Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

5. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pemberian remisi kepada narapidana militer di Lembaga Pemasyarakatan Militer Masmil Kota Medan.

D. Manfaat Penulisan

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut : D.1 Manfaat Teoritis. Secara teoritis menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang prosedur pemberian remisi kepada narapidana Militer di Lembaga Pemasyarakatan Militer Masmil Kota Medan dan untuk mengetahui sistem Pembinaan kepada narapidana pelaku tindak pidana, serta untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberian remisi kepada narapidana militer di Lembaga Pemasyarakatan militer Masmil Kota Medan dan memperkaya pengetahuan penulis mengenai ilmu hukum. D.2 Manfaat Praktis Secara praktis dapat memberikan masukan bagi pemerintah tentang pemberian remisi kepada narapidana militer serta memberikan pemahaman- pemahaman mengenai kendala-kendala dalam memberikan remisi kepada militer di Lembaga Pemasyarakatan Militer Masmil Kota Medan dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama.

E. Keaslian Penulisan

Penelusuran yang telah dilakukan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tidak ditemukan judul yang sama. Skripsi yang ditulis oleh penulis ini adalah merupakan hasil buah pikiran penulis ditambah dengan literatur-literatur lain,baik berupa buku-buku milik penulis sendiri maupun buku- buku dari perpustakaan serta sumber-sumber lainnya yang mendukung penulisan skripsi ini. Penulis skripsi ini murni dikerjakan oleh penulis sendiri dengan topik yang penulis bahas dalam skripsi ini belum pernah dibahas oleh orang lain yang dapat dibuktikan berdasarkan data yang ada di Sekretaris Departemen Pidana. Bila ternyata terdapat judul yang sama sebelum skripsi ini dibuat, maka penulis bertanggung jawab sepenuhnya.

F. Tinjauan Kepustakaan

F.1. Pengertian Remisi Remisi adalah pengurangan masa hukuman yang di dasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 17 17 Kepres No. 174 Tahun 1999, remisi merupakan pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak pidana yang berkelakuan baik selama menjalani pidana. Faktor yang menentukan bahwa narapidana dan anak pidana yang menjalani pidana penjara sementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yang bersangkutan berkelakuan baik selama menjalani pidana. Remisi merupakan salah satu sarana hukum yang penting dalam rangka mewujudkan tujuan sistem pemasyarakatan dan juga Negara Indonesia menjamin kemerdekaan tiap penduduk agar bisa memberikan http:id.shvoong.comlaw-and-politicscriminal-law2170950-pengertian- remisi,20 februari 2015. yang seharusnya diberikan kepada terpidana dengan adanya remisi tersebut biar mereka bebas dan diterima oleh masyarakat. Macam-macam remisi di atas juga terdapat remisi khusus tertunda, Pengertian Remisi Khusus Tertunda bahwa pelaksanaan pemberian Remisi Khusus bagi narapidana tersebut tertunda karena yang bersangkutan masih berstatus sebagai terpidana, walaupun surat Keputusan Hakim Vonis yang bersangkutan telah mempunyai kekuatan hukum tetap terpidana maupun Jaksa Penuntut Umum tidak mengajukan upaya hukum berupa Banding atau Kasasi tetapi Jaksa Penuntut Umum belum menyampaikan surat keputusan Hakim Vonis yang bersangkutan kepada pihak Lembaga Pemasyarakatan sehingga status terpidana belum berubah menjadi narapidana atau anak pidana. 18 F.2. Pengertian Narapidana Militer. Narapidana bukan saja obyek melainkan juga sebagai subyek yang tidak berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana sehingga perlu dilakukan pembinaan terhadap mereka ini. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Permasyarakatan, sedangkan terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap. Pembinaan adalah upaya untuk mengadakan narapidana agar menyesali perbuatannya dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum, menjungjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagam aan sehingga 18 Ibid, tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan damai. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilangnya kemerdekaan. Terpidana itu sendiri seperti yang dimuat dalam Undang-Undang Pemasyarakatan yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Menurut R.A.Koesnoen, pidana penjara adalah pencabutan kemerdekaan, menurut asal-usul kata penjara berasal dari kata “Penjoro” Bahasa Jawa yang berarti tobat, jadi penjara berarti dibuat supaya menjadi jera atau tobat. Sebelum bangsa kita mengenal istilah “Penjara” kita mengenal istilah“Bui” atau “Buen” Bahasa Jawa, yaitu suatu tempat atau bangunan sebagai tempat penyekapan para tahanan, orang-orang hukuman, tempat menahan orang-orang yang disandera, penjudi, pemabuk, gelandangan dan penjahat-penjahat lain. 19 19 Koesnoen R.A. Politik Penjara Nasional. Rineka Cipta, Jakarta. 1961. Hal. 27 Narapidana juga dikatakan sebagai orang yang tidak menghargai hukum, tidak memperhatikan norma-norma dalam masyarakat hanya mengutamakan kepentingan dirinya sendiri, menurut kemauan emosinya diri-sendiri, yang memperkosa hak hukum orang lain, bertentangan dengan kepantasan dalam masyarakat. Sikap mana menjadi sebab utama terjadinya pelanggaran hukum. Narapidana yang terbukti secara sah telah bersalah melalui putusan pengadilan dan memiliki kekuatan hukum tetap, berarti telah melanggar norma hukum pidana dan wajib dikenakan sanksi yaitu berupa hukuman. Sebagai contoh misalnya sebagai akibat dari suatu pembunuhan atau pencurian dan sebagainya, apabila didasarkan hanya pada hukum perdata akan menimbulkan hak bagi yang menderita terhadap pihak yang berbuat untuk kerugian berupa materi. Dalam ruang lingkup Militer,bahwa pengertian dari Narapidana Militer adalah Prajurit TNI yang sedang menjalani pidana atau hukuman. 20 Prajurit TNI yang melakukan kejahatan atau tindak pidana, setelah dilakukan penyelidikan dan penyidikan, proses penyelesaian perkaranya akan diserahkan kepada Komandannya selaku Perwira Penyerah Perkara Papera. Oditur Militer dan Oditur Tinggi adalah pejabat yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai penuntut umum, sebagai pelaksana putusan atau penetapan pengadilan. Proses penyelesaian selanjutnya akan akan diselesaikan melalui persidangan di Pengadilan Militer. Setelah putusan Hakim Pengadilan Militer dijatuhkan dan prajurit yang bersangkutan tidak melakukan upaya hukum dalam bentuk Banding, Kasasi maupun Peninjauan Kembali PK, maka putusan Pengadilan Militer telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pada saat itulah status prajurit TNI beralih menjadi terpidana, selanjutnya pelaksanaan pidananya di Lembaga Pemasyarakatan Militer Masmil. Narapidana MiliterTNI pada dasarnya adalah prajurit TNI aktif yang belum dipecat atau diakhiri ikatan dinas keprajuritannya. 21 20 Narapidana yang telah melakukan perbuatan-perbuatan tindak pidana tersebut tetap sebagai warga negara yang masih mempunyai hak-hak asasi manusia seperti halnya manusia lain. Hanya saja narapidana sebagai manusia yang telah tersesat di dalam hidupnya harus diberi kesadaran untuk merubah wataknya dari watak penjahat menjadi orang yang baik, yang berguna bagi agama, masyarakat dan negara. Narapidana yang di tempatkan dalam Lembaga Permasyarakatan Militer dan http:www.artileri.org201301selama-2012-1812-prajurit-tni-jadi-napi.html,17 januari, 2013 21 Ibid, Rumah Tahanan Negara dididik, dibina baik mentalnya,diberi pendidikan atau penyuluhan berupa hukum, pengetahuan umum, kursus keterampilan, yang diharapkan dengan bekal yang diperoleh selama dalam Lembaga Permasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara setelah selesai menjalani hukuman dapat menjadi warga negara yang bertanggung jawab, taat hukum, mandiri, aktif dalam pembangunan dan tidak mengulangi tindak pidana lagi. F.3. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan. 3.1. Lembaga Pemasyarakatan Sistem Pemasyarakatan berawal dari gagasan Sahardjo yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tahun 1964, yang mengatakan bahwa tujuan pidana penjara adalah “Pemasyarakatan” sehingga membuat sebutan yang tadinya “Rumah Penjara” otomatis diganti “Lembaga Pemasyarakatan”. Istilah “Penjara” menjadi “Lembaga Pemasyarakatan” tentu terkandung maksud baik yaitu bahwa pemberian maupun pengayoman narapidana tidak hanya terfokus pada itikad menghukum Funitif Intend saja melainkan suatu berorientasi pada tindakan-tindakan yang lebih manusiawi dan disesuaikan dengan kondisi dari narapidana itu . Istilah penjara kendati sangat popular, berkonotasi negatif, tempat orang di kerangkeng.Lembaga Pemasyarakatan adalah istilah yang lebih berkonotasi positif sebagai tempat orang belajar kembali bermasyarakat resosialisasi sekaligus tempat orang yang dibina kelak setelah keluar dapat bermasyarakat secara normal. Lembaga pemasyarakatan dianggap sebagai orang-orang yang pernah menyimpang dan masyarakat dan pada umumnya karena perilaku kejahatannya. Di masyarakat ada streotipe bahwa mereka yang pernah masuk ke Lembaga Pemasyarakatan adalah penjahat.Pandangan tersebut tidak seluruhnya benar, sebab ada orang yang tidak bersalah ke Lembaga Pemasyarakatan. Lagi pula kalau pandangan itu dipertahankan dipelihara terus, sama artinya masyarakat tidak sependapat bahwa Lembaga Pemasyarakatan itu sebagai tempat pembinaan. Pemasyarakatan menentukan kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem kelembagaan dan cara pembinaaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pembinaan dalam tata cara peradilan pidana. Lembaga Pemasyarakatan adalah suatu lembaga untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik masyarakat yang dahulu juga dikenal sebagai rumah penjara yakni dimana orang-orang yang telah dijatuhi dengan pidana-pidana tertentu oleh hakim, untuk menjalankan pidana mereka. Sahardjo yang beberapa tahun yang lalu menjabat sebagai menteri kehakiman mengatakan bahwa sebutan rumah penjara itu telah diubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan dan menjelaskan sebagai pemberian sebutan yang baru kerumah penjara sebagai Lembaga Pemasyarakatan dapat diduga mempunyai hubungan yang erat dengan gagasan beliau untuk menjadikan Lembaga Pemasyarakatan itu bukan saja sebagai tempat untuk semata-mata untuk membina atau mendidik orang terpidana agar mereka itu setelah selesai menjalankan pidana, mereka mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan nantinya. 22 Sebelum lahirnya UU Pemasyarakatan, peraturan perundang-undangan yang di pakai untuk menyelenggarakan pembinaan bagi narapidana tersebut adalah perundang-undangan yang lama yakni peninggalan dari pemerintahan Hindia- Belanda, peraturan-peraturan tersebut antara lain; ordonasi tanggal 10 Desember 1917, staatsblaad tahun 1917 No. 708 yang juga di kenal dengan sebutan Gestichten Reglement yang mulai diberlakukan di Indonesia sejak tanggal 1 Januari 1918. 23 3.2. Sistem Pemasyarakatan Dengan mendasarkan kepada Falsafah Negara diharapkan pelaksanaan sistem pemasyarakatan tersebut sejalan dengan nila-nilai yang terkandung dalam semua sila dalam Pancasila sehingga tujuan yang hendak dicapai terlaksananya dengan baik dan narapidana pun tidak mengulangi tindak pidana, baik yang masih berada di Lembaga Pemasyarakatan ataupun yang sudah berbaur dengan masyarakat pada umumnya. Sistem pemasyarakatan berfungsi untuk menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berinteraksi secara sehat dengan masyarakat sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab, hubungan mantan narapidana dengan masyarakat diharapkan dapat pulih kembali seperti sedia kala. Sistem pemasyarakatan merupakan perkembangan dari pelaksanaan sistem kepenjaraan berasaskan pembalasan danpenyiksaan-penyiksaan badan yang tidak 22 PAF.Lamintang. Hukum Penitentier Indonesia, Bandung: Armico, 1988. Hal.180 23 Ibid. Hal. 71 manusiawi dengan harapan agar si terpidana betul-betul merasa tobat dan jera sehingga tidak mengulangi lagi perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum.Sistem pemasyarakatan berasaskan pembinaan sesuai dengan Pancasila. Pembinaan bertujuan agar narapidana setelah selesai menjalani masa pidananya tidak akan mengulangi perbuatannya kejahatan dan dapat hidup bermasyarakat secara wajar serta ikut berpartisipasi didalam pembangunan. Sistem pemasyarakatan ini diselenggarakan dalam rangka narapidana menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi lagi tindak pidana yang pernah dilakukan.Hal tersebut adalah untuk menyiapkan narapidana agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat. Oleh sebab itu, untuk melaksanakan sistem pemasyarakatan dibutuhkan keikutsertaan masyarakat baik dengan mengadakan kerja sama dalam pembinaan maupun dengan sikap bersedia menerima kembali narapidana yang telah selesai menjalani pidananya. Sistem pemasyarakatan, pembinaan adalah merupakan suatu sistem, maka pembinaan narapidana mempunyai beberapa komponen yang bekerja saling berkaitan untuk satu tujuan. Komponen- komponen tersebut terdiri dari semua pihak yang terlibat dalam proses pembinaan, seperti narapidana, petugas LAPAS, dan masyarakat yang akan menerima kembali kehadiran narapidana setelah bebas nantinya. Sistem pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas sesuai dengan Pasal 5 UU Pemasyarakatan, yaitu: a. pengayoman; b. persamaan perlakuan dan pelayanan; c. pendidikan; d. pembimbingan; e. penghormatan harkat dan martabat manusia; f. kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan; dan g. terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu. Narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan dibina dan dididik agar menyesali perbuatannya dan mengembangkannya menjadi Warga Binaan Pemasyarakatan yang baik dan taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral serta dibina dalam hal kemandirian sebagai bekal hidup dikemudian hari apabila sudah pulang dari Lembaga Pemasyarakatan.

G. Metode Penelitian