1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia  saat  ini  tengah  berada  pada  era  global,  yang  menyebabkan semua  kawasan  di  seluruh  dunia  saling  terkait  dan  terintegrasi.  Globalisasi
tersebut  terjadi  di  berbagai  aspek  salah  satunya  pada  aspek  ekonomi.  Proses globalisasi  ekonomi  adalah  perubahan  perekonomian  dunia  yang  bersifat
mendasar,  dan  proses  ini  akan  berlangsung  terus  dengan  laju  yang  semakin cepat mengikuti perubahan teknologi yang juga semakin cepat.
1
Sebagai negara dengan prinsip ekonomi terbuka, Indonesia tidak dapat menghindar  dari  era  perdagangan  bebas
2
yang  merupakan  bagian  dari penerapan  globalisasi.  Pada  era  global  ini  hampir  tidak  dapat  dilihat  adanya
batas-batas  negara  dan  besarnya  bumi.  Hal  ini  disebabkan  lalu  lintas  modal, perdagangan,  dan  informasi  teknologi  berjalan  dengan  sangat  cepat.  Era
globalisasi ini sangat erat kaitannya dengan era liberalisasi perdagangan. Pada  dasarnya  negara  maju  adalah  pihak  yang  paling  diuntungkan
dalam  era  liberalisasi  perdagangan  seperti  saat  ini,  sebab  negara  maju memiliki  keunggulan  dalam  berbagai    hal  yang  tidak  dimiliki  oleh  negara
1
Tulus  TH.  Tambunan,  Globalisasi  dan  Perdagangan  Internasional,  Bogor;  Ghalia Indonesia 2004, h. 1.
2
“Dalam  era  perdagangan  bebas,  hakikat  persaingan  menjadi  lebih  luas  sehingga  meliputi persaingan  di  antara  negara-negara  industri  maju,  persaingan  antara  negara-negara  industri  maju
dengan  negara-negara  berkembang  dan  persaingan  di  antara  negara-negara  berkembang ” dikutip dari
Ranti  Fauza  Mayana,  Perlindungan  Desain  Industri  Di  Indonesia  dalam  Era  Perdagangan  Bebas, Jakarta; Grasindo, 2004, h. 2.
berkembang  seperti  kestabilan  perekonomian,  teknologi  tinggi,  industri  yang produktif,  dan  lain  sebagainya.  Sangat  jelas,  bahwa  negara  berkembang
adalah  pihak  yang  lemah  dalam  liberalisasi  perdagangan  ini.  Negara  maju umumnya memiliki kepiawaian dalam menerapkan cara-cara sehingga negara
berkembang  terikat  dengan  sistem  perdagangan  bebas.  Cara  yang  sering digunakan  adalah  permintaan  banyak  insentif  antara  lain  seperti  permintaan
pengurangan tarif impor bea masuk atas produk dan jasa dari negara maju di negara berkembang.
3
Investasi  di  era  globalisasi  ini  semakin  giat  dilakukan  oleh  negara- negara  maju.  Beberapa  pertimbangan  adalah  berkaitan  dengan  ketersediaan
bahan  baku,  tenaga  kerja  yang  murah  serta  dalam  rangka  ekspansi  pasar. Keberadaan investasi asing bagi negara berkembang terbagi atas 2 teori yang
memandangnya,  yakni  dari  sudut  pandang  teori  klasik  classic  theory
4
, keberadaan investasi ini memberikan manfaat bagi negara-negara berkembang
karena  melalui  investasi  ini  negara-negara  tersebut  dapat  melakukan pembangunan  infrastruktur,  mengurangi  angka  pengangguran  dengan
menyerap  tenaga  kerja  dalam  jumlah  besar,  dan  yang  paling  pokok  di  sini ialah  adanya  alih  atau  transfer  teknologi  dari  tenaga  expert  yang  bekerja  di
Indonesia kepada tenaga kerja nasional.
3
http:www.bphn.go.iddatadocumentspkj_2012_-_8.pdf, diakses pada tanggal 17 Oktober 2013.
4
Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing, Jakarta; Kuwais, 2012, h. 65.
Berbeda  dengan  pemikiran  teori  klasik  classic  theory,  teori ketergantungan dependency theory memandang bahwa keberadaan investasi
hanya membawa sifat konsumtif dan ketergantungan saja bagi negara-negara berkembang.  Hal  ini  tentunya  sangat  bertentangan  dengan  apa  yang  menjadi
cita-cita  luhur  para  founding  fathers  kita  yang  menginginkan  adanya kedaulatan serta kemandirian di semua aspek kehidupan nasional termasuk di
sini adalah dalam aspek perekonomian. Keberadaan  investasi  asing  memiliki  karakteristik  dan  kelebihan
berupa:
5
a. Sifatnya permanen atau jangka panjang;
b. Memberi andil alih teknologi;
c. Memberi andil dalam alih keterampilan;
d. Membuka lapangaan kerja baru.
Keberadaan investasi asing di Indonesia mendapatkan legalitas secara konstitusional  dalam  pasal  33  ayat  4  Undang-Undang  Dasar  1945:
“perekonomian  nasional  diselenggarakan  berdasar  atas  demokrasi  ekonomi dengan
prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan  lingkungan,  kemandirian  serta  dengan  menjaga  kemajuan  dan
kesatuan ekonomi nasional”. Salah satu asas yang menjadi dasar pelaksanaan
5
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi, Jakarta; Rajagrafindo Persada, 2008, h. 38.
investasi  asing  di  Indonesia  adalah  asas  kemandirian.
6
Asas  kemandirian  ini dapat  tercipta  ketika  melalui  investasi  asing  ini  kita  mendapat  transfer
teknologi  dari  negara-negara  maju  yang  nantinya  dapat  kita  terapkan  dan dikembangkan untuk mengembangkan potensi ekonomi nasional.
Kewajiban  alih  teknologi  merupakan  bagian  dari  asas  dan  tujuan dalam  investasi  yang  tertuang  dalam  pasal  3  Undang-Undang  No  25  Tahun
2007  tentang  Penanaman  Modal.  Namun  secara  das  sein  tujuan  investasi asing  yang berkaitan dengan adanya alih teknologi belum nampak secara riil
dalam  perkembangan  kemampuan  sumber  daya  manusia  nasional.  Dalam aturan  yang  terpisah  alih  teknologi  ini  juga  diatur  dalam  beberapa  peraturan
perundang-undangan, seperti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi.
7
Berbicara dalam konteks teknologi maka hal tersebut sangat berkaitan dengan  hak  kekayaan  intelektual.  Ikut  sertanya  Indonesia  sebagai  anggota
World  Trade  Organization WTO  dan  turut  serta  dalam  menandatangani
Perjanjian  Multilateral  General  Agreement  on  Tariff  and  Trade  GATT
6
Asas  kemandirian  ini  dalam  penjelasan  pasal  3  UU  No.  25  Tahun  2007  dijelaskan  bahwa yang dimaksud dengan asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap
mengedepankan  potensi  bangsa  dan  negara  dengan  tidak  menutup  diri  pada  masuknya  modal  asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.
7
Sabartua  Tampubolon,  Politik  Hukum  Iptek  di  Indonesia,  Cetakan  I,  Yogyakarta;  Kepel Press, 2013, h. 258.
putaran  Uruguay
8
serta  meratifikasinya  dengan  Undang-Undang  Nomor  7 Tahun  1994  tentang  Persetujuan  Pembentukan  Organisasi  Perdagangan
Dunia,  mengakibatkan  Indonesia  harus  membentuk  peraturan  nasional  yang sesuai  dengan  ketentuan-ketentuan  tentang  Hak  Kekayaan  Intelektual  HKI
dalam GATT. Teknologi merupakan pengembangan ilmu pengetahuan. Negara maju
melakukan investasi di negara berkembang memiliki tujuan untuk melakukan ekspansi  pasar,  sedangkan  bagi  negara  berkembang  adalah  mengharapkan
adanya  transfer  teknologi.  Di  sini  terdapat  benturan  kepentingan  antara  host country
dengan  investor  asing.  Di  Indonesia  sendiri  berkaitan  dengan  alih teknologi  dalam  Undang-Undang  Penanaman  Modal  tidak  tercantum  secara
rinci pengaturannya. Hal ini yang kemudian secara hukum transfer teknologi tidak berjalan di lapangan.
Berdasarkan  latar  belakang  masalah  yang  ada  tersebut  maka  penulis merasa  perlu  melakukan  penelitian  lebih  jauh  mengenai  alih  teknologi  dan
selanjutnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul:
8
Ranti  Fauza  Mayana,  Perlindungan  Desain  Industri  Di  Indonesia  dalam  Era  Perdagangan Bebas,
Jakarta; Grasindo, 2004, h. 1.
“ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING
DI INDONESIA” B.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Pemanfaatan  Investasi  asing  sebagai  mekanisme  alih  teknologi  di Indonesia belum maksimal.
2. Kwalitas  Sumber  Daya  manusia  Indonesia  masih  rendah  dalam  hal
penguasaan teknologi. 3.
Peraturan teknis dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 terkait alih teknologi belum ada.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah