menyerahkan semua pada pasar dan membuka pasar tanpa melihat kesiapan di dalam negeri. Akibatnya kita hanya menjadi pasar. Bahkan investasi asing
yang masuk lebih banyak terkonsentrasi pada kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik yang sangat besar atau eksploitasi
sumber daya alam, bukan pada produksi barang manufaktur untuk ekspor.
21
Keberadaan investasi asing ini bisa menjadi sebuah momentum yang berfungsi sebagai sarana peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia
Nasional untuk kemudian dapat diterapkan pada pada sektor riil yang untuk mengolah semua potensi dan Sumber Daya Alam yang di miliki oleh
Indonesia.
D. Kebijakan-Kebijakan dalam Investasi Asing di Indonesia
Permasalahan-permasalahan nasional pada suatu negara pada era global ini tidak hanya berdampak pada kehidupan negara tersebut tetapi juga
pada negara-negara yang memiliki hubungan perbatasan maupun kepentingan bilateral bahkan secara global.
22
Hal ini senada dengan pernyataan Erman Rajagukguk yang menyebutkan bahwa terdapat 3 syarat masuknya modal
asing ke suatu negara yakni economic opportunity, political stability, dan legal certainty.
23
Sehingga bisa dikatakan bahwa ketiga faktor ini pula yang
21
Sri Hartati Samhadi, “Indonesia dan Tantangan Global”, dalam Rindu Pancasila, Jakarta: Kompas, 2010, h. 170.
22
Jamin Ginting. “Ketentuan Hukum Global yang Berdampak Nasional: Bagaimana
Menghadapinya?” Law Review. Vol. XII. No. 2. November 2012: h. 271-290.
23
Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing. Cet-I, Jakarta: Kuwais, 2012, h. 78.
kemudian menentukan kepercayaan asing dalam menanamkan modalnya di Indonesia.
Hal-hal yang terjadi dalam suatu negara saat ini memiliki efek domino bagi negara lain. Istilah-Istilah yang dilontarkan oleh para futurist seperti
Josua Meirowithz, Keinichi Ohmahe, John Naisbitt, dan bahkan Alfin Toffler tidak cukup membuat orang tersadar bahwa dunia telah mengglobal the
world was to be global. Keinichi Ohmahe menyebutkan bahwa dunia
menjadi the global village, sedangkan John Naisbitt menyebutnya the real economy of an interlinked world
yang menjadi single economy dalam global economy one market place
24
telah menjadi kenyataan pada saat ini. Ekonomi global ini yang pada akhirnya memaksa negara-negara untuk
membuat kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan pasar global. Pembuatan kebijakan yang sesuai dengan pasar ini juga bertujuan untuk menarik investor
asing datang dan mau menanamkan modalnya. Pelaksanaan kebijakan dan pelayanan investasi baik asing maupun
dalam negeri di Indonesia dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM, yang dipimpin oleh seorang kepala dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden. Dalam penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan kebijakan dan pelayanan penanaman modal pemerintah melakukan koordinasi
antar instansi pemerintah, antar instansi pemerintah dengan Bank Indonesia
24
Artikel Utama, “Dampak Globalisasi Terhadap Hukum, Bisnis, dan Sosial Budaya.” Jurnal Keadilan
. Vol. 1. No. 4 2001: h. 1.
antar instansi pemerintah dengan pemerintah daerah, maupun antar pemerintah daerah.
Kebijakan-kebijakan dalam investasi di Indonesia diantaranya berkaitan dengan pemberian insentif atau fasilitas bagi investasi yang
melakukan penanaman modal baru atau melakukan perluasan usaha. Penanaman modal yang mendapatkan insentif ini sekurang-kurangnya
memenuhi salah satu kriteria berikut ini:
25
1. Menyerap banyak tenaga kerja;
2. Termasuk skala prioritas tinggi;
3. Termasuk pembangunan infrastruktur;
4. Melakukan alih teknologi;
5. Melakukan industri pionir;
6. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah pebatasan,
atau daerah lain yang dianggap perlu; 7.
Menjaga kelestarian lingkungan hidup; 8.
Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; 9.
Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau 10.
Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri.
Kebijakan dasar dalam penanaman modal ini termaktub dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 ada 3 hal yang dilakukan oleh
Pemerintah meliputi: 1.
Memberikan perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;
2. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha
bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanam modal sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan; dan
3. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan
perlindungann kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.
25
Frida Sugondo, dkk. Ikhtisar Ketentuan Penanaman Modal, Jakarta: NLRP, 2010, h. 227.
Segala kebijakan yang dikeluarkan oleh BKPM ini tidak semata-mata hanya menarik penanam modal asing untuk menanamkan modalnya di
Indonesia, jauh dari hal ini terdapat tujuan lain yang ingin dicapai yakni tentang bagaimana melindungi kepentingan nasional demi terwujudnya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keberadaan kebijakan- kebijakan ini membatasi tindakan-tindakan investor untuk tidak hanya
berorientasi pada profit semata, hal ini senada dengan dengan larangan dalam firman Alla dalam Q. S 26 Asy Syu
’araa’ ayat 183 berikut:
Artinya: “dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah
kamu merajalela di muka bumi den gan membuat kerusakan” QS. Asy
Syu ’araa’: 183.
30
BAB III KONSEP ALIH TEKNOLOGI
Indonesia adalah negara ironi, kalimat tersebut memulai sebuah essai yang ditulis oleh Doty Damayanti dalam essainya yang berjudul “Negara Bersumber Daya
yang Tidak Berdaya”. Hal ini senada dengan pernyataan Jonathan Pincus, peneliti dari Harvard Kennedy School, menyebut Indonesia gagal memanfaatkan peluang
yang terbuka dari era globalisasi. Hal ini ditandai dengan ekspor Indonesia yang masih didominasi sumber daya alam dalam bentuk mentah
1
, Indonesia tidak masuk dalam produksi global, dan investasi asing hanya berkonsentrasi pada sektor
eksploitasi sumber daya alam.
2
Di satu sisi Indonesia merupakan negara yang beruntung dengan Sumber Daya Alam SDA yang lengkap, mulai dari minyak bumi, batu bara, gas, hingga
mineral lainnya. Seluruh potensi energi itu tidak hanya bisa mengumpulkan devisa, melainkan juga menghasilkan efek bergulir yang menggerakkan ekonomi nasional.
Poin permasalahan di sini adalah semua SDA tersebut merupakan SDA yang tidak terbarukan, eksploitasi secara terus-menerus maka akan mengurangi
ketersediaanya di alam bahkan menghabiskannya. Bertolak dari SDA yang tidak terbarukan tersebut seharusnya Indonesia tidak hanya mempertahankan orientasi
pada sektor primer saja melainkan harus mulai merubah paradigma untuk juga
1
Mengenai ekspor larangan barang mentah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2014 Perubahan kedua atas PP No. 23 Tahun 2010 tentang Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara atau biasa yang dikenal dengan Larangan Ekspor Mineral Mentah.
2
Doty Damayanti, Negara Bersumber Daya yang Tidak Berdaya. Dalam Mulyawan Karim, ed. Rindu Pancasila, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010, h. 189.