Variabel Terikat Definisi Operasional Variabel

51 Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengenai perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif serta dikembangkan dari teori Lewis mengenai teori perkembangan bahasa pada anak tunarungu. Adapun pelaksanaan penelitian mengenai pengembangan instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah sebagai berikut: 1. Melihat proses pembelajaraan yang sedang berlangsung di sekolah untuk memperoleh kondisi objektif mengenai bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu saat di kelas 2. Melakukan wawancara guru dan orang tua untuk mengetahui perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah pada saat diluar pembelajaran 3. Melakukan studi literatur mengenai teori-teori perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif, yaitu teori Myklebust dan teori Lewis 4. Melakukan analisis kondisi objektif anak tunarungu usia sekolah di lapangan dengan teori perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif menurut para ahli 5. Membuat kisi-kisi instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif berdasarkan analisis hasil temuan 6. Merumuskan instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif

b. Variabel Terikat

Variabel independen atau terikat ini disebut juga sebagai output, hasil, atau konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas Sugiyono, 2011. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah. Bahasa reseptif dan bahasa ekspresif dalam penelitian ini lebih menekankan pada 52 Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tahap-tahap yang anak tunarungu lewati dalam perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresifnya seperti yang dikemukakan pada teri Myklebust. Berdasarkan tahap-tahap perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif selanjutnya ditunrunkan ke aspek-aspek perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif ,seperti fungsi simbol, penguasaan kosakat. Kemampuan menyelesaikan tugas, ketepatan bentuk, ketepatan tulisan, kesadaran bunyi, ketepatan pengucapan bunyi, komunikasi, kemampuan anak bertanya, keamampuan anak bercerita, artikulasi, membaca ujaran, berisyarat atau memberi tanda. Teori perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif yang dijadikan sebagai dasar untuk selanjutnya dikembangkan ialah teori perkembangan Myklebust dan Lewis. Aspek perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah kemudian dibuat menjadi beberapa indikator yang akan diukur dalam instrumen asesmen dan menjadi butir-butir instrumen asesmen. Dirumuskannya instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah yang sezsuai dengan kondisi objektif maka dapat diketahuinya perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah serta dapat terungkapnya kemampuan, kebutuhan serta hambatan bahasa reseptif dan ekspresif pada nak tunarungu usia sekolah. Penilaian dalam pelaksanaan ujicoba asesmen yang dilakukan oleh guru berdasarkan yang tercantum dalam instrumen asesmen yang telah disediakan. Anak tunarungu diberikan nilai 3 ketika mampu melakukan instruksi secara mandi, diberikan nilai 2 ketika mampu melakukan instruksi dengan bantuan, dan diberikan nilai 1 ketika anak tidak mampu melakukan sesuai dengan yang diinstruksikan walaupun sudah diberikan bantuan oleh asesor. 53 Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV, maka pada bab ini akan ditarik sebuah kesimpulan hasil dari penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, serta akan dibahas mengenai rekomedasi dari hasil penelitian ini.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kondisi objektif instrumen perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu usia sekolah. Kondisi objektif pengembangan instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah menunjukkan bahwa belum tersedianya instrumen asesmen yang secara mendalam untuk membahas perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu sehingga perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif belum tergambarkan dengan jelas. Kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu berbeda-beda dari anak tunarungu yang satu dengan anak tunarungu lainnya, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pada anak tunarungu dalam aspek bahasa reseptif dan bahasa ekspresifnya pun juga berbeda-beda, perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif dipengaruhi oleh lingkungan sekitar anak tunarungu yang memberikan dampak, baik positif maupun negatif terhadap perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu. Meskipun bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu sudah mulai terbentuk saat anak berada di usia sekolah, tetapi ada beberapa anak tunarungu yang menunjukkan keterlambatannya dalam perkembangan bahasanya, hal ini dapat terlihat ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, saat anak tunarungu tersebut bersikap pasif jika