12
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada latar belakang, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut ” Faktor-Faktor Apa Yang
Memengaruhi Remaja Menjadi Pekerja Seks Komersial Studi Deskriptif : PSK Dampingan Perempuan Peduli Pedila Medan Lokalisasi Losmen Cibulan Sambu Medan.”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang memengaruhi remaja menjadi pekerja seks komersial Studi Deskriptif : PSK
Dampingan Perempuan Peduli Pedila Medan Lokalisasi Losmen Cibulan Sambu Medan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah 1.
Secara akademis, dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan kajian serta studi komparasi bagi peneliti atau mahasiswa yang tertarik terhadap
penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi seorang perempuan menjadi pekerja seks komersial.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka
membantu program-program yang dibuat pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat guna meberdayakan pekerja seks komersial agar berfungsi sosial kembali.
13
1.4 Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan secara teoritis variabel-variabel yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis melakukan penelitian.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Seks
Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa Inggris
pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M. “Seks” secara leksikal bisa berkedudukan sebagai kata benda noun, kata sifat adjective, maupun kata kerja transitif
verb of transitive. Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting naluri yang dimiliki oleh setiap
manusia, baik dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan manusia.
Pengertian seks yang lebih luas lagi adalah yang dikemukakan oleh Wirawan 1991 : 10 yang mendefinisikan seks dalam dua segi, yaitu :
1. Seks dalam arti sempit
Dalam arti yang sempit, seks berarti kelamin dan yang termasuk adalah kelamin : a.
Alat kelamin itu sendiri b.
Anggota-anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan antara laki- laki dan wanita, misalnya : perbedaan suara, pertumbuhan kumis, payudara dan lain-
lain. c.
Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin.
d. Hubungan kelamin senggama dan percumbuan.
e. Proses pembuahan, kehamilan dan kelahiran.
15
2. Seks dalam arti luas
Dalam arti yang luas seks berarti segala hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain :
a. Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar dan genit.
b. Perbedaan atribut : pakaian, nama dan lain-lain.
c. Perbedaan peran dan pekerjaan.
d. Hubungan antara pria dan wanita : tata krama, pergaulan, percintaan, pacaran,
perkawinan dan lain-lain. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan lawan
jenis maupun dengan sesama jenis. Ada beberapa tipe hubungan seksual yang dapat terjadi antara dua orang yang bersahabat
yaitu : a.
Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang pria dengan pria lain homoseksual;
b. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang wanita dengan wanita lain
lesbian; c.
Tipe hubungan seks seorang pria dengan seorang wanita. Menurut Reuben Wirawan, 1991:13 seks mempunyai fungsi :
a. Seks untuk tujuan reproduksi, yaitu untuk memperoleh keturunan, oleh kerena itu
sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang tabu dan tidak patut dibicarakan secara terbuka;
b. Seks untuk pernyataan cinta, yaitu seks yang dilakukan berlandaskan cinta dan
didukung oleh ikatan cinta; c.
Seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati hubungan yang lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan salah satu pihak.
16
Menurut Surtiretna 2001:2, pengertian seks bisa ditinjau dari 5 aspek antara lain : a.
Seks ditinjau dari segi biologis Bagaimana remaja tersebut memahami tentang seks itu sendiri yang mana
karakteristik kelamin primer yang menunjuk pada organ tubuh yang langsung berhubungan dengan alat persetubuhan dan proses repruduksi. Perbedaan organ
repruduksi juga termasuk dalam segi biologis yang sejak kecil sudah tertanam dalam diri anak.
b. Seks ditinjau dari segi Psikologis
Kematangan sangat nampak dalam bidang perilaku seksual. Hal ini disebabkan karena penyesuaian diri sikap bermusuhan dengan lawan yang merupakan ciri dari akhir masa
kanak-kanak dan masa puber, menjadi sikap menaruh minat dan mengembangkan kasih sayang kepada mereka merupakan penyesuaian yang radikal. Remaja yang tidak
berkencan karena mereka kurang menarik bagi lawan jenis atau karena mereka masih meneruskan perasaan tidak senang pada lawan jenis, dianggap tidak matang oleh teman-
teman sebaya, keadaan ini menyebabkan terputusnya hubungan sosial remaja dengan teman-teman yang sikap dan perilaku terhadap lawan jenis sudah menjadi lebih matang.
Menolak peran seks yang diakui dan terus-menerus memikirkan masalah seks, kehamilan sebelum menikah dan pernikahan sebelum remaja dapat mencari nafkah, juga dianggap
sebagai tanda-tanda ketidakmatangan. Menolak peran seks yang diakui, terlebih bagi gadis-gadis, dianggap sebagai salah satu ketidakmatangan yang paling berbahaya
dibidang ini karena dapat merupakan sumber kesulitan dalam perkawinan. c.
Seks ditinjau dari segi Agama Dalam agama Islam, pendidikan seks tidak dapat dipisahkan dari agama dan bahkan
harus sepenuhnya dibangun diatas landasan agama. Dengan mengajarkan pendidikan seks yang demikian, diharapkan dapat terbentuk individu remaja yang menjadi manusia
17
dewasa dan bertanggung jawab, baik pria maupun wanita sehingga mereka mampu berperilaku sesuai dengan jenisnya dan bertanggungjawab atas kesesuaian dirinya serta
dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungan sekitarnya, strata sosial ekonomi akan berpengaruh pada tingkat pendidikan dan hubungan sosial seseorang dengan orang lain,
sehingga fungsi-fungsi pengenalan ingatan, khayalan dan daya fikir individu yang semua itu akan mempengaruhi terhadap informasi, kemajuan teknologi sangat besar perananya,
sehingga jelas bahwa orang yang hidup dikota akan berbeda kebutuhannya dengan orang yang hidup didesa. Dengan kata lain bahwa lingkungan mempengaruhi kebutuhan
manusia baik materi maupun non materi. Perbuatan seseorang adalah cerminan dari pemenuhan kebutahan orang tersebut. Dengan demikian iman yang ada pada hati nurani
dan perasaan takut pada tuhan mempunyai peranan yang penting terhadap kebutuhan manusia dan itu semua sudah dibatasi dalam hukum agama.
d. Seks ditinjau dari Sosial
Bernstein dalam Hurlock, 1990 : 129 menjelaskan bahwa seksisme pemahaman seks dimulai dari kegiatan di taman kanak-kanak dimana gadis-gadis kecil diarahkan
bermain dengan boneka dan diluar kegiatan rekreasi antara anak laki-laki dan perem puan sangat dibedakan misalnya, anak laki-laki diberi bola dan alat pemukulnya, sedangkan
anak perempuan bermain lompat tali, perantara penting yang mampu memberikan pendidikan pendidikan atau peran seks diri anak adalah media massa, buku cerita,
pertunjukkan TV yang dilihat dan semua yang mengerahkan pada penggolongan peran seks. Pendidikan seks saat ini harus mengantisipasi kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara pada satu atau dua dekade mendatang agar subjek atau peserta didik dapat mengambil peran yang tepat dalam kehidupan. Pendidikan sebagai investasi kemanusian
jangka panjang long range Human investment harus memberi kemungkinan suksesnya kehidupan manusia pada masa yang akan datang. Berbagai kemajuan teknologi,
18
penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik, termasuk didalamnya terdapat informasi tentang seks, menantang para pendidik dimanapun ia berada untuk
berpartisipasi secara aktif dan benar menyiapkan anak bangsa membangun masa depan yang baik, mapun menyangkal berbagai informasi yang justru mampu merusak masa
depan. e.
Seks ditinjau dari segi Hukum Kesopanan pada umumnya mengenai adat kebiasaan yang baik dalam hubungan
antara berbagai anggota masyarakat, sedangkan kesusilaan mengenai juga adat kebiasaan yang baik itu, tetapi yang khusus ini sedikit banyak mengenai kelamin seks seorang
manusia yang sudah tercantum dalam KUHP. Menurut Oemar Seno Adji dalam karangannya pada majalah “Hukum dalam Masyarakat” Tahun 1965 Nomor 3,4,5,6 dan
tahun 1966 Nomor 1,2,3 menggunakan istilah delict susila. Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seks adalah segala sesuatu yang
berkenaan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang mempunyai peranan masing- masing dalam kehidupannya.
2.2 Pekerja Seks Komersial 2.2.1 Pengertian Pekerja Seks Komersial