunkan sebesar 1 persen dapat menyebabkan produksi padiberas dan
penawaran beras menurun masing-masing sebesar 2.28 persen dan 1.14 persen. Sedangkan produktivitas padi, harga riil gabah tingkat petani, jumlah impor beras,
dan harga riil beras Indonesia meningkat berturut-turut sebesar 0.54 persen, 2,73 persen, 28.44 persen, dan 0.19 persen. Adapun permintaan beras mengalami
perubahan yang sangat kecil, yaitu sebesar 0.03 persen. Dampak penurunan luas areal panen padi menyebabkan peningkatan
paling besar pada jumlah impor beras dan penurunan paling besar pada produksi padiberas. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah perlu mewaspadai dengan
semakin meluasnya konversi luas areal panen padi akibat alih fungsi lahan
2
http:www.tempointeraktif.com diakses tanggal 12 Maret 2011
68 pertanian akan berdampak pada peningkatan jumlah impor beras dan penurunan
produksi padiberas.
5.3.2.5. Kenaikan Jumlah Penduduk Sebesar 0.04 Persen
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika jumlah penduduk meningkat sebesar 0.04 persen, akan terjadi perubahan terhadap 4 variabel, yaitu jumlah
impor beras, permintaan beras, harga riil beras Indonesia, dan penawaran beras. Harga riil beras Indonesia mengalami penurunan sebesar 0.01 persen sedangkan
jumlah impor beras dan permintaan beras mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0.75 persen dan 0.06 persen. Penawaran beras domestik juga meningkat
sebesar 0.61 persen karena terjadi peningkatan jumlah impor beras. Dampak kenaikan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan paling
besar pada jumlah impor beras dan penurunan pada harga riil beras Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa jika setiap tahun jumlah penduduk terus meningkat, maka
jumlah impor beras akan semakin besar karena sebagian besar masyarakat mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan utama sehingga kebutuhan beras
domestik semakin tinggi. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan pemerintah yang efektif dalam pengaturan jumlah penduduk.
5.3.2.6. Kenaikan Curah Hujan Sebesar 10 Persen
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika curah hujan meningkat sebesar 10 persen, akan meningkatkan luas areal panen padi, produksi padiberas,
permintaan beras dan penawaran beras masing-masing sebesar 7.13 persen, 6.40 persen, 0.08 persen, dan 3.30 persen. Adapun produktivitas padi, harga riil gabah
tingkat petani, jumlah impor beras, dan harga riil beras Indonesia mengalami
69 penurunan masing-masing sebesar 0.98 persen, 7.42 persen, 76.92 persen, dan
0.55 persen. Dampak kenaikan curah hujan menyebabkan peningkatan paling besar
pada luas areal panen padi dan penurunan paling besar pada jumlah impor beras. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan sangat berpengaruh pada luas areal
panen padi. Jika curah hujan meningkat, maka luas areal panen padi juga akan meningkat sehingga produksi padi akan mengalami peningkatan. Sedangkan jika
curah hujan menurun, maka luas areal panen padi juga akan menurun sehingga produksi padi akan mengalami penurunan.
5.3.2.7. Penurunan Tarif Impor Beras Sebesar 0.8 Persen
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika tarif impor diturunkan sebesar 0,8 persen, akan menyebabkan jumlah impor beras naik sebesar 0.03
persen sedangkan penawaran beras domestik meningkat sebesar 0.00069 persen. Adapun harga riil beras impor Indonesia mengalami penurunan sebesar 0.06
persen. Dampak penurunan tarif impor beras menyebabkan peningkatan paling
besar pada jumlah impor beras tahun 2008 tarif impor beras diketahui sebesar Rp 450 per kilogram. Hal ini menunjukkan jika tarif impor beras diturunkan maka
jumlah impor beras yang masuk ke Indonesia akan semakin meningkat akibatnya harga riil beras Indonesia semakin menurun. Penurunan harga riil beras Indonesia
merugikan petani karena pendapatan petani akan berkurang. Disisi lain jika harga riil beras impor Indonesia menurun, maka harga riil beras Indonesia tidak akan
mampu bersaing dengan beras impor sehingga memungkinkan adanya penyelundupan beras.
70
5.4. Penentuan Alternatif Kebijakan untuk Peningkatan Produksi Beras