Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berkebutuhan khusus merupakan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan yang terdapat pada anak kebutuhan khusus tersebut. Upaya dalam memahami kebutuhan dan masalah yang dialami oleh seorang anak, guru memerlukan informasi, sumber data yang berkenaan dengan kebutuhan dan masalah pada peserta didiknya. Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat mengenai kebutuhan dari masalah yang dihadapi, guru dapat melakukannya melalui kegiatan yang disebut dengan asesmen. Asesmen dapat dipandang sebagai upaya yang sistematis untuk mengetahui kemampuan, kesulitan dan kebutuhannya anak pada aspek tertentu, data yang diperoleh dari hasil asesmen, selanjutnya dapat dijadikan bahan dasar dalam penyusunan program pembelajaran, program intervensi, bahan pertimbangan atau gambaran untuk ahli lainnnya seperti terapis. Asesmen dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan kemampuan dalam berbagai aspek perkembangan, salah satunya adalah aspek bahasa. Aspek perkembangan bahasa sangat erat kaitannya dengan aspek perkembangan kognitif, begitu pula dengan anak tunarungu yang mengalami kesulitan dalam pemerolehan bahasa sehingga berdampak besar pada kemampuan komunikasi dan kognitifnya. Kesulitan dalam perkembangan bicara dan bahasa menjadi salah satu karakteristik dari anak dengan hambatan intelektual, setidaknya ada sedikit upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik perkembangan bahasa pada anak-anak. Bahasa diperoleh hasil dari proses diterimanya getaran suara melalui telinga kemudian disampaikan pada otak lalu suara tersebut memiliki makna yang dapat dipahami. Anak tunarungu yang memiliki hambatan dalam 2 Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu perkembangan bahasanya sehingga sering ditemui kasus anak tunarungu yang tidak mampu mengungkapkan apa yang diinginkannya karena keterbatasan dalam aspek bahasanya itu, baik pada bahasa reseptif maupun bahasa ekspresif. Adapun definisi yang dikemukakan oleh Santrock 2012 “language is a form of communication – whether spoken, written, or signed – that is based on a system of symbols. Language consist of the words used by a community and the rules for varying and combining them”. Berdasarkan dari definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa bahasa adalah suatu bentuk komunikasi – entah itu lisan, tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol. Anak tunarungu usia sekolah merupakan usia dasar atau awal kesiapan anak yang dirasa sudah cukup dan mampu untuk memasuki sekolah dasar. Pada usia sekolah anak mulai bersekolah dan pengalaman anak dalam berbahasa semakin meningkat, begitu pula dengan anak tunarungu yang mengharuskan dirinya untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Anak pada umumnya mulai mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh orang lain kemudian proses selanjutnya yaitu meniru ucapan, karena proses pertamanya dia mendengar dan menyimak ucapan-ucapan tersebut reseptif, kata-kata menjadi miliknya kemudian diucapkan lagi ekspresif, dengan proses tersebut bahasa terbentuk pada anak. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sadjaah 2005 “meninjau fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan berbicara dan bahasa, pertama akan membentuk bahasa reseptif, kemudian melalui pendengaran pula sesudah bahasa reseptif berkembang, seseorang mulai belajar mengekspresikan diri dengan kata- kata”. Secara umum perkembangan bahasa yang digambarkan oleh Myklebust 1960 meliputi tujuh tahap, yaitu; Experience, Inner Language auditory symbol, Auditory Receptive Language spoken word, Auditory Expresive Language speaking, Visual Receptive Language reading, Visual Expressive Language writing, dan Visual Symbolic Behavior. Teori Myklebust ini lebih menekankan bahasa pada yang terbentuk dari hasil 3 Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pengalaman anak itu sendiri. Pada tiap tahapan perkembangan tersebut ada beberapa tugas perkembangan yang harus dicapai oleh anak. Berdasarkan hasil dari studi lapangan yang telah peneliti lakukan pada beberapa sekolah di kota Bandung, menunjukkan bahwa instrumen asesmen pada setiap sekolah berbeda dalam butir-butir instrumennya namun tujuan dari instrumen-instrumen tersebut tetap sama, yaitu untuk mengetahui kebutuhan dan kemampuan anak berkebutuhan khusus, khususnya pada anak tunarungu dalam segala aspek perkembangan. Sedangkan instrumen asesmen untuk mengungkapkan perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif itu sendiri belum tersedia pada setiap sekolahnya. Sehingga peneliti merasa dengan instrument asesmen yang telah disediakan pada setiap sekolah, dapat dikatakan instrument asesmen tersebut belum dapat menemukan dan mengungkap kebutuhan dasar dari setiap anak tunarungu khususnya pada aspek bahasa reseptif dan bahasa ekspresif sehingga layanan pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhannya. Instrumen asesmen yang tidak fungsional akan berdampak pada seluruh aspek perkembangan anak tunarungu karena layanan pendidikan dalam proses pembelajaran yang diberikan oleh pihak sekolah tidak dapat memenuhi kebutuhannya, sehingga dapat mengakibatkan anak tunarungu akan mengalami ketertinggalan atau kemunduran dalam aspek bahasa yang berkaitan dengan aspek kognitif, dan aspek perkembangan lainnya. Berdasarkan kondisi faktual yang muncul apabila anak mengalami hambatan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif, maka sangatlah penting sebagai pendidik, khususnya di bidang pendidikan kebutuhan khusus, memahami perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu yang diperoleh dengan cara asesmen. Asesmen perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif adalah serangkaian instrumen untuk mengetahui perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu. Asesmen ini diperlukan untuk mengetahui kemampuan dan kebutuhan perkembangan bahasa reseptif dan 4 Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bahasa ekspresif pada anak tunarungu sebagai bahan acuan dasar untuk memberikan layanan pendidikan dalam proses pembelajaran pada anak tunarungu. Oleh karena itu, untuk memudahkan mengetahui kebutuhan dan kemampuan serta gambaran dalam perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu usia sekolah perlu dikembangankannya instrumen asesmen yang disesuaikan dengan seluruh aspek perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu. Instrumen asesmen perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif ini dapat menggambarkan kondisi objektif perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada tiap aspek anak tunarungu usia sekolah secara rinci, terutama kekuatan dan kelemahan pada tiap-tiap aspek perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif yang dimilikinya, yang selanjutnya dijadikan dasar di dalam penyusunan program dalam pembelajaran. Hasil asesmen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif harus secara terus menerus disampaikan dari guru yang mengajarnya ketika ia mulai bersekolah dan diteruskan pada guru selanjutnya yang akan mengajarnya agar kemajuan perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif dapat terlihat secara jelas. Jika sudah dapat memahami perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu, semakin cepat intervensi dapat diberikan, sehingga dampak yang terjadi dapat segera diminimalisir agar kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif berkembang dengan optimal. Mengingat pentingnya instrumen asesmen perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif ini, maka peneliti bermaksud untuk mengembangkan instrumen asesmen perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu yang didasarkan pada kondisi objektif, teori Myklebust 1960 dan teori Lewis yang membahas tentang perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu. Penelitian ini kemudian dirumuskan dalam judul “PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH ”. 5 Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN