Tabel 5.7. Lanjutan
Jenis Sparepart
Kode Sparepart
Daerah Perpindahan
Volume Produksi
Alat Angkut
Kap. Angkut
Frekuensi Layout awal
Jarak Momen
Cover Plate
AD 12 BO-BL
216 Crane
2 108
16 1728
BL-SC 22
2376 SC-GD
Kereta sorong
4 54
14 756
GD-RE Crane
2 108
15 1620
Total Momen 6480
Ekstension Nut
AD 13 PO-LA
697 Crane
100 7
35 245
LA-BU Kereta
sorong 80
10 90
BU-SC Trolley
100 9
7 49
Total Momen 384
Screw with nut
AD 14 PO-LA
774 Crane
100 8
35 280
LA-BU Kereta
sorong 80
10 10
100 BU-BS
Crane 100
8 18
80 BS-SC
11 88
Total Momen 548
Pulley gear reducer
AD 15 BU-BA
760 Kereta
sorong 12
64 19
1216 BA-RE
Crane 20
38 34
1292 RE-TA
16 608
TA-MI 10
380
Total Momen 3496
Console Flange
AD 16 BR-BL
70 Crane
1 70
26 1820
BL-MI 15
1050
Total Momen 2870
5.2.5. Pembentukan Model Teknologi Kelompok dengan Metode Rank
Order Clustering ROC
Langkah-langkah pembentukan model menggunakan metode sort based algorithm adalah sebagai berikut:
a. Membentuk matriks insiden Matriks insiden berisi nilai biner 0 dan 1 dimana nilai 0 menyatakan bahwa
mesin i tidak mengerjakan part j sedangkan nilai 1 menyatakan bahwa mesin i mengerjakan part j. matriks insiden dapat dilihat pada Tabel 5.8.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Menghitung bobot ekuivalen desimal DE untuk baris mesin Bobot ekuivalen desimal untuk PO
Dari matriks insiden, didapatkan bahwa nilai biner pada PO adalah 1-1-1- 1-0-1-0-1-0-0-1-0-0-0-1-1-0-1-0-0-1-0-0-0-0-1-1-1-0-0-1-1-0-0
Maka: Decimal Equivalent Rows =
Dimana : a
ik
= nilai biner yang terdapat pada bari ke-i kolom ke-k n = nomor urut mesin
DE
PO
= 1 x 2
33
+ 1 x 2
32
+ 1 x 2
31
+ 1 x 2
30
+ 0 x 2
29
+ 1 x 2
28
+ 0 x 2
27
+ 1 x 2
26
+ 0 x 2
25
+ 0 x 2
24
+ 1 x 2
23
+ 0 x 2
22
+ 0 x 2
21
+ 0 x 2
20
+ 1 x 2
19
+1 x 2
18
+ 0 x 2
17
+ 1 x 2
16
+ 0 x 2
15
+ 0 x 2
14
+1 x 2
13
+ 0 x 2
12
+ 0 x 2
11
+ 0 x 2
10
+ 0 x 2
9
+1 x 2
8
+ 1 x 2
7
+ 1 x 2
6
+ 0 x 2
5
+ 0 x 2
4
+1 x 2
3
+ 1 x 2
2
+ 0 x 2
1
+ 0 x 2 =16450920908
Hal yang sama dilakukan untuk menghitung nilai ekuivalen desimal pada mesin selanjutnya. Nilai ekuivalen desimal untuk semua mesin dapat dilihat pada Tabel
5.9.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.8. Matriks Insiden
Mesin Jenis Sparepart
AP 1
AP 2
AP 3
AP 4
AP 5
AP 6
AP 7
AP 8
AP 9
AP 10
AP 11
AP 12
AP 13
AP 14
AP 15
AP 16
AP 17
AP 18
AD1 AD2 AD3
AD4 A
PO 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
AC 1
1 1
1 BU
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
SC 1
1 1
1 1
1 BO
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BS
1 1
1 1
BA 1
1 1
1 LA
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
RO 1
1 1
GD 1
1 1
1 1
1 GT
1 1
1 BR
1 1
1 1
1 RE
1 1
MI 1
JC 1
1 1
TA 1
1 BL
1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Mengurutkan nilai ekuivalen desimal DE baris Nilai ekuivalen desimal DE yang didapatkan pada langkah 1 diurutkan dari
yang terbesar hingga terkecil. Hasil pengurutan nilai DE dapat dilihat pada Tabel 5.10.
d. Menghitung bobot ekuivalen desimal DE untuk kolom part Cara perhitungannya sama seperti pada baris hanya karena bobot ekuivalen
desimal kolom menunjukkan bobot desimal yang dimiliki oleh part sedangkan ekuivalen baris menunjukkan bobot desimal pada mesin. Perhitungan nilai
ekuivalen desimal untuk kolom dapat dilihat pada contoh berikut. - Bobot ekuivalen desimal untuk part AP1
Dari matriks insiden didapatkan nilai biner part AP1 adalah 1-1-1-1-0-0-0-0- 0-0-0-0-0-0-0-0-0
DE
AP1
= 1x 2
16
+ 1x 2
15
+ 1x 2
14
+ 1x 2
13
+ 0x 2
12
+ 0x 2
11
+ 0x 2
10
+ 0x 2
9
+ 0x 2
8
+ 0x 2
7
+ 0x 2
6
+ 0x 2
5
+ 0x 2
4
+ 0 x 2
3
+ 0x 2
2
+ 0x 2
1
+ 0 x 2 =
122880 Dengan cara yang sama maka perhitungan nilai ekuivalen desimal kolom
part yang lainnya dapat dilihat pada Tabel 5.11. e. Pengurutan nilai ekuivalen desimal kolom
Nilai ekuivalen desimal yang didapat pada langkah d diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil. Hasil pengurutan nilai ekuivalen desimal kolom dapat
dilihat pada Tabel 5.12.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
f. Pemeriksaan urutan DE Setelah diperoleh urutan DE baris dan kolom, kemudian apakah urutan pada
baris dan kolom sudah tetap atau tidak berbeda. Apabila urutan atau rangking pada kolom dan baris masih berbeda maka iterasi dilakukan. Dari Tabel 5.12
didapatkan bahwa urutan DE pada baris dan kolom masih berbeda sehingga dilakukan iterasi kedua.
g. Karena urutan DE berbeda maka dilakukan kembali perhitungan nilai ekuivalen desimal pada baris dan kolom. Perhitungan nilai ekuivalen baris
pada iterasi kedua dapat dilihat pada Tabel 5.13 dan pengurutan nilai DE dapat dilihat pada Tabel 5.14. Kemudian perhitungan nilai ekuivalen kolom pada
iterasi kedua dapat dilihat pada Tabel 5.15 dan pengurutan nilai DE dapat dilihat pada Tabel 5.16.
h. Karena urutan DE berbeda maka dilakukan kembali perhitungan nilai ekuivalen desimal pada baris dan kolom. Perhitungan nilai ekuivalen baris
pada iterasi kedua dapat dilihat pada Tabel 5.17 dan pengurutan nilai DE dapat dilihat pada Tabel 5.18. Kemudian perhitungan nilai ekuivalen kolom pada
iterasi kedua dapat dilihat pada Tabel 5.19 dan tidak terdapat perbedaan urutan DE sehingga hasil pengelompokan mesin-part dapat dilihat pada Tabel 5.19.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.9. Nilai Ekuivalen Desimal Baris
Mesin Jenis Sparepart
AP 1
AP 2
AP 3
AP 4
AP 5
AP 6
AP 7
AP 8
AP 9
AP 10
AP 11
AP 12
AP 13
AP 14
AP 15
AP 16
AP 17
AP 18
AD 1
AD 2
AD 3
AD 4
AD 5
BW 2
33
2
32
2
31
2
30
2
29
2
28
2
27
2
26
2
25
2
24
2
23
2
22
2
21
2
20
2
19
2
18
2
17
2
16
2
15
2
14
2
13
2
12
2
11
PO 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
AC 1
1 1
1 BU
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
SC 1
1 1
1 1
1 BO
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BS
1 1
1 1
BA 1
1 1
1 LA
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
RO 1
1 1
GD 1
1 1
1 1
1 GT
1 1
1 1
BR 1
1 1
1 1
RE 1
1 MI
1 JC
1 1
1 1
TA 1
1 1
BL 1
1 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.10. Urutan Nilai Ekuivalen Desimal Baris
Mesin Jenis Sparepart
AP 1
AP 2
AP 3
AP 4
AP 5
AP 6
AP 7
AP 8
AP 9
AP 10
AP 11
AP 12
AP 13
AP 14
AP 15
AP 16
AP 17
AP 18
AD 1
AD 2
AD 3
AD 4
AD 5
AD
BW 2
33
2
32
2
31
2
30
2
29
2
28
2
27
2
26
2
25
2
24
2
23
2
22
2
21
2
20
2
19
2
18
2
17
2
16
2
15
2
14
2
13
2
12
2
11
2 PO
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 RO
1 1
1 SC
1 1
1 1
1 1
BO 1
1 1
1 1
1 1
1 1
BU 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 LA
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
BR 1
1 1
1 1
BS 1
1 1
1 GT
1 1
1 1
RE 1
1 AC
1 1
1 1
GD 1
1 1
1 1
1 TA
1 1
1 JC
1 1
1 1
BA 1
1 1
1 BL
1 1
1 MI
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.11. Nilai Ekuivalen Desimal Kolom
Mesin BW
Jenis Sparepart AP
1 AP
2 AP
3 AP
4 AP
5 AP
6 AP
7 AP
8 AP
9 AP
10 AP
11 AP
12 AP
13 AP
14 AP
15 AP
16 AP
17 AP
18 AD
1 AD
2 AD
3 AD
4 PO
2
16
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 RO
2
15
1 1
1 SC
2
14
1 1
1 1
1 1
BO 2
13
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BU
2
12
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
LA 2
11
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
BR 2
10
1 1
1 1
1 BS
2
9
1 1
1 1
GT 2
8
1 1
1 RE
2
7
1 1
AC 2
6
1 1
1 1
GD 2
5
1 1
1 1
1 1
TA 2
4
1 1
JC 2
3
1 1
1 BA
2
2
1 1
1 1
BL 2
1
1 1
MI 2
1 122
105 885
885 652
870 420
972 143
102 732
419 143
442 698
697 143
783 205
112 108
420
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.12. Urutan Nilai Ekuivalen Desimal Kolom
Mesin BW
Jenis Sparepart AP1
AD 8
AD 9
AD 3
AP 2
AP 8
AD 10
AP 3
AP 4
AD 14
AD 13
AP 6
AP 18
AP 11
AP 15
AP 16
AD 12
AD 1
AP 17
AP 9
AP 13
AD 2
PO 2
16
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
RO 2
15
1 1
1 1
1 SC
2
14
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
BO 2
13
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
BU 2
12
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
LA 2
11
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
BR 2
10
1 1
1 1
1 BS
2
9
1 1
1 1
1 1
1 GT
2
8
1 RE
2
7
1 1
AC 2
6
GD 2
5
1 1
1 1
TA 2
4
JC 2
3
1 BA
2
2
1 1
1 BL
2
1
1 1
1 MI
2 DE
1128 109
109 108
105 972
80 942
08 885
76 885
76 885
76 880
64 870
40 783
36 732
16 698
92 697
62 247
38 205
16 143
72 143
44 143
38 112
96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.13. Nilai Ekuivalen Desimal Baris Iterasi I
Mesin Jenis Sparepart
AP1 AD
8 AD
9 AD
3 AP
2 AP
8 AD
10 AP
3 AP
4 AD
14 AD
13 AP
6 AP
18 AP
11 AP
15 AP
16 AD
12 AD
1 AP
17 AP
9 AP
13 AD
2 AP
10 AP
5 BW
2
33
2
32
2
31
2
30
2
29
2
28
2
27
2
26
2
25
2
24
2
23
2
22
2
21
2
20
2
19
2
18
2
17
2
16
2
15
2
14
2
13
2
12
2
11
2
10
PO 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 RO
1 1
1 1
1 SC
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
BO 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
BU 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
LA 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BR
1 1
1 1
1 BS
1 1
1 1
1 1
1 GT
1 1
RE 1
1 1
AC GD
1 1
1 1
TA JC
1 1
BA 1
1 1
1 BL
1 1
1 MI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.14. Urutan Ekuivalen Desimal Baris Iterasi I
Mesin Jenis Sparepart
AP 1
AD 8
AD 9
AD 3
AP 2
AP 8
AD 10
AP 3
AP 4
AD 14
AD 13
AP 6
AP 18
AP 11
AP 15
AP 16
AD 12
AD 1
AP 17
AP 9
AP 13
AD 2
AP 10
AP 5
BW 2
33
2
32
2
31
2
30
2
29
2
28
2
27
2
26
2
25
2
24
2
23
2
22
2
21
2
20
2
19
2
18
2
17
2
16
2
15
2
14
2
13
2
12
2
11
2
10
PO 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 RO
1 1
1 1
1 BO
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 SC
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
LA 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BS
1 1
1 1
1 1
1 BU
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BR
1 1
1 1
1 BA
1 1
1 1
GT 1
1 BL
1 1
1 RE
1 1
1 GD
1 1
1 1
JC 1
1 MI
AC TA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.15. Nilai Ekuivalen Desimal Kolom Iterasi I
Mesin BW
Jenis Sparepart AP
1 AD
8 AD
9 AD
3 AP
2 AP
8 AD
10 AP
3 AP
4 AD
14 AD
13 AP
6 AP
18 AP
11 AP
15 AP
16 AD
12 AD
1 AP
17 AP
9 AP
13 AD
PO 2
16
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
RO 2
15
1 1
1 1
1 BO
2
14
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 SC
2
13
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
LA 2
12
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BS
2
11
1 1
1 1
1 1
1 BU
2
10
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
BR 2
9
1 1
1 1
BA 2
8
1 1
1 GT
2
7
1 BL
2
6
1 1
1 RE
2
5
1 1
GD 2
4
1 1
1 JC
2
3
1 MI
2
2
AC 2
1
TA 2
122 120
120 118
103 957
911 808
808 808
788 752
849 732
669 666
246 948
217 215
215 210
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.16. Urutan Nilai Ekuivalen Desimal Kolom Iterasi I
Mesin BW
Jenis Sparepart AP
1 AD
8 AD
9 AD
3 AP
2 AP
8 AD
10 AP
18 AP
3 AP
4 AD
14 AD
13 AP
6 AP
11 AP
15 AP
16 AD
12 AP
17 AP
13 AP
9 AD
2 AP
10 PO
2
16
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
RO 2
15
1 1
1 1
1 BO
2
14
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 SC
2
13
1 1
1 1
1 1
1 1
1 LA
2
12
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BS
2
11
1 1
1 1
1 1
1 BU
2
10
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BR
2
9
1 1
1 1
1 BA
2
8
1 1
1 GT
2
7
1 BL
2
6
1 1
1 RE
2
5
1 1
GD 2
4
1 1
1 JC
2
3
1 1
MI 2
2
AC 2
1
TA 2
122 120
120 118
103 957
911 849
808 808
808 788
752 732
669 666
246 217
215 215
210 207
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.17. Nilai Ekuivalen Desimal Baris Iterasi II
Mesin Jenis Sparepart
AP 1
AD 8
AD 9
AD 3
AP 2
AP 8
AD 10
AP 18
AP 3
AP 4
AD 14
AD 13
AP 6
AP 11
AP 15
AP 16
AD 12
AP 17
AP 13
AP 9
AD 2
AP 10
AD 1
AP 5
BW 2
33
2
32
2
31
2
30
2
29
2
28
2
27
2
26
2
25
2
24
2
23
2
22
2
21
2
20
2
19
2
18
2
17
2
16
2
15
2
14
2
13
2
12
2
11
2
10
PO 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 RO
1 1
1 1
1 BO
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 SC
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
LA 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BS
1 1
1 1
1 1
1 BU
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BR
1 1
1 1
1 BA
1 1
1 1
GT 1
1 BL
1 1
1 RE
1 1
1 GD
1 1
1 1
JC 1
1 MI
AC TA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.18. Urutan Nilai Ekuivalen Desimal Baris Iterasi II
Mesin Jenis Sparepart
AP 1
AD 8
AD 9
AD 3
AP 2
AP 8
AD 10
AP 18
AP 3
AP 4
AD 14
AD 13
AP 6
AP 11
AP 15
AP 16
AD 12
AP 17
AP 13
AP 9
AD 2
AP 10
AD 1
AP 5
BW 2
33
2
32
2
31
2
30
2
29
2
28
2
27
2
26
2
25
2
24
2
23
2
22
2
21
2
20
2
19
2
18
2
17
2
16
2
15
2
14
2
13
2
12
2
11
2
10
PO 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 RO
1 1
1 1
1 BO
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 SC
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
LA 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BS
1 1
1 1
1 1
1 BU
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BR
1 1
1 1
1 BA
1 1
1 1
GT 1
1 BL
1 1
1 RE
1 1
1 GD
1 1
1 1
JC 1
1 MI
TA AC
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5.19. Nilai Ekuivalen Desimal Kolom Iterasi II
Mesin BW
Jenis Sparepart AP
1 AD
8 AD
9 AD
3 AP
2 AP
8 AD
10 AP
18 AP
3 AP
4 AD
14 AD
13 AP
6 AP
11 AP
15 AP
16 AD
12 AP
17 AP
13 AP9
AD 2
AP 10
PO 2
16
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
RO 2
15
1 1
1 1
1 BO
2
14
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 SC
2
13
1 1
1 1
1 1
1 1
1 LA
2
12
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BS
2
11
1 1
1 1
1 1
1 BU
2
10
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 BR
2
9
1 1
1 1
1 BA
2
8
1 1
1 GT
2
7
1 BL
2
6
1 1
1 RE
2
5
1 1
GD 2
4
1 1
1 JC
2
3
1 1
MI 2
2
TA 2
1
AC 2
DE 122
880 120
832 120
832 118
784 103
936 957
44 911
36 849
92 808
96 808
96 808
96 788
48 752
64 732
16 669
44 666
56 246
88 217
76 215
68 215
12 210
08 207
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Adapun susunan kelompok komponen part dan mesin dengan menggunakan Rank Order Clustering dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Tabel 5.20. Susunan Komponen – Mesin dengan Menggunakan Metode ROC
Kel. Komponen
Part Kode Mesin yang Dibutuhkan
I AP1, AD8, AD9, AD3, AP2, AP8,
AD10, AP18, AP3, AP4, AD14, AD13, AP16, AP11
PO, RO, BO, SC, LA, BS, BU, BR
II APA5, AP16, AD12, AP17, AP13,
AP9, AD2, AP10, AD1, AP5 BA, GT, BL, RE, GD, JC
III AD15, AP14, AD7, AP7, AD4,
AP12, AD16, AD11, AD5, AD6 MI, TA, AC
Dari pengelompokkan pada Tabel 5.20 terlihat adanya bottleneck pada beberapa mesin dimana mesin yang digunakan untuk mengerjakan satu part terjadi pada
lebih dari satu kelompok. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah bottleneck antara lain:
Membagi mesin yang memiliki jumlah yang lebih dari satu ke dalam kelompok mesin yang terbentuk.
a. Apabila mesin yang bottleneck hanya satu maka mesin tersebut ditempatkan pada satu sel mesin sedangkan produkyang membutuhkan mesin tersebut
yang terdapat pada sel mesin lain akan berpindah ke sel mesin yang sudah ditempatkan dengan menggunakan material handling.
Maka langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah bottleneck dalam penelitian ini antara lain :
a. PO terdiri dari 4 unit yang digunakan oleh kelompok I sebanyak 11 produk dan kelompok II 2 produk maka PO dimasukkan ke dalam kelompok I
sebanyak 3 unit dan pada kelompok II 1 unit karena jenis dan jumlah produk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang dikerjakan lebih banyak dibandingkan kelompok II. b. BO terdiri dari 5 unit yang digunakan oleh kelompok I sebanyak7 produk dan
kelompok II sebanyak6 produk, maka BO dimasukkan ke dalam kelompok I sebanyak 2 unit dan pada kelompok II 3 unit karena jumlah produk yang
dikerjakan lebih banyak dibandingkan kelompok I. c. SC terdiri dari 5 unit yang digunakan oleh kelompok I sebanyak 8 produk dan
kelompok II sebanyak 2 produk, maka SC dimasukkan kedalam kelompok I sebanyak 4 unit dan pada kelompok II sebanyak 1 unit karena jenis dan jumlah
produk yang dikerjakan lebih banyak dibandingkan kelompok II. d. LA terdiri dari 10 unit yang digunakan oleh kelompok Isebanyak 10 produk
dan kelompok II sebanyak6 produk, maka LA dimasukkan ke dalam kelompok I sebanyak 7 unit dan pada kelompok IIsebanyak 3 unit karena jenis
dan jumlah produk yang dikerjakan lebih banyak dibandingkan kelompok II. e. BU terdiri dari 12 unit yang digunakan oleh kelompok I sebanyak 10 produk,
kelompok II sebanyak 7 produk dan kelompok III sebanyak 6 produk, maka BU dimasukkan ke dalam kelompok I sebanyak 6 unit, pada kelompok II 3
unit dan pada kelompok III 3 unit karena perbedaan jenis dan jumlah produk yang dikerjakan.
f. BR terdiri 4 unit yang digunakan oleh kelompok I sebanyak 4 produk, kelompok II sebanyak 1 produk dan kelompok III sebanyak 1 produk, maka
BR dimasukkan ke dalam kelompok I sebanyak 2 unit, pada kelompok IIsebanyak 1 unit dan pada kelompok III sebanyak 1 unit karena perbedaan
jenis dan jumlah produk yang dikerjakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
g. GT terdiri dari 2 unit yang digunakan oleh kelompok Isebanyak 2 produk dan kelompok II sebanyak 3 produk maka GT dimasukkan ke dalam kelompok I
sebanyak 1 unit dan pada kelompok II sebanyak 1 unit. h. GDterdiri dari 2 unit yang digunakan oleh kelompok Isebanyak 4 produk dan
kelompok II sebanyak 3 produk maka GD dimasukkan ke dalam kelompok I sebanyak 1 unit dan pada kelompok II sebanyak 1 unit.
i. JCterdiri dari 2 unit yang digunakan oleh kelompok Isebanyak 2 produk dan kelompok II sebanyak 4 produk maka JC dimasukkan ke dalam kelompok I
sebanyak 1 unit dan pada kelompok II sebanyak 1 unit. Secara lengkap susunan kelompok mesin dan komponen beserta jumlah mesin
dapat dilihat pada Tabel 5.21 dan hasil akhir pengelompokan komponen dan mesin dapat dilihat pada Tabel 5.22.
Tabel 5.21. Susunan Komponen – Mesin Akhir
Kel. Komponen
Part Kode Mesin yang Dibutuhkan
I AP1, AD8, AD9, AD3, AP2, AP8,
AD10, AP18, AP3, AP4, AD14, AD13, AP6, AP11
PO3, RO, BO2, SC4, LA7, BS, BU6, BR2
II AP15, AP16, AD12, AP17, AP13,
AP9, AD2, AP10, AD1, AP5 PO1, BO3, SC1, LA3,
BU3, BR1, BA, GT1, BL, RE, GD1, JC1
III AD15, AP14, AD7, AP7, AD4,
AP12, AD16, AD11, AD5, AD6 BU3, BR1, GT1, GD1,
JC1, MI, TA, AC
5.2.6. Perancangan Layout Fasilitas Pabrik dengan Metode BLOCPLAN