Struktur Produksi Industri Minyak Goreng Sawit Di Indonesia

BAB II INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

A. Struktur Produksi Industri Minyak Goreng Sawit Di Indonesia

Minyak Goreng Sawit selanjutnya disebut MGS merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai strategis karena termasuk salah satu dari 9 kebutuhan pokok bangsa Indonesia. Permintaan akan MGS di dalam dan di luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian bangsa. Kebutuhan MGS terus meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya jumlah penduduk, berkembangnya pabrik dan industri makanan, dan meningkatnya konsumsi masyarakat akan minyak goreng untuk memasak. 16 Keunggulan kompetitif Indonesia sendiri dibandingkan dengan negara lain yaitu sumber daya alamnya, sedangkan keunggulan komparatif Indonesia dalam agribisnis yaitu sebagai negara tropis yang mendapat sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun dengan curah hujan yang cukup dan hampir merata. Kondisi inilah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit sebagai bahan baku utama minyak goreng sawit. Kelapa sawit merupakan sosok tanaman yang cukup tangguh, terutama bila terjadi perubahan musim. Berbeda dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan dua jenis minyak yaitu minyak 16 Anonim, Positioning Paper Minyak Goreng, dapat diakses di www.kppu.go.idPositioning_Paperpositioning_paper_minyak_goreng.pdf , hlm. 17, terakhir diakses tanggal 3 Mei 2012. kelapa sawit dan minyak inti sawit. Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan minyak nabati lainnya. Beberapa keunggulan minyak sawit antara lain sebagai berikut : 17 1. Tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO menjadi sumber minyak nabati termurah. 2. Penggunaanya sangat luas, diantaranya minyak goreng, shortening, dan margarin. 3. Sebagai sumber energi yang baik. 4. Dengan karateristik unik yang dimilikinya, terutama dalam hal potensi kandungan vitamin E dan karotenoid, serta tidak mengandung asam lemak trans, berbagai penelitian telah banyak yang menunjukkan bahwa penggunaan minyak sawit dalam bahan makanan berpengaruh positif bagi kesehatan tubuh. 5. Mengandung antioksidan alami tokoferol dan tokotrienol. Telah banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan bahwa tokoferol dan tokotrienol bisa melindungi sel-sel dari proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti atherosclerosis dan kanker. 6. Komposisi asam lemak seimbang dan mengandung asam lemak linoleat sebagai asam lemak esensial. 7. Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 tonha, sedangkan minyak kedelai, lobak, kopra, dan minyak bunga matahari masing-masing hanya 0,34; 0,51; 0,57; dan 0,53 tonha. 17 Yan Fauzi, dkk., Kelapa Sawit, Jakarta: Penebar Swadaya, 2012, hlm. 183-184. 8. Sifat intercgeable-nya cukup menonjol dibanding dengan minyak nabati lainnya karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan maupun nonpangan. 9. Sekitar 80 delapan puluh persen dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang masih berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita untuk minyak dan lemak terutama minyak yang harganya murah minyak sawit. 10. Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokomia yang berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat. Minyak sawit juga mempunyai keunggulan dalam hal susunan dan nilai gizi yang terkandung di dalamnya. Kadar sterol dalam minyak sawit relatif lebih rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya yang terdiri dari sitosterol, campesterol, sigmasterol, dan kolesterol. Bahkan, dari hasil penelitian dinyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam satu butir telur setara dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit. Minyak sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng non kolesterol kadar kolesterolnya rendah. 18 Kenyataan menunjukkan bahwa banyak pelaku industri dan konsumen yang cenderung menggunakan dan menyukai minyak sawit. Dari aspek ekonomis, harganya relatif murah dibandingkan minyak nabati lain. 19 Selain itu, komponen yang terkandung di dalam minyak sawit lebih banyak dan beragam sehingga 18 Ibid., hlm. 185. 19 Ibid., hlm. 186. pemanfaatannya juga beragam. Dari aspek kesehatan yaitu kandungan kolesterolnya rendah. 20 Saat ini telah banyak pabrik pengolah yang memproduksi minyak goreng dari kelapa sawit dengan kandungan kolesterol yang rendah. Dengan berbagai fungsi dan keunggulan yang dimiliki kelapa sawit serta melihat kondisi bahwa subsektor perkebunan mempunyai peran atau berdampak penting antara lain terhadap pembangunan sosial ekonomi yang berupa terbukanya lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya akan terjadi pengembangan ekonomi kerakyatan, usaha perkebunan kelapa sawit ini layak dikembangkan di daerah-daerah. 21 Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses vaksinasi, rafinasi, dan hidrogenesis. Produksi CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Fraksi olein tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai pelengkap minyak goreng dari minyak kelapa. Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di samping itu, kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit 20 Ibid. 21 Maruli Pardamean, Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit, Yogyakarta: Lily Publisher, 2011, hlm. 3. memiliki kemantapan kalor heat stability yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik. Produk turunan minyak kelapa sawit untuk industri pangan selain minyak goreng kelapa sawit, dapat juga dihasilkan margarin, shortening, vanaspati vegetable ghee, ice creams, bakery fats, instans noodle, cocoa butter extender, chocolate dan coatings, specialty fats, sugar confectionary, biscuit cream fats, dan filled milk. Sementara itu produk turunan dari minyak inti sawit dapat dihasilkan cocoa butter substitute, specialty fats, ice cream, coffee whitenercream, sugar confectionary , biscuit cream fats, filled mild dan imitation cream. Berikut adalah keunggulan minyak sawit pada aplikasinya untuk keperluan pangan: 22 1. Produk pangan yang diformulasikan dengan menggunakan minyak sawit akan mempunyai keawetan yang lebih baik karena minyak sawit sangat stabil terhadap proses ketengikan dan kerusakan oksidatif lainnya. Alasan itulah yang membuat minyak sawit dikenal sebagai minyak goreng terbaik. 2. Minyak sawit mempunyai kecenderungan untuk mengalami kristalisasi dalam bentuk kristal kecil sehingga mampu meningkatkan kinerja creaming jika digunakan pada formulasi cake dan margarin. 3. Kandungan asam palmitat minyak sawit sangat baik untuk proses aerasi campuran lemakgula, misalnya pada proses baking. 22 Yan Fauzi, dkk., Op.Cit., hlm. 187. 4. Minyak sawit baik digunakan untuk membuat vanaspati, atau vegetable ghee, yang mengandung 100 seratus persen lemak nabati; bisa digunakan untuk substitusi mentega susu dan mentega coklat. 5. Roti yang diproduksi dengan shortening dari minyak sawit mempunyai tekstur dan keawetan yang lebih baik. 6. Minyak sawit juga banyak dipakai untuk produksi krim biskuit, terutama karena kandungan padatan dan titik lelehnya yang cukup tinggi. Adapun manfaat yang nantinya dapat diperoleh dari usaha perkebunan kelapa sawit adalah: 23 1. Meningkatkan produktivitas sumber daya alam dan manusia melalui usaha agribisnis perkebunan. 2. Meningkatkan ekspor nonmigas melalui subsektor perkebunan. 3. Memperluas kesempatan kerja dan serta peluang berusaha bagi masyarakat di sekitar lokasi kebun. 4. Meningkatkan perekonomian masyarakatpetani yang ikut serta dalam kegiatan kebun. 5. Pendayagunaan sumber daya alam secara efisien, produktif dan berwawasan lingkungan. 6. Menambah peningkatan PAD Pendapatan Asli Daerah dari sektor perkebunan. 7. Melakukan alih teknologi, manajemen dan pengetahuan Agribisnis dan Agroindustri kepada usaha perkebunan rakyat di sekitar lokasi proyek. 23 Maruli Pardamean, Op.Cit., hlm. 3. Minyak sawit adalah salah satu solusi bagi isu ketahanan pangan food security dan volatilitas harga pada bahan pangan yang sedang dihadapi dunia saat ini. Hal ini karena satu hektar tanah dapat menghasilkan 6000 liter minyak sawit sehingga minyak sawit jauh lebih ekonomis dan ramah lingkungan bila dibandingkan dengan rapeseed yang hanya menghasilkan 1.190 literha, biji bunga matahari sebanyak 952 literha, dan biji kedelai 446 literha. 24 Alur proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO adalah sebagai berikut: Gambar 1. Alur Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO Sumber: Putusan KPPU Nomor 24KPPU-I2009 hlm. 4 Keterkaitan erat antara industri kelapa sawit dengan minyak goreng menjadi latar belakang kedua industri tersebut cenderung terintegrasi guna mencapai efisiensi dan efektivitas terutama dalam hal kepastiankeamanan pasokan bahan bakunya. Dari sisi peraturan atau regulasi, pemerintah juga memberikan peluang tercitanya industri terintegrasi dari hulu perkebunan kelapa 24 Ibid ., hlm. 188. sawit hingga hilir produksi minyak goreng, dan apabila diuraikan proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng maka dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 2. Alur Proses Penyulingan Minyak Kelapa Sawit Sumber: Putusan KPPU Nomor 24KPPU-I2009 hlm. 9

B. Bentuk Pemasaran Minyak Goreng Sawit Di Indonesia

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

1 3 13

ANALISIS EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT TERHADAP PEMBATASAN PRAKTEK KARTEL DI INDONESIA.

0 3 10

STUDI KASUS PUTUSAN KPPU PERKARA NOMOR 12/KPPU-L/2010 MENGENAI DUGAAN PELANGGARAN TERHADAP UNDANG-UNDANG No. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DALAM PENGA.

0 0 2

ANALISIS MENGENAI PEMENUHAN UNSUR PERJANJIAN PENETAPAN HARGA DALAM PRAKTEK KARTEL TERHADAP PUTUSAN KPPU NO.25/KPPU-I/2009 DIKAITKAN UNDANG-UNDANG NO.5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DA.

0 1 1

KARTEL DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 (STUDI KASUSPUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 24/KPPU-I/2009 TENTANG INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA).

0 1 12

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

0 0 19

PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA MONOPOLI

0 2 21

PERANAN KPPU DALAM MENEGAKKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

0 0 8

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM KARTEL DALAM UNDANG - UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT - Raden Intan Repository

0 0 98

PENEGAKAN HUKUM PERSEKONGKOLAN TENDER DALAM PERSAINGAN USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT (Studi Putusan Perkara Nomor 01/KPPU-L/2016 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang

0 0 15