Pengertian Pedagang Perantara Tanggung Jawab Direksi Agency Perusahaan Asuransi AIA Financial Berdasarkan Prinsip Good Corperate Governance (GCG) (Studi Pada PT. AIA Financial Agency Uniland – Medan).

B A B II AGEN ASURANSI DAN PERUSAHAAN ASURANSI DALAM PERJANJIAN KEAGENAN ASURANSI

A. Pengertian Pedagang Perantara

Dalam dunia perdagangan selalu kita jumpai orang-orang atau badan hukum yang melakukan perbuatan dagang handles daden . Pelaku perbuatan dagang ini selalu disebut pedagang. Menurut Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD pedagang adalah mereka yang melakuan perbuatan dagang sebagai pekerjaannya sehari-hari. Kemudian Pasal 3 memberikan pengertian perbuatan dagang yaitu pada umumnya adalah membeli barang untuk dijual kembali dalam jumlah banyak atau sedikit, masih bahan mentah atau sudah jadi, atau hanya untuk disewakan saja pemakainya. Dan dalam pasal 4 merinci lebih lanjut perbuatan dagang yaitu perbuatan-perbuatan antara lain : perdagangan kimisi, perdagangan wesel, cek dan surat sanggup, perbuatan para pedagang, banker, kasir, makelar, pemborongan, pembangunan, perbaikan dan memperlengkapi kapal, jual beli kapal, makanan dan minuman keperluan kapal, ekspedisi dan pengangkutan barang dagangan, dan menyewakan dan mencarterkan kapal, perbuatan agen, bongkar muat kapal, pemegang buku, pelayan pedagang, urusan dagang para pedagang, dan seluruh asuransi. Sedangkan Pasal 5 KUHD mengatur tentang kewajiban yang timbul dari antara lain tabrakan kapal atau penyentuh kapal lain, pertolongan dan penyimpanan barang dari kapal karam, kandas atau penemuan barang di laut serta membuang barang ke laut. Universitas Sumatera Utara Akan tetapi pasal-pasal yang disebut di atas yaitu Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 KUHD telah dicabut oleh Stb. 1938 No. 276 10 1. Memperdagangkan barang, artinya membeli barang dan menjualnya lagi dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan berupa keuntungan atau laba; . Dalam KUHD tidak dijumpai pengertian perusahaan. Rumusan pengertian perusahaan terdapat dalam Pasal 1 Undang-Undang No.3 Tahun 1983 tentang Undang-Undang Wajib Daftar Perusahaan. Selain itu para ahli hukum juga merumuskan pengertian perusahaan antara lain : Molengraaff mengatakan : Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang, atau mengadakan perjanjian perdagangan. Rumusan Molengraaff ini tinjauannya dari sudut ekonomi karena tujuan memperoleh penghasilan dilakukan dengan cara : 2. Menyerahkan barang, artinya melepaskan penguasaan atas barang dengan memperhitungkan memperoleh penghasilan misalnya menyewa barang; 3. Perjanjian dagang, yaitu menghubungkan pihak yang satu dengan pihak lain dengan perhitungan memperoleh penghasilan berupa keuntungan atau laba bagi pemberi kuasa, dan upah bagi penerima kuasa, misalnya makelar, komisioner, agen perusahaan. Jadi yang dimaksud perbuatan ekonomi itu merupakan mata pencaharian. Artinya perbuatan itu dilakukan terus menerus, tidak temporer dalam bertindak keluar menghadapi pihak luar pihak lain . Selanjutnya Polak, sarjana ini memandang perusahaan dari sudut komersial, dalam arti baru dikatakan perusahaan apabila diperlukan perhitungan laba rugi yang dapat diperkirakan dihitung dan dimasukan 10 Abdul Muis,Kedudukan Keagenan Dalam Transaksi Bisnis The Position of a Broker in Business Transactions, op.cit, hal.48. Universitas Sumatera Utara dalam pembukuan. Sarjana Polak melengkapi rumusan Molengraaff dengan menambahkan unsure pembukuan untung rugi, dan dilakukan secara terang-terangan dan bukan dijalankan secara gelap. Sedangkan Undang-Undang No. 3 Tahun 1982, yang dikenal dengan Undang-Undang Tentang Wajib Daftar Perusahaan, menentukan bahwa perusahan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba Pasal 1 b. Dalam undang-undang itu diberikan juga pengusaha dan usaha. Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau pesekutuan atau badan hukum yang menjalankan sesuatu jenis perusahaan pasal 1 c. Dan Usaha adalah setiap tindakan perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Kalau dilihat undang-undang ini lebih lengkap kalau dibandingkan dengan Pasal 92 bis Kitab Undang-Undang HukumPidana KUHP. Pasal 92 bis KUHP : Yang disebut pengusaha koopman ialah tiap-tiap orang yang menjalankan perusahaan. KUHP tidak merinci pula apa itu perusahaan. Demikian juga rumusan sarjana Molengraaff dan Polak, maka rumusan Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 dirasakan lebih sempurna dan lengkap 11 Sedangkan pengertian sempit daripada pengertian perusahaan. Perdagangan merupakan salah satu kegiatan perusahaan, yaitu kegiatan dalam bidang ekonomi yang berupa membeli barang dan menjualnya lagi atau menyewakannya dengan maksud memperoleh keuntungan. Karena perdagangan merupakan salah satu kegiatan perusahaan, maka selalu juga disebut Perusahaan perdagangan. Orang yang menjalankan perusahaan perdagangan disebut pengusaha dagang. Contohnya . 11 Ibid, hal. 49. Universitas Sumatera Utara perusahaan perdagangan ekspor-impor yang dijalankan oleh pengusaha ekspor-impor, perusahaan toko swalayan dijalankan pengusaha took swalayan, perusahaan jual beli mobil dijalankan oleh pengusaha jual beli mobil, dan sebagainya. Perusahaan perdagangan ternyata bukan hanya dilakukan oleh pengusaha dagang saja, tetapi juga bisa dilakukan dengan bantuan pedagang perantara. Pedagang perantara ini diperlukan untuk menghubungkan antara pembeli barang jasa dengan penjual barang jasa. Pedagang perantara ini dapat dilakukan oleh : makelar, komisioner, agen, penyalur, pialang, dan sebagainya. Munculnya kegiatan mereka karena makin berkembangnya perdagangan antara lokal, antar pulau, antar Negara yang semua itu perlu perantara. Dalam KUHD dikenal dua jenis pedagang perantara ini : yaitu Makelar dan Komisioner. Menurut Pasal 62 KUHD, makelar adalah pedagang perantara yang diangkat oleh Gubernur Jenderal sekarang Menteri Kehakiman atau pembesar yang dinyatakan berwenang. Mereka mengusahakan pekerjaan-pekerjaan yang dimaksud dalam Pasal 64, dengan mendapat upah tertentu atau provisi, atas pesanan dan atas nama orang-orang terhadap siapa mereka tidak dalam hubungan tetap. Sebelum diperbolehkan melakukan pekerjaan mereka harus mengangkat sumpah di Pengadilan Negeri yang berwenang. Dalam melakukan usahanya Makelar mendapat upah dari pengusaha yang disebut provisi courtage . Makelar diatur dalam pasal 62 sampai dengan Pasal 72 KUHD. Sebagai orang yang menjalankan perusahaan, makelar diwajibkan membuat pembukuan. Makelar seperti yang diatur dalam KUHD ini tidak pernah dijumpai lagi dalam praktek. Sedangkan komisioner diatur dalam pasal 76 sampai dengan Pasal 85a KUHD. Menurut Pasal 76 KUHD, komisioner adalah orang yang perusahaannya Universitas Sumatera Utara terdiri atas pembuatan perjanjian-perjanjian atas nama sendiri atau firma, atas perintah dan untuk tanggungan orang lain, dengan mendapat upah tertentu atau provisi 12 Menurut Abdulkadir Muhammad, agen perusahaan adalah orang yang mewakili pengusaha untuk mengadakan dan melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga dan sebagai wakil pengusaha. Agen Perusahaan merupakan perusahaan yang berdiri sendiri dan mewakili kepentingan pengusaha yang diageninya di suatu tempat. Agen perusahaan mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha dan dapat mewakili . Orang yang memberi perintah itu disebut komiten. Sedangkan menurut Pasal 77 KUHD, komisioner tidak wajib memberitahukan kepada pihak ketiga nama komitennya, dan ia langsung terikat kepada pihak lain dalam perjanjian itu, seakan- akan itu urusannya sendiri. Komiten tidak berhak menuntut pihak lain dalam perjanjian, sebaliknya pihak lain itu tidak dapat menuntut komiten Pasal 78 KUHD . Komisioner yang dalam hal ini melaksanakan perintah harus memberikan pertanggungjawaban secepat mungkin kepada komiten sebagai layaknya pemegang kuasa Pasal 1802 KUH Perdata . Karena beratnya tanggung jawabnya selaku komisioner maka oleh undang-undang diberikan hak privilege dan hak retensi Pasal 80 sampai dengan Pasal 85 KUHD . Dalam KUHD tidak kita jumpai ketentuan tentang agen atau keagenan ini, tetapi kalau dibuat perjanjian maka sesuai dengan pasal 1391 KUH Perdata, maka perjanjian itu tunduk pada buku ktiga KUH Perdata. Di samping itu kalau lahirnya kewenangan menjadi agen berdasarkan surat kuasa, maka ketentuan tentang kuasa yang diatur dalam bab keenambelas buku ketiga KUH Perdata, yaitu dari Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 menjadi berlaku. 12 Ibid, hal.50. Universitas Sumatera Utara lebih dari satu perusahaan. Agen perusahaan biasanya didirikan pada suatu tempat yang diageninya itu mempunyai banyak relasi, tetapi perusahaan itu sendiri tidak mempunyai cabang di sana. Agen perusahaan ini melayani kepentingan perusahaan yang diwakilinya, kadang-kadang juga dapat diwakilinya lebih dari satu perusahaan. Tetapi agen tidak boleh merugikan kepentingan perusahaan yang diageninya. Dalam praktek dijumpai juga agen perusahaan itu di samping sebagai agen dari suatu perusahaan tertentu, ia juga menjalankan perusahaan untuk kepentingannya sendiri. Walaupun demikian agen ini tidak boleh merugikan perusahaan yang diageninya itu dan menjadi saingan bagi perusahaan yang diwakilinya. Agen perusahaan biasanya dalam menjalankan usahanya itu bergerak dalam bidang yang sama dengan perusahaan yang diageninya, seperti agen perusahaan peternakan, agen mobil merek tertentu, agen pelayaran, agen barang kosmetik, agen barang-barang elektronik, dan sebagainya. Dalam menjalankan keagenan. Agen perusahaan bertindak dengan kuasa penuh melakukan perbuatna seperti yang sudah mereka perjanjikan dalam perjanjian keagenan itu 13 1. Perusahaan pertanggungan yang bersangkutan . Bila seseorang ingin mempertanggungkan sesuatu, maka dia harus datang kepada : 2. Makelar asuransi pertanggungan atau pialang broker . Orang yang datang di kantor perusahaan pertanggungan tersebut, bila mengenai pertanggungan kerugian disebut: tertanggung, sedangkan bila mengenai pertanggungan jumlah disebut: penutup pertanggungan. Dalam hal ini perusahaan pertanggungan yang bersangkutan berkedudukan sebagai: penanggung, sedangkan 13 Ibid, hal. 52 Universitas Sumatera Utara makelar pertanggungan berkedudukan sebagai “ perantara “. Mengenai makelar ada peraturan umum, yaitu Pasal 62 sampai dengan Pasal 73 KUHD, sedangkan mengenai makelar pertanggungan laut diatur dalam Pasal 681 sampai dengan Pasal 685 KUHD. Peraturan tentang makelar selain itu tidak ada. Dalam bidang hukum pertanggungan ada beberapa jenis perantara, yaitu: 1. Agen pertanggungan, ada tiga bentuk, yakni: a. Agen pertanggungan bentuk pertama. Agen pertanggungan bentuk pertama ini pada taraf pertama dia bertindak bagi kepentingan perusahaan pertanggungan, yakni mencari langganan bagi perusahaannya. Tetapi dia dapat juga bertindak untuk kepentingan calon tertanggung dan menerima amanatnya. b. Agen pertanggungan bentuk kedua. Agen pertanggungan bentuk ini dibayar oleh perusahaan pertanggungan, jadi semacam “pekerja keliling” handelsreiziger . Agen semacam ini di Indonesia ada, meskipun tidak banyak. c. Agen pertanggungan bentuk ketiga. Agen pertanggungan ini berdiri sendiri, yang mempunyai hubungan tetap dengan beberapa perusahaan pertanggungan berdasarkan perjanjian keagenan. Perbedaannya dengan agen pertanggungan bentuk kedua ialah: kalau agen pertangguangan bentuk kedua biasanya mempunyai surat kuasa yang mengikat majikannya, sedangkan agen pertanggungan bentuk ketiga tidak mempunyai surat kuasa, dia hanya memberi bantuan saja. “ Bagi Indonesia mengenai keagenan ini sudah ada peraturannya yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan, yaitu Surat keputusan Menteri Keuangan RI No.979 KMK.011 1985, tanggal 14 Desember 1985 “. 2. Pemeriksa Insperktur . Pemeriksa ini merupakan petugas yang dibayar oleh perusahaan pertanggungan. Pemeriksa memimpin organisasi agen dan dapat bertindak sendiri sebagai agen bayaran bentuk kedua . Pemeriksa juga bertugas Universitas Sumatera Utara untuk meneliti data-data yang diajukan oleh calon tertanggung dan juga memeriksa benda pertanggungan dari tertanggung. Kedudukan inspektur ini di Indonesia tidak ada, yang ada di negeri Belanda. Peraturan mengenai petugas ini di Indonesia juga tidak ada. Kedudukan semacam ini perlu diadakan, yang tugas pentingnya ialah untuk mengontrol keadaan benda pertanggungan sebelum perjanjian pertanggungan ditutup dan bila terjadi evenemen, atas dasar mana penanggung berkewajiban untuk mengganti kerugian tertanggung. 3. Makelar pertanggungan. Pejabat ini dalam praktek merupakan kuasa langsung dari tertanggung atau penutup pertanggungan, terutama di bursa. Bursa pertanggungan ini di Indonesia belum ada. Sebagai seorang makelar dalam artian Pasal 62, maka dia sebelum melakukan tugasnya harus mengangkat sumpah dulu di muka Hakim Pengadilan Negeri. Makelar pertanggungan itu adalah perantara yang berdiri sendiri. Dia tidak ada hubungan tetap dengan satu atau beberapa perusahaan pertanggungan tertentu. Dia hanya melaksanakan amanat penberi kuasanya. Menurut Pasal 62 KUHD makelar mendapat provisi dari pemberi amanat, tetapi menurut Wery di negeri Belanda makelar pertanggungan itu mendapat provisi dari penanggung, bukan mdari tertanggung yang memberi amanat. Makelar pertanggungan ini di Indonesia ada peraturannya, yang umum pada Pasal 62 sampai dengan Pasal 73 KUHD, sedangkan khusus mengenai makelar pertanggungan laut diatur dalam Pasal 681 sampai dengan Pasal 685 KUHD. 4. Assurantiebezorger, ialah perantara pertanggungan yang bersedia untuk mengusahakan suatu pertanggungan yang baik bagi pemberi amanat. Kedudukan ini adalah serupa dengan makelar pertanggungan. Assurantiebezorger bertindak sebagai pemegang kuasa calon tertanggung dan terutama bertindak di bursa Amsterdam, jadi di Indonesia tidak ada. Keistimewaannya ialag bahwa Universitas Sumatera Utara Assurantiebezorger dalam bursa sering mewakili perusahaan pertanggungan asing tertentu, yang atas namanya turut menandatangani polis, di samping para penanggung lainnya. Kedudukan ini di Indonesia tidak ada 14 Menurut J.T. Sianipar, Agen Asuransi merupakan perantara dari perusahaan asuransi dengan pihak tertanggung baik dalam penutupan pertanggungan maupun dalam penyelesaian klaim. Agen bias suatu badan hukum dan bias juga orang perseorangan, yang melakukan tugasnya untuk dan atas nama penanggung principalnya sesuai dengan surat kuasa yang diberikan oleh penanggung kepadanya. Kalau Brokers adalah agen dari tertanggung, maka agen asuransi adalah wakil dari penanggung. Dengan demikian apabila agen merupakan perantara dalam penutupan asuransi, maka agen menutup asuransi tersebut bukan untuk namanya sendiri, akan tetapi untuk dan atas nama principalnya. Sebagai balas jasa dari tugasnya melakukan perantara tadi, agen memperoleh komisi dari premi, jumlah mana diperolehnya dari . Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 yaitu Undang-Undang tentang Usaha Perasuransian dikenal beberapa istilah tentang perusahaan perantara di bidang perasuransian yang merupakan usaha penunjang usaha asuransi. Istilah-istilah tersebut seperti : Perusahaan Pialang Asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. Perusahaan Pialang Reasuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi. Agen asuransi adalah seorang atau badan hukum yang kegiatannya memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. 14 H.M.N.Purwosutjipto. Pengertian Poko Hukum Dagang Indonesia Jilid 6 Hukum Pertanggungan. Djambatan, Jakarta, 1996, hal.27 Universitas Sumatera Utara penanggung atau principalnya. Karena tugasnya hanya sebagai perantara. Maka khusus perantara dalam penutupan, agen asuransi ini tidak perlu harus seorang yang ahli di dalam bidang perasuransian. Agen asuransi ada yang agen tetap dan ada yang agen lepas. Agen tetap mempunyai ikatan hubungan kerja tertentu, sehingga dengan demikian semua pos-pos asuransi yang didapatkan wajib diberikan kepada pihak penanggung yang telah menunjukan sebagai Agen. Penunjukan sebagai agen ini biasanya ditegaskan dengan pemberian Surat Kuasa sebagai Agen. Agen tetap yang demikian ini biasanya disebut dengan istilah handling agent, sedangkan Agen Lepas tidak mempunyai ikatan apa-apa dengan principalnya, karena itu pos-pos asuransi yang didapatkannya tidak harus diberikan kepada penanggung. Di bidang hukum pengangkutan, pedagang perantara juga dikenal, yaitu ekspeditur yang diatur dalam title V bagian kedua, Buku Ke I pasal 86 sampai dengan Pasal 90 KUHD . DalamPasal 86 KUHD disebutkan Ekspeditur adalah orang yang pekerjaannya menyuruh mengangkat barang-barang dagangan dan barang- barang di darat atau di perairan. Dalam kaitannya dengan masalah tersebut Sukardono, mengemukakan ada persamaan antar Ekspeditur dengan Pengusaha Pengangkutan, yaitu mereka keduanya memberikan perantaraan dalam hal pengangkutan barang-barang antara pengirim dan penerima, meliput jarak dari tempat pemberangkatan hingga sampai tempat tujuan, hanya saja ekspeditur mencarikan pengangkutan bagi pengirim biasanya bertindak atas nama sendiri ingatlah pada komisioner terhadap Komiten . Akan tetapi biasanya tidak mengangkut sendiri, jadi biasanya ekspeditur tidak mengadakan perjanjian pengangkutan melakukan perjanjian pengangkutkan dengan pengirim untuk sejumlah biaya angkurtan sekaligus, hanya saja ekspeditur tidak menjanjikan Universitas Sumatera Utara bahwa ekspediturlah sendiri sebagai pengusaha akan menyelenggarakan seluruh pengangkutan itu walaupun sarangkali ekspeditur tidak mengangkut sendiri 15

B. Dasar Hukum Agen Asuransi