Tanjung, lalu pelaku menembakkan supir dan satpam dan mengambil uang Rp 120.000.000,- yang ada didalam mobil, kemudian pelaku
melarikan diri sesuai dengan LP54V2009Asahan Puran, tanggal 8 Mei 2009 lidik Polres AsahanPolsek Indra Pura.
53
C. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Kejahatan dengan Menggunakan
Senjata Api di Wilayah Kepolisian Sumatera Utara dan Sekitarnya
Sekarang ini kejahatan-kejahatan yang sering terjadi ditengah-tengah masyarakat sangatlah beraneka ragam bentuknya, misalnya pencurian, penipuan,
penganiayaan, penculikan, serta kasus kejahatan biasa lainnya sampai kejahatan yang menimbulkan rasa takut dan cemas terhadap masyarakat, seperti kasus
dengan menggunakan senjata api, senjata tajam, pembunuhan dengan berbagai motif, kejahatan narkotika dan psikotropika, perdagangan wanita dan anak
dibawah umur, serta kasus-kasus lainnya. Dengan begitu banyaknya terjadi kejahatan-kejahatan tersebut tidak diragukan lagi bahwa akan menimbulkan
dampak yang sangat mengkhawatirkan terhadap masyarakat. Meningkatnya jumlah kasus-kasus kriminalitas di kota-kota besar
merupakan suatu tempat dimana bertumpuknya segala macam persoalan- persoalan yang dihadapi oleh komunitas masyarakat di kota-kota besar, terutama
bagi aparat kepolisian, dimana mereka mempunyai tugas yang sangat berat dalam menghadapi berbagai macam jenis tindak pidana kejahatan yang ada di kota-kota
besar. Memang masih ada sisa-sisa kenyamanan dan keamanan diberbagai
sudut kota, di rumah kediaman, kantor atau kampus, pusat-pusat perbelanjaan, dan
54
53
Data-data yang diterima dari Kepolisian Sumatera Utara Bagian Reserse Kriminal, pada tanggal 24 Maret 2010.
Universitas Sumatera Utara
tempat-tempat hiburan. Tetapi kondisinya tetap saja menakutkan dan menyeramkan, karena adanya tindak kejahatan seperti pencopetan, pemerasan,
penodongan, dan pencurian yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi atas diri siapapun dan dimanapun kita berada.
Tingginya tingkat kriminalitas yang terjadi di kota-kota besar biasanya disebabkan oleh faktor perekonomian seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari
banyaknya pemberitaan mengenai kejahatan-kejahatan yang terjadi di kota-kota besar melalui media informasi yang ada. Kurangnya tingkat perekonomian yang
berupa lapangan pekerjaan untuk golongan kelas menengah kebawah dapat menimbulkan banyaknya jumlah pengangguran, serta meningkatnya harga-harga
kebutuhan hidup yang juga dapat mengurangi pendapatan masyarakat. Sehingga dari kondisi yang seperti ini dapat menimbulkan suatu tekanan-tekanan kebutuhan
yang sangat besar, sehingga bagi mereka yang imannya lemah akan lebih mudah tergiur untuk melakukan tindakan-tindakan kriminalitas.
Begitu juga dengan faktor sosial atau faktor lingkungan, kurangnya rasa solidaritas sosial dikalangan masyarakat dapat menimbulkan rasa sentiment dan
kesenjangan sosial, dan pada keadaan-keadaan tertentu ada beberapa kalangan masyarakat cenderung bergaya hidup mewah dan mencolok ditengah lingkungan
masyarakat yang tidak kondusif, sehingga dapat menyebabkan terjadinya tindak pidana. Hal inilah yang memunculkan kecemburuan sosial serta hilangnya
komitmen moral masyarakat demi melakukan pengejaran terhadap keuntungan pribadinya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kepolisian Sumatera Utara bagian Reserse Kriminal yang dilakukan melalui wawancara dengan Bapak
55
Universitas Sumatera Utara
Kompol Kasmin Ginting, Kepala Bagian Analisis, mengenai faktor-faktor timbulnya suatu kejahatan di wilayah Hukum Kepolisian Sumatera Utara,
sekarang ini biasanya lebih banyak disebabkan oleh beberapa faktor dibawah ini, yaitu:
54
1. Faktor Lingkungan,
2. Faktor ekonomi,
3. Faktor Industrial atau Lapangan pekerjaan.
Sampai saat ini ketiga faktor inilah yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah tentang kejahatan dengan menggunakan senjata api yang
semakin meningkat di Sumatera Utara. Seperti yang tertuang dalam Teori-teori Strain yang merupakan hasil
karya dari Emile Durkheim, yang juga menyatakan bahwa untuk dapat mempelajari seseorang dalam hubungannya terhadap suatu masyarakat adalah
dengan melihat pada bagian-bagian komponennya dalam usaha mengetahui bagaimana masing-masing berhubungan seorang dengan yang lainnya. Kita dapat
melihat kepada struktur dari masyarakat guna melihat bagaimana ia berfungsi. Jika seseorang yang dalam suatu masyarakat itu stabil, bagian-bagiannya
beroperasi dengan lancar, susunan sosial berfungsi. Orang yang seperti itu ditandai oleh kepaduan, kerjasama, dan kesepakatan. Namun, jika bagian-
bagiannya tertata dalam suatu keadaan yang membahayakan keteraturanketertiban sosial, susunan masyarakat itu tidak berfungsi. Dengan kata
56
54
Hasil wawancara di Kepolisian Sumatera Utara bagian Reserse Kriminal, pada tanggal 24 Maret 2010.
Universitas Sumatera Utara
lain disini dapat kita lihat bahwa lingkungan sekitar sangat mempengaruhi seseorang berniat melakukan kejahatan atau tidak.
55
Begitu juga akan perkembangan suatu negara. Semakin berkembangnya suatu negara, semakin besar juga tekanan ekonomi terhadap seseorang akan
kebutuhan hidupnya. Hal tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan kejahatan agar dia dapat memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya.
Disamping ketiga faktor tersebut diatas, ada lagi satu faktor penyebab meningkatnya tindak kejahatan dan kekerasan dengan menggunakan senjata api,
dimana sekarang ini banyak sekali kita lihat sindikat penjualan senjata api secara illegal atau tanpa izin dari Kepolisian yang masuk ke wilayah Indonesia.
Sekarang ini banyak sekali senjata api illegal yang masuk ke Indonesia, mulai dari jenis senjata api rakitan atau dibuat sendiri home made sampai senjata
api otomatis atau canggih senjata api modern yang sampai saat ini masih belum jelas darimana senjata api tersebut dapat dengan mudah masuk ke wilayah
Indonesia. Kurangnya keamanan dan pengawasan dalam mengantisipasi masuknya senjata api illegal ke wilayah Indonesia sehingga menyebabkan para
pelaku penyelundupan senjata api dapat dengan mudah menjual bebas senjata api tersebut.
56
Selain mengenai masuknya berbagai jenis senjata api ke wilayah Indonesia, mengenai undang-undang kepemilikan senjata api juga merupakan
salah satu pemicu meningkatnya tindak kejahatan. Undang-undang memperbolehkan warga sipil untuk dapat memiliki senjata api untuk perlindungan
57
55
Topo Santoso, Op.cit, Hal. 58.
56
Hasil wawancara di Kepolisian Sumatera Utara bagian Laboratorium Forensik, pada tanggal 12 Februari 2010..
Universitas Sumatera Utara
diri. Undang-undang yang mengatur tentang diperbolehkannya warga sipil untuk memiliki senjata api adalah Undang-Undang Nomor 8 tahun 1948 tentang
Pendaftaran dan Pemberian Izin Dalam Pemakaian Senjata Api, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1960 tentang Kewenangan Perizinan yang diberikan menurut
perundang-undangan mengenai senjata api dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.
Izin kepemilikan senjata api yang sudah dijelaskan dalam berbagai macam undang-undang diatas memang memperbolehkan masyarakat umum untuk
memiliki senjata api. Menurut Kepala Laboratorium Forensik Kepolisian Sumatera Utara, Drs. CH. Syafrian S. Warga tertentu yang karena tugas dan
jabatannya masyarakat umum dapat memperoleh izin untuk memiliki senjata api. Maksudnya adalah izin kepemilikan diberikan kepada warga sipil tertentu karena
tugas dan jabatannya serta dalam rangka untuk membela diri, seperti satuan pengamanan atau satpam security, polisi khusus polsus, aparat keamanan pada
lokasi perkebunan tertentu, para pejabat pemerintahan seperti hakim dan jaksa, pengusaha, anggota dewan, pengusaha, yang karena tugasnya sehari-hari yang
determinatif yang menentukan hidup manusia. Untuk izin kepemilikan senjata api yang diberikan kepada seseorang
karena permintaannya sendiri, izin tersebut haruslah diberikan oleh Kepolisian Republik Indonesia secara selektif dan dengan prosedur yang cukup ketat. Izin
tersebut juga diberikan kepada seseorang yang ingin memiliki senjata api apabila telah melakukan beberapa tes, yang diantaranya tes psikologi, tes kesehatan, tes
kecakapan, serta ujian menembak. Hal tersebut dilakukan agar seseorang yang memiliki senjata api secara emosional dapat mempertanggungjawabkan
58
Universitas Sumatera Utara
perbuatannya, agar tidak sewenang-wenang atau secara sembarangan mempergunakan senjata api tersebut. Tidak hanya kepada masyarakat umum saja
izin kepemilikan senjata api dilakukan secara selektif dan dengan prosedur yang ketat, tetapi kepada aparat kepolisian juga dilakukan evaluasi terhadap izin
kepemilikan senjata api tersebut.
57
Dapat kita lihat dari contoh-contoh kasus kriminalitas diatas bahwa pada saat ini memang banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi oleh aparat
kepolisian, terutama mengenai banyaknya kasus-kasus kejahatan dengan menggunakan senjata api. Aparat kepolisian yang dalam melakukan usaha
penyidikan terhadap kasus-kasus kejahatan dengan senjata api seringkali menghadapi kesulitan-kesulitan seperti tidak ditemukannya barang bukti yang
benar-benar menunjang untuk dijadikan bahan penyelidikan lebih lanjut. Meningkatnya kejahatan dengan menggunakan senjata api memang
dirasakan cukup meresahkan masyarakat. Kejahatan dengan menggunakan senjata api ini tidak hanya dilakukan dengan menggunakan senjata api illegal atau rakitan
saja, tetapi juga dilakukan oleh orang yang telah memiliki izin dalam menggunakan senjata api. Seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya,
bahwa izin kepemilikan senjata api legal ini telah melalui prosedur perizinan dimana mereka seharusnya dapat menahan dan mengendalikan emosi mereka
apabila terlibat dalam suatu masalah, sehingga tidak menimbulkan suatu tindak pidana.
Kejahatan dengan menggunakan senjata api tidak hanya dilakukan oleh masyarakat umum saja, tetapi aparat kepolisian juga ada yang menyalahgunakan
59
57
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kegunaan daripada senjata api yang dimilikinya tersebut. Pada Tahun 2007 terjadi peristiwa yang menjadi perbincangan masyarakat khususnya kota Medan akibat
terjadinya penembakan yang dilakukan oleh seorang aparat yaitu alm. Iptu Oloan Hutasoit menembak sepasang pengantin baru di Syariah Fair Komplek IAIN
Sumatera Utara, karena sakit hati. Aksi yang berujung dengan penembakan bunuh diri ini terjadi pada hari Rabu 24 Januari 2007.
Pada peristiwa tersebut, Iptu Oloan Hutasoit menembak pasangan suami istri Ahrul Fahmi dan Nanda Syafrina Simangunsong warga kompleks IAIN
Medan. Oloan Hutasoit juga melakukan penembakan terhadap dirinya sendiri pada bagian kepalanya. Kejadian tersebut terjadi karena persoalan percintaan
dimana Nanda Syafrina Simangunsong merupakan mantan kekasih Iptu Oloan Hutasoit.
Peristiwa ini cukup mencoreng kreadibilitas Kepolisian dimata masyarakat. Mantan Kepala Polisi Daerah Sumatera Utara Irjen Pol Nurudin
Usman mengatakan berjanji akan lebih memperketat lagi pemberian senjata kepada aparat keamanan dan lebih selektif lagi mempersenjatai anggota di
lapangan. Irjen Pol Nurudin Usman juga menegaskan pihaknya sudah melakukan
sejumlah rencana. Diantaranya yaitu berupa pengetatan terhadap registrasi yang selama ini secara rutinitas dilakukan setiap enam bulan sekali kepada personel
khusus yang memegang senjata api. Nurudin juga berencana akan menerapkan tes psikologi bagi anggota yang memegang senjata api. Ini dilakukan agar kejadian
itu tidak terulang kembali. Menyangkut penarikan senjata api bagi personel di lapangan, Nurudin mengaku tidak bisa dilakukan secara global. Bagi personel
60
Universitas Sumatera Utara
non-operasional seperti ajudan dan penyidik, penarikannya akan dipertimbangkan, sedangkan personel operasional sepertinya tidak mungkin dilakukan.
58
Tindak pidana dengan menggunakan senjata api yang dilakukan oleh aparat kepolisian ataupun TNI hingga sekarang ini masih saja ada terjadi. Tindak
pidana karena lalainya menyebabkan meninggalnya orang yang dilakukan oleh Seorang Aparat Penegak Hukum juga terjadi pada hari Senin tanggal 15 Juni 2009
seorang BRIPTU Hendro Kuswoyo sedang melakukan pengejaran terhadap pelaku atau tersangka penjambretan. Selanjutnya melakukan pengejaran tersebut
dan kemudian pada saat berada di Jalan Keadilan Simpang Medan, Hendro Kuswoyo melakukan penembakan terhadap tersangkapelaku penjambretan tadi,
namun tembakan mengenai seorang yang lain, yang menyebabkan luka dan meninggal dunia.
Kasus perampokan yang juga menyebabkan matinya orang oleh aparat Kepolisian, dimana 2 dua tersangka jambret yang mengakibatkan tewasnya
seorang anggota TNI, Sertu Yudha Nugraha, disebabkan tertembak anggota Polsekta Helvetia Briptu Hendro Kuswoyo, terpaksa dikenakan Undang-Undang
Darurat No.12 Tahun 1951 tentang kepemilikan senjata api senpi. Kasat Reskrim Poltabes Medan mengatakan kedua jambret itu adalah Indra Syaputra
26 dan Yudi Sasmita 25 keduanya warga Mabar Hilir. Pada tanggal 15 Juni 2009 Pelaku perampokan diamuk massa karena tertangkap tangan saat beraksi.
Kemudian Sertu Yudha datang melerai agar tidak main hakim sendiri dan menyarankan untuk menyerahkan kedua tersangka ke polisi. Tidak berselang lama
anggota Polsekta Helvetia, Briptu Hendro Kuswoyo datang dan mencoba
61
58
http:www.kabarindonesia.comberita.php?pil=8dn=20070316050637, ”Kepolisian
Perketat Pengawasan Senjata Api Anggotanya” 21 Jan 2010.
Universitas Sumatera Utara
membantu Sertu Yudha Nugraha untuk membawa kedua pelaku. Tiba-tiba, seorang dari tersangka mencoba untuk kabur. Melihat hal itu, Briptu Hendro
Kusmoyo spontan menarik senjatanya dari pinggang dengan niat memberikan tembakan peringatan ke arah atas. Namun naas, belum lagi mengarahkan senjata
ke atas, senjatanya memuntahkan peluru sehingga mengenai tengkorak kepala bagian bawah Sertu Yudha Nugraha. Akibatnya, Yudha bersimbah darah dan
terkapar. Sertu Yudha langsung dilarikan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Tapi nyawa Sertu Yudha tak tertolong hingga akhirnya ia
meninggal dunia.
59
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kepolisian Sumatera Utara, kasus-kasus kejahatan dengan menggunakan senjata api lebih banyak
terjadi pada kasus-kasus perampokan dan pencurian dengan kekerasan ataupun ancaman dengan menggunakan senjata api, seperti dijelaskan dalam tabel dibawah
ini.
Tabel : Data Kasus Pencurian, Perampokan, Penculikan, Pembunuhan
dengan menggunakan kekerasan ataupun ancaman senjata api di Wilayah Hukum Kepolisian Sumatera Utara dan Sekitarnya
Tahun 2005-2009. Tahun
Jumlah Kasus Alat yang sering Digunakan
2005 56 Kasus
2006 66 Kasus
Senjata api yang sering digunakan pelaku kejahatan
62
59
Contoh-contoh kasus yang diambil dari Kepolisian Sumatera Utara Medan Bagian Reserse Kriminal pada tanggal 24 Maret 2010.
Universitas Sumatera Utara
2007 78 Kasus
2008 50 Kasus
2009 48 Kasus
adalah Senjata api rakitan berlaras pendek atau sejenis
pistol, dan beberapa diantaranya ada juga yang menggunakan
senjata api berlaras panjang.
Sumber : Kepolisian Sumatera Utara, data diolah.
Dari data-data tersebut diatas, dapat kita lihat bahwa kejahatan dengan menggunakan senjata api di tahun 2005 hingga tahun 2007 terus meningkat.
Banyaknya kasus-kasus perampokan dan pencurian dengan menggunakan senjata api terjadi setiap Tahunnya. Kejahatan tersebut banyak merugikan masyarakat
umum, para nasabah bank, pengusaha hingga ratusan juta rupiah. Bahkan para pelaku tidak sungkan-sungkan melakukan kekerasan bahkan membuat tewasnya
korban ataupun orang-orang sekitarnya ditempat kejadian perkara demi memperlancar aksi kejahatannya tersebut.
Belum lagi terhadap senjata-senjata api yang tidak dilengkapi dengan surat-surat kepemilikan yang sah ataupun senjata api yang dibuat sendiri oleh
orang-orang teknisi yang mengetahui teknik-teknik cara pembuatan senjata api. Senjata-senjata api tersebut digunakan untuk melakukan kejahatan-kejahatan yang
dapat meresahkan masyarakat umum. Oleh sebab itu diperlukan peningkatan peranan dari aparat kepolisian untuk lebih meningkatkan lagi pengamanan dan
penindakan tegas bagi para pelaku kejahatan. Banyaknya insiden tindak pidana dengan menggunakan senjata api yang
terjadi baik yang dilakukan oleh aparat kepolisian dan TNI maupun kepada masyarakat umum, maka kepolisian terus melakukan penyelidikan terhadap
63
Universitas Sumatera Utara
kasus-kasus penyalahgunaan senjata api oleh aparat ataupun masyarakat. Sebagai jawaban dari keresahan masyarakat akan meningkatnya kejahatan dengan
menggunakan senjata api, maka Kepolisian Republik Indonesia akan menarik seluruh senjata api dari warga sipil dan berencana akan melarang kepemilikan
senjata api oleh warga sipil. Penarikan senjata api tersebut diharapkan dapat mengurangi penyalahgunaan senjata api oleh warga sipil.
Pada Tahun 2007 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara intensif akan terus menarik senjata api yang beredar di masyarakat umum secara bertahap
dan akan digudangkan. Selain diperketatnya izin kepemilikan senjata api, bahkan kepemilikan senjata api bagi warga sipil pun akan dilarang.
Semakin diperketatnya izin kepemilikan senjata api di Sumatera Utara baik kepada anggota kepolisian dan TNI bahkan dilarangnya kepemilikan senjata
api lagi bagi masyarakat umum, merupakan salah satu cara sehingga dapat membuat tindak pidana dengan menggunakan senjata api di Sumatera Utara
semakin menurun. Hal ini dapat kita lihat dari tabel diatas. Menurunnya angka kriminalitas dengan menggunakan senjata api di Sumatera Utara pada tahun 2008
hingga 2009. Lebih selektifnya kepolisian dalam memberikan izin kepemilikan senjata api membuat angka kejahatan tersebut menurun.
Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Kepolisian tersebut membuat tindak pidana dengan menggunakan senjata api di Sumatera Utara semakin
menurun. Lebih selektifnya kepolisian dalam memberikan izin kepemilikan senjata api membuat angka kejahatan tersebut menurun.
64
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh
derasnya arus informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Penemuan baru dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa pengaruh langsung terhadap pandangan hidup manusia, yang akhirnya dapat
merubah cara hidup manusia. Perubahan-perubahan ini selalu dengan timbulnya kepentingan-kepentingan baru untuk kelangsungan hidupnya, memerlukan
perlindungan terhadap gangguan-gangguan yang mungkin datang dari sesama manusia. Kualitas dan kuantitas kejahatan tersebut semakin meningkat dengan
modus operandi yang lebih bervariasi dan canggih. Perkembangan kemajuan masyarakat yang cukup pesat ini seiring dengan
merebaknya fenomena supremasi hukum, hak asasi manusia, globalisasi, demokratisasi, desentralisasi, transparansi, dan akuntabilitas, telah melahirkan
berbagai paradigma baru dalam melihat tujuan, tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
menyebabkan pula tumbuhnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang makin
meningkat dan lebih berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya.
2
8
2
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara