Terhadap pelanggaran Pasal 11 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 dapat dikenakan sanksi administratif oleh KPPU berupa pembatalan perjanjian
mengenai sistem harga, sistem kuota produksi, sistem alokasi pangsa pasar, ganti rugi kepada pihak yang dirugikan, sampai kepada denda antara Rp 1 satu miliar
dan Rp 25 dua puluh lima miliar. Selain itu, pengadilan dapat mengenakan pidana tambahan, diantaranya pencabutan izin usaha, penghentian kegiatan atau
tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak lain.
100
D. Bentuk Perjanjian Kartel Yang Dilakukan Perusahaan Industri Minyak
Goreng Sawit Di Indonesia.
Ragam macam kartel dalam dunia usaha dapat dijumpai dan dibedakan ke dalam beberapa tipe.
101
1.
Kartel Kondisi
Kartel ini diwujudkan dalam bentuk syarat-syarat penjual yang sama dengan syarat penyerahan barang dan pembayaran. Kartel ini membatasi persaingan
dalam hal memberikan pelayanan kepada para konsumen di luar yang disepakati, dan para anggota kartel bebas dalam bidang-bidang lainnya.
2. Kartel Harga
Dalam kartel ini persaingan harga antara anggota kartel tidak boleh menjual di bawah harga yang telah ditentukan kecuali harga minimum, juga disepakati
harga tertentu buat para anggota kartel.
100
Suhasril Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 64.
101
Ibid., hlm. 61-62.
Dalam dunia usaha dijumpai beberapa kartel harga, misalnya terhadap usaha pelayaran kartel harga disebut Conferences. Sedikit hambatan dalam kartel
harga adalah dalam hal menentukan besarnya harga jual minimum. Perusahaan-perusahaan yang kurang efisien keberatan terhadap harga jual
yang lebih rendah. Akan tetapi harga minimum yang terlampau tinggi akan mengakibatkan para anggota kartel meningkatkan produksinya, sehingga
memicunya jumlah produk bersangkutan. Kartel harga hanya ada di antara perusahaan-perusahaan yang produknya sejenis. Kalau produk-produk dari
para anggota kartel tidak seragam, akan sulit menyepakati harga jual, dalam hal demikian orang akan menerapkan kartel C.
3. Kartel Kalkulasi
Kartel ini dibedakan antara skema kalkulasi yang terbuka dan tertutup. Untuk yang terbuka kartel hanya menyepakati harga jual harus terdiri atas unsur-
unsur apa saja. Untuk yang tertutup disepakati jumlah uangnya yang boleh dimasukkan dalam sebagai unsur-unsur perhitungan. Kartel kalkulasi dengan
skema kalkulasi tertutup mempunyai dampak yang sama dengan kartel harga. Untuk yang terbuka harga dari berbagai anggota kartel bisa berbeda-beda,
sehingga masih ada persaingan dalam harga. Contoh dari skema kalkulasi tertutup adalah perusahaan-perusahaan penerbit.
4. Kartel Produksi dan Penjualan
Di sini para anggota kartel hanya boleh memproduksi atau menjual jumlah tertentu saja dalam periode tertentu. Penentuan jumlah untuk masing-masing
kuota dapat dengan berbagai cara. Kuotanya bisa dinyatakan dalam jumlah
satuan tertentu, tetapi bisa juga dalam bentuk persen tertentu dari keseluruhan produksi dan penjualan. Kuota tersebut biasanya dijamin oleh
pengaturan pasokan atau pembayaran pengimbangan dalam hal volume produksi atau pemasaran yang telah ditetapkan dilewati. Kartel produksi dan
penjualan bertujuan untuk menaikkan tingkat harga.
102
5. Kartel Pembagian Pasar atau Kartel Rayon
Kartel ini membatasi persaingan dengan membagi pasar di antara para anggota kartel. Pembagian ini bisa atas dasar wilayah dan atas jenis barang,
dan sebagainya. Penetapan wilayah ini kemudian diikuti oleh penetapan harga untuk masing-masing daerah. Kartel rayon juga menentukan suatu peraturan
bahwa setiap anggota tidak diperkenankan menjual barang-barangnya di daerah lain. Dengan ini dapat dicegah persaingan diantara anggota, yang
mungkin harga-harga barangnya berlainan.
103
6. Kartel Pembagian Laba
Kartel ini, adalah kartel dengan jangkauan kerja sama yang sangat luas. Kartel menentukan bahwa semua laba disetorkan kepada kas pusat pool,
yang kemudian dibagi atas dasar formula tertentu. Dengan demikian persaingannya dapat dibatasi, dengan kartel ini lalu timbul kepentingan
bersama antara para anggota kartel. Kartel pembagian laba terdapat antara lain dalam bidang jasa pelayaran yang sifatnya internasional dan banyak
kartel yang bersifat internasional.
102
Knud Hansen, dkk., Op.Cit., hlm. 208
103
Hasim Purba, Tinjauan Yuridis Terhadap Holding Company, Cartel, Trust dan Concern, dapat diakses di http:library.usu.ac.iddownloadfhperda-hasim1.pdf, hlm. 9, terakhir
diakses tanggal 26 Juni 2012.
7. Kartel Sindikat
Kartel tipe sindikat penjualannya dipusatkan pada suatu pasar penjualan. Penggabungannya bisa sedemikian jauh, sehingga sama sekali tidak ada
kontak lagi antara perusahaan dengan para langganannya. 8.
Kartel Standart atau Kartel Tipe Kartel standar dan Kartel tipe adalah perjanjian yang dibuat antara pelaku
usaha mengenai standart, tipe, jenis atau ukuran tertentu yang harus ditaati. Perjanjian tersebut mengakibatkan pembatasan produksi karena pelaku usaha
dihalangi untuk menggunakan standar atau tipe lain. Perjanjian tersebut dengan cara yang khas tidak hanya menghambat persaingan kualitas,
melainkan secara tidak langsung mempengaruhi persaingan harga diantara para anggota kartel.
104
Menurut Pasal 11 ada 2 dua jenis perjanjian kartel yang dilarang, yaitu:
105
1. Kartel Harga
Yaitu perjanjian yang menetapkan harga jual produk, baik yang berbeda dengan harga pasar maupun di bawah harga pasar.
2. Kartel Produksi
Yaitu perjanjian yang menetapkan jumlah atau volume produksi atau distribusi dengan mempengaruhi harga jual produk barang atau jasa tersebut.
Dalam kasus kartel minyak goreng, KPPU menetapkan 20 perusahaan produsen sekaligus distributor minyak goreng telah melakukan praktik kartel.
104
Knud Hansen, dkk., Op.Cit., hlm. 209.
105
Elyta Ras Ginting, Hukum Anti Monopoli Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 48.
Seluruh perusahaan itu dinilai telah melanggar Undang-Undang No.5 Tahun 1999 karena melakukan kartel harga. KPPU menyimpulkan, sebagian besar dari 20 dua
puluh terlapor merupakan perusahaan minyak goreng sawit yang terintegrasi hulu ke hilir dan beberapa diantaranya saling terafiliasi danatau tergabung
dalam suatu kelompok pelaku usaha yang memiliki kegiatan usaha yang terintegrasi. Karenanya, ke-20 keduapuluh perusahaan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok usaha, baik di pasar minyak goreng kemasan maupun curah.
Perusahaan yang dianggap melakukan kartel harga itu adalah Wilmar Group PT Mulitimas Nabati Asahan, PT Sinar Alam Permai, PT Wilmar Nabati
Indonesia, PT Wilmar Nabati Sulawesi, dan PT Agrindo Indah Persada. Musim Mas Group PT Musim Mas, PT Intibenua Perkasatama, PT Megasurya Mas, PT
Agro Makmur Raya, PT Mikie Oleo Nabati Industri, dan PT Indo Karya Internusa. Permata Hijau Group PT Permata Hijau Sawit dan PT Nubika Jaya,
Sinar Mas Group PT Smart Tbk, Salim Group PT Salim Ivomas Pratama, Sungai Budi Group PT Tunas Baru Lampung Tbk, BEST Group PT Berlian
Eka Sakti Tangguh, HSA Group PT Pacific Palmindi Industri, PT Asian Agro Agung Jaya, dan PT Bina Karya Prima.
BAB IV ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN KARTEL YANG DILAKUKAN
PERUSAHAAN INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA
A. Kasus Posisi Perjanjian Kartel Yang Dilakukan Industri Minyak Goreng