Pengakuan Pendapatan dan Beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN PADA RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI MEDAN

OLEH

NAMA : KAROLINA NAPITUPULU

NIM : 080522183

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2011


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengakuan Pendapatan dan Beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan” adalah benar hasil karya penulis. Judul yang dimaksud belum pernah dibuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, penulis bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Medan, 07 Januari 2011 Penulis,

(Karolina Napitupulu) NIM: 080522183


(3)

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk setiap kasih dan kebaikannya yang telah menyertai dan memampukan Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Adapun skripsi ini berjudul “ Pengakuan Pendapatan dan Beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini Penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan mengarahkan dalam penyusunan serta penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Salbiah, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan

Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembanding/ Penguji II yang telah memberikan banyak arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Pimpinan serta seluruh staff Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

yang telah banyak membantu Penulis khususnya dalam penyediaan data.

6. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak A. Napitupulu dan Ibu M. Sembiring

serta abang-abang saya untuk semua perhatian dan dukungan doanya.

7. Kepada teman-temanku, khususnya buat JonSmith yang banyak membantu,

meluangkan waktu dan memberi dukungan, buat sahabatku Lilis, Panahatan, Maya, Dian, Hermini untuk semua perhatian dan dukungan doanya.

8. Kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Medan, 07 Januari 2011 Penulis,

(Karolina Napitupulu) NIM: 080522183


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pengakuan Pendapatan dan Beban yang diterapkan oleh Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang menggunakan data primer seperti hasil wawancara dengan pihak rumah sakit dan data sekunder seperti struktur organisasi serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pendapatan dan beban. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengakuan pendapatan dan beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menggunakan cash basis. Berdasarkan hasil penelitian ini pengakuan pendapatan dan beban pada rumah sakit ini belum tepat dan prosedur yang diterapkan belum sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Kata Kunci: Pengakuan Pendapatan dan Beban


(6)

ABSTRACT

Purpose of this study was determine whether the recognition of revenues and expenses implementation by Dr. Pirngadi General Hospital Medan are in accordance with Financial Accounting Standards. Descriptive type of research conducted using primary data like the results of interviews with the hospital and secondary data such as organizational structure and documents relating to revenue and expenses. Data collection techniques used were interview techniques, observation, and documentation. Data analysis methods used were descriptive and comparative methods. The result showed that the recognition of revenues and expenses at the Dr. Pirngadi General Hospital Medan using the cash basis. Based on the results of this study the recognition of revenues and expenses at the hospital was not appropriate and the procedure is not applied according to The Statement of Financial Accounting Standards.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………..i

KATA PENGANTAR………ii

ABSTRAK……….iv

ABSTRACT………v

DAFTAR ISI………..vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Metode Penelitian ... 5

BAB II URAIAN TEORITIS A. Pengertian Pendapatan ... 7

B. Jenis – jenis Pendapatan ... 8

C. Pengertian Beban ... 10

D. Jenis jenis Beban ... 12

E. Pengakuan Pendapatan dan Beban ... 20

BAB III RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI MEDAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan ... 26


(8)

2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum

Dr. Pirngadi Medan ... 31 3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan……. 33 4. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan ... 34 B. Jenis-jenis Pendapatan pada Rumah Sakit Umum

Dr. Pirngadi Medan ... 36 C. Jenis-jenis Beban pada Rumah Sakit Umum

Dr. Pirngadi Medan ... 38 D. Pengakuan Pendapatan dan Beban pada Rumah Sakit Umum

Dr. Pirngadi Medan ... 40

BAB IV ANALISIS HASIL DAN EVALUASI

A. Analisis dan Evaluasi Jenis-jenis Pendapatan dan Beban pada

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan ... 43 B. Analisis dan Evaluasi Pengakuan Pendapatan dan Beban pada

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 48 B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN


(9)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pengakuan Pendapatan dan Beban yang diterapkan oleh Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang menggunakan data primer seperti hasil wawancara dengan pihak rumah sakit dan data sekunder seperti struktur organisasi serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pendapatan dan beban. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengakuan pendapatan dan beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menggunakan cash basis. Berdasarkan hasil penelitian ini pengakuan pendapatan dan beban pada rumah sakit ini belum tepat dan prosedur yang diterapkan belum sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Kata Kunci: Pengakuan Pendapatan dan Beban


(10)

ABSTRACT

Purpose of this study was determine whether the recognition of revenues and expenses implementation by Dr. Pirngadi General Hospital Medan are in accordance with Financial Accounting Standards. Descriptive type of research conducted using primary data like the results of interviews with the hospital and secondary data such as organizational structure and documents relating to revenue and expenses. Data collection techniques used were interview techniques, observation, and documentation. Data analysis methods used were descriptive and comparative methods. The result showed that the recognition of revenues and expenses at the Dr. Pirngadi General Hospital Medan using the cash basis. Based on the results of this study the recognition of revenues and expenses at the hospital was not appropriate and the procedure is not applied according to The Statement of Financial Accounting Standards.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang sangat pesat, maka peranan akuntansi sebagai alat bantu untuk mengkomunikasikan informasi mengenai transaksi keuangan yang terjadi dewasa ini menjadi semakin besar. Telah kita ketahui bahwa setiap perusahaan harus menyusun laporan keuangan, karena laporan keuangan yang disusun oleh setiap perusahaan memberikan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh pemakai, yaitu pihak intern maupun ekstern perusahaan.

Setiap individu maupun organisasi memiliki tujuan yang mendasar. Secara umum yang dimaksudkan dengan tujuan adalah segala sesuatu yang dicari diinginkan, serta yang dibutuhkan untuk dicapai baik individu maupun organisasi. Perkembangan perusahaan saat ini sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya perusahaan yang baru muncul dan adanya peningkatan dari usaha yang dulunya kecil dan sekarang semakin besar. Pada dasarnya usaha yang dijalankan ini bertujuan mendapatkan laba semaksimal mungkin agar kelangsungan usahanya dapat berjalan terus.

Demikian pula halnya dengan perusahaan jasa yang memberikan pelayanan dalam bentuk jasa. Laba yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan dan beban selama proses kegiatan usaha yang berlangsung,


(12)

karena pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha, sedangkan beban merupakan suatu alat yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Pada prinsipnya besarnya pendapatan yang diperoleh dan banyaknya beban antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain adalah berbeda-beda.

Tujuan pendirian perusahaan yang paling mendasar pada umumnya diklasifikasikan dalam tiga kelompok besar yaitu: memperoleh laba, pertumbuhan dan kelangsungan hidup, serta keharmonisan terhadap lingkungan dan masyarakat dalam arti luas. Pendapatan maksimal merupakan tujuan yang sangat penting dan harus dicapai. Hal ini disebabkan pendapatan yang mendorong aktivitas dari kegiatan di perusahaan dan dengan perantaraannya kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan akan dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan akan mendayagunakan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien.

Pada perusahaan dagang kegiatan utamanya untuk menjual barang dagangan, sedangkan pada perusahaan jasa kegiatan utamanya untuk menjual berbagai kemudahan-kemudahan bagi pemakai. Kemudahan yang dimaksudkan adalah sesuatu yang dinikmati oleh pemakai sebagai ganti dari pekerjaan yang seharusnya dilakukan sendiri. Kemudahan tersebut dapat berupa fasilitas perlengkapan dan tenaga kerja yang memudahkan perkerjaan yang akan dilaksanakan. Pada masa sekarang ini perusahaan yang bergerak dibidang jasa berkembang dengan pesatnya dan yang pasti akan mengharap laba yang memadai.


(13)

Secara umum, laba merupakan selisih antara keseluruhan pendapatan dan beban suatu perusahaan dalam periode tertentu. Dengan kata lain, pendapatan dan beban merupakan unsur penting dalam menyajikan informasi laporan laba rugi. Oleh sebab itu diperlukan adanya pengakuan yang tepat dalam unsur pendapatan dan beban.

Dalam menentukan pengakuan pendapatan dan beban sering menjadi masalah. Pengakuan dilakukan dengan mencatat dan mencantumkan pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi. Pengakuan perlu dilakukan pada saat yang tepat atas suatu kejadian ekonomi yang menghasilkan pendapatan dan beban. Bila pendapatan maupun beban yang diakui tidak sama dengan yang seharusnya, maka informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi menjadi tidak tepat dan dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh para pemakainya.

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan adalah salah satu contoh perusahaan yang bergerak di bidang jasa yaitu pelayanan di bidang medis yang dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Adapun yang menjadi sumber pendapatan pada rumah sakit ini adalah pendapatan dari rawat jalan, pendapatan dari rawat inap dan pendapatan lain – lain. Pengakuan pendapatan dilakukan setelah rumah sakit memberikan pelayanan jasa kepada pasiennya dengan memandang saat penerimaan kas, jadi bersifat cash basic dimana tidak terdapat pisah batas (cut off) pendapatan pada akhir tahun. Tentu hal ini dapat mengakibatkan terjadinya under / over state laba, sehingga informasi yang disajikan dalam laporannya tidak wajar dan dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen rumah sakit.


(14)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas dan memilih judul "Pengakuan Pendapatan dan Beban Pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan".

B. Perumusan Masalah

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, setiap perusahaan pastilah menghadapi berbagai masalah ataupun hambatan, dan permasalahan itu selalu berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung pada kegiatan dan jenis usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan masalah pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi yaitu "Apakah Pengakuan Pendapatan dan Beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan?".

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengakuan pendapatan dan beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini ditujukan bagi:

1. Penulis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman


(15)

2. Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, sebagai bahan pertimbangan atau masukan atas praktek yang telah dilaksanakan perusahaan selama ini dengan teori-teori dan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada, khususnya mengenai pengakuan pendapatan dan beban.

3. Lingkungan akademis, sebagai bahan referensi bagi yang berminat

melakukan penelitian menyangkut masalah pengakuan pendapatan dan beban.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan berupa studi deskriptif yang menguraikan tentang sifat – sifat dan keadaan yang sebenarnya dari suatu objek penelitian pada saat penelitian sedang dilakukan.

2. Jenis Data

a. Data primer, merupakan data yang secara langsung diperoleh dari

perusahaan, baik melalui teknik wawancara maupun observasi yang kemudian akan diolah lebih lanjut oleh penulis. Misalnya melakukan tanya jawab langsung kepada pihak perusahaan.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan sebagai

objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan.


(16)

3. Teknik dan Pengumpulan Data

a. Teknik observasi, yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung

terhadap objek penelitian, dalam hal ini pengakuan pendapatan dan beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

b. Teknik wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi secara

langsung dengan beberapa pihak yang berkompeten dan berwenang dalam memberikan data yang dibutuhkan.

c. Teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari

dokumen – dokumen internal perusahaan yang terkait dengan lingkup penelitian ini.

4. Metode Analisis Data

Penulis melakukan analisis data dengan metode deskriptif dan metode komparatif:

a. Metode analisis data yang dikumpulkan penulis menggunakan

metode deskriptif analisis yakni metode dimana data dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan, dianalisis, sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

b. Metode komparatif merupakan metode analitis data yang dilakukan

dengan membandingkan metode yang diterapkan perusahaan dengan Standar Akuntansi Keuangan kemudian mengambil kesimpulan-kesimpulan untuk selanjutnya memberikan saran-saran dari hasil perbandingan tersebut.


(17)

BAB II URAIAN TEORITIS

A. Pengertian Pendapatan

Menurut Warren (2005 : 63) pendapatan (revenue) adalah “peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli”. Contoh pendapatan adalah pendapatan jasa atau fee, pendapatan sewa, dan pendapatan komisi”

Menurut Skousen, dkk (2001 : 206):

”Pendapatan (revenue) merupakan arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah entitas atau pembentukan utangnya atau sebuah kombinasi dari keduanya dari pengantaran barang atau penghasilan barang, memberikan pelayanan atau melakukan aktivitas lain yang membentuk operasi pokok atau sentral entitas yang terus berlangsung”.

Menurut Soemarsono (2004 : 230) pendapatan adalah:

Peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban dapat berasal dari penyerahan barang / jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam satu periode.


(18)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 23.6) pendapatan adalah :

“Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.

Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa pendapatan terdiri dari arus masuk bruto dan manfaat ekonomi yang diterima dan bukan berasal dari pinjaman atau pertambahan ekuitas. Dengan demikian jumlah yang dapat ditagih atas nama pihak ketiga, seperti PPN bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas atau jumlah kepemilikan atas perusahaan tersebut dan oleh karena itu harus dikeluarkan dari perkiraan pendapatan. Pendapatan yang diperoleh akan mengakibatkan aktiva bertambah atau hutang berkurang. Pertambahan pendapatan mengakibatkan pertambahan aktiva akan tetapi bukan mengakibatkan pertambahan modal.

B. Jenis - jenis Pendapatan

Pada dasarnya pendapatan itu timbul dari penjualan barang atau penyerahan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu. Pendapatan dapat timbul dari penjualan, proses produksi, pemberian jasa, termasuk pengangkutan dan proses penyimpanan (earning process). Dalam perusahaan dagang, pendapatan timbul dari penjualan barang dagang. Pada perusahaan manufaktur, pendapatan terutama diperoleh dari penjualan produk selesai.


(19)

Sedangkan untuk perusahaan jasa, pendapatan diperoleh dari penyerahan jasa kepada pihak lain.

Menurut Suwardjono (2007 : 81) dalam kaitannya dengan operasi perusahaan yang utama, pendapatan diklasifikasikan menjadi komponen sebagai berikut:

1. Pendapatan Operasi

Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dari kegiatan utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan. Nama pendapatan operasi ini dipengaruhi oleh jenis usaha perusahaan. Untuk perusahaan jasa nama pendapatan disesuaikan dengan bidang usaha perusahaan tersebut. Misalnya, perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan akan menamakan pendapatannya dengan pendapatan angkutan. Untuk perusahaan perdangangan atau pemanufakturan, yang memperoleh pendapatannya dari menjual barang atau produk, pendapatan operasinya disebut dengan penjualan (sales revenues).

2. Pendapatan Nonoperasi

Pendapatan nonoperasi adalah pendapatan selain yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan yang sifatnya incidental atau yang tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan utama perusahaan. Pendapatan ini sering disebut dengan pendapatan lain-lain dan untung (other revenues and gains). Contoh pos yang termasuk dalam pendapatan nonoperasi antara lain: pendapatan bunga, pendapatan dividen, untung penjualan aktiva tetap, dan untung penjualan aktiva investasi.

3. Untung Luar Biasa

Untung nonoperasi yang sifatnya luar biasa baik kejadiannya maupun jumlahnya biasanya dipisahkan dan disebut dengan pos luar biasa. Untung semacan ini biasanya diperoleh perusahaan akibat kejadian yang tidak dapat dikendalikan manajemen. Contohnya adalah suatu perusahaan memperoleh ganti rugi yang besar karena menang dalam perkara pengadilan dalam kasus pelanggaran hak paten.


(20)

C. Pengertian Beban

Menurut Warren (2005 : 63) beban (expenses) dapat diartikan sebagai "aktiva atau jasa yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan". Contoh-contoh beban melipiti beban upah, beban sewa, beban perlengkapan, beban utilitas, dan beban rupa-rupa”.

Menurut Dyckman, dkk (2000 : 234) beban (expenses) adalah:

“Arus keluar atau penggunaan aktiva lainnya atau terjadinya suatu kewajiban atau kombinasi keduanya selama satu periode dari pengiriman atau prosuksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung”.

Beban menyatakan adanya arus kas keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas atau setara kas, persediaan, dan aktiva tetap yang terjadi sebagai akibat dari operasi yang berkesinambungan dari perusahaan. Aktiva yang keluar dan timbulnya hutang terjadi disebabkan berbagai sebab, misalnya penyerahan unit produksi, penggunaan jasa tenaga kerja, pemakaian listrik, dan sebagainya.

Pada intinya beban merupakan arus keluar sumber daya yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan yang umumnya diakibatkan penyelesaian pertukaran ekonomi. Pengeluaran beban mengakibatkan ekuitas pemilik menurun. Dari sisi persamaan akuntansi, dengan asumsi bahwa kewajiban tidak mengalami peningkatan, maka ekuitas pemilik akan menurun untuk mengimbangi penurunan aktiva.


(21)

Menurut Soemarsono (2004 : 234):

Beban adalah penurunan modal bruto, sehubungan dengan kegiatan usaha perusahaan. Penurunan modal bruto dapat terjadi melalui penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban. Penentuan beban-beban mana yang harus dimasukkan dan dicatat dalam suatu periode harus didasarkan atas konsep bahwa beban dikeluarkan atau terjadi dalam rangka memperoleh pendapatan. Konsep lain, beban terjadi karena suatu pengeluaran sudah tidak memberikan manfaat ekonomus untuk kegiatan masa berikutnya. Dengan kata lain beban harus dihubungkan dengan usaha memperoleh pendapatan.

Berdasarkan defenisinya, suatu beban akan dicatat dan dilaporkan pada saat barang atau jasa yang bersangkutan dipakai atau digunakan dalam proses memperoleh pendapatan.

Menurut Soemarsono (2004 : 235) terdapat dua macam cara untuk mencatat dan melaporkan beban yang terjadi yaitu:

1. Menghubungkan dengan barang atau jasa yang merupakan sumber

pendapatan

Beberapa beban tertentu mempunyai hubungan langsung dengan barang atau jasa yang merupakan sumber pendapatan. Contoh beban macam ini adalah Harga Pokok Penjualan.

2. Menghubungkan dengan berlalunya waktu

Kadang-kadang suatu beban tidak dapat dihubungkan langsung dengan barang atau jasa yang merupakan sumber pendapatan. Sebagian besar beban administrasi dan umum serta beban-beban penjualan termasuk dalam kategori ini. Dalam keadaan demikian pencatatan beban dihubungakan dengan berlalunya waktu.

Pencatatan beban berdasarkan berlalunya waktu dapat dilakukan:

a. Langsung pada saat terjadinya atau

b. Melalui alokasi tertentu.

Beban sering kali disamakan dengan biaya (cost). Namun sebenarnya terdapat perbedaan diantara keduanya. Biaya adalah pengeluaran yang belum habis masa manfaatnya, jadi masih harus dibebankan pada periode berikutnya.


(22)

Sedangkan beban adalah pengeluaran yang sudah habis masa manfaatnya dan sudah seluruhnya dibebankan pada periode berjalan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14,78)

Defenisi beban mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang bisa meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas dan setara kas. persediaan, dan aset tetap.

D. Jenis – jenis Beban

Beban merupakan arus keluar atau berkurangnya harta perusahaan, tetapi penurunan itu bukan disebabkan oleh pembagian kepada pemilik modal. Beban umumnya muncul dari penjualan, proses produksi, penyerahan jasa ataupun kegiatan lainnya yang merupakan operasi normal perusahaan dalam periode tertentu.

Menurut Dyckman, dkk (2000 : 272) beban dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori:

1. Beban langsung adalah beban, seperti harga pokok penjualan, yang

dikaitkan langsung dengan pendapatan. Beban ini diakui berdasarkan pengakuan pendapatan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau kejadian serupa lainnya sebagai beban.

2. Beban periodik adalah beban seperti beban gaji bagian penjualan

dan administrasi, yang tidak dikaitkan secara langsung terhadap pendapatan. Beban-beban ini diakui selama periode di mana kas dikeluarkan atau kewajiban terjadi untuk barang dan jasa yang digunakan secara serentak pada perolehan atau kemudian

3. Beban alokasi adalah beban seperti penyusutan dan asuransi.

Beban- beban ini dialokasikan dengan prosedur sistematik dan rasional pada periode selama aktiva terkait diharapkan akan memberikan manfaat.


(23)

Menurut Dyckman, dkk (2000 : 272) beban yang secara langsung berkaitan dengan penjualan produk selama periode berjalan biasanya termasuk:

1. Biaya bahan dan tenaga kerja untuk pabrikan, atau biaya untuk

membeli persediaan yang dijual selama periode tersebut misalnya, harga pokok penjualan.

2. Beban penjualan, seperti komisi penjualan, gaji, sewa, dan biaya

pengiriman.

3. Beban garansi atas produk-produk yang terjual.

Menurut prinsip penandingan, biaya- biaya ini harus diakui sebagai beban selama periode pelaporan di mana pendapatan penjualan yang terkait diakui. Beberapa beban memiliki hubungan dengan pendapatan penjualan yang kurang jelas. Misalnya, pengeluaran iklan serta penelitian dan pengembangan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemasaran produk perusahaan, tetapi sulit untuk menentukan hubungan sebab akibat yang langsung antara beban tersebut dan pendapatan tertentu. Alokasi biaya seperti ini adalah subyektif sehingga mewajibkan biaya – biaya ini dibebankan ketika terjadi.

Menurut Dyckman, dkk (2000 : 273) beban yang secara langsung berkaitan dengan penjualan jasa secara langsung dapat diklasifikasikan:

1. Biaya langsung awal adalah terkait langsung dengan transaksi jasa

negosiasi dan penyempurnaan. Biaya – biaya ini termasuk komisi, honorarium hukum, kompensasi tenaga penjualan di samping komisi, dan kompensasi karyawan nonpenjualan yang dapat diterapkan pada transaksi jasa negosiasi dan penyempurnaan.

2. Biaya langsung memiliki sebab akibat yang dapat diidentifikasikan

atas penjualan jasa. Contoh biaya perbaikan bagian dan tenaga kerja jasa termasuk sebagai bagian konrak jasa.


(24)

Semua biaya langsung awal dan biaya langsung harus diakui sebagai beban selama periode di mana pendapatan jasa terkait diakui dengan metode kinerja khusus dan kinerja selesai untuk penandingan yang sesuai antara pendapatan dan beban. Demikian juga biaya langsung awal dan biaya langsung yang terjadi sebelum pengakuan pendapatan dari kinerja jasa harus ditangguhkan sebagai pembayaran di muka dan dibebankan ketika pendapatan jasa terkait diakui.

Dengan metode kinerja proporsional, biaya langsung awal harus dicatat sebagai beban ketika pendapatan jasa diakui. Namun, biaya langsung harus dibebankan ketika terjadi karena korelasi yang tinggi antara jumlah biaya langsung yang terjadi dan pendapatan jasa yang diakui dalam metode ini. Dengan metode penagihan, semua biaya langsung awal dan biaya langsung harus dibebankan ketika terjadi.

Beban yang tidak berhubungan secara langsung dengan penjualan produk atau jasa adalah beban periode dan beban alokasi. Contohnya mencakup jenis tertentu dari beban iklan, kompensasi atas waktu yang tersita dalam menegosiasikan transaksi yang tidak disempurnakan, dan beban administrasi umum, beban penyusutan, dan beban amortisasi. Dengan tidak ada dasar obyektif untuk menghubungkan beban periode terhadap produk atau pendapatan penjualan jasa periode tersebut, biaya – biaya ini harus dibebankan ketika mereka terjadi. Hal yang sama juga benar untuk beban alokasi, yang dibebankan ke periode berjalan atas dasar sistematis dan rasional.


(25)

Pada perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan industri terdapat beban yang berbeda-beda sesuai dengan jenis perusahaannya.

Beban yang terdapat pada perusahaan jasa seperti:

- Beban gaji

- Beban sewa

- Beban listrik, air, dan telepon

- Beban perlengkapan

- Beban penyusutan,

- Beban asuransi

- Beban iklan

- Beban bunga

- Beban lain-lain.

Beban yang terdapat pada perusahaan dagang seperti:

a. Beban penjualan

- Beban gaji bagian penjualan

- Beban penyusutan peralatan bagian penjualan

- Beban air, listrik, telepon bagian penjualan

b. Beban administrasi dan umum

- Beban gaji bagian kantor

- Beban penyusutan peralatan bagian kantor


(26)

c. Beban lain-lain.

- Beban bunga

- Rugi penjualan aktiva tetap.

Beban yang terdapat pada perusahaan industri seperti:

a. Biaya pablikasi, adalah jumlah dari tiga unsur biaya yaitu:

- Bahan langsung, yaitu

- Tenanga kerja langsung

- Overhead pabrik.

b. Biaya komersil

Bahan langsung + tenaga kerja langsung = biaya utama

Bahan tidak langsung + tenaga kerja tidak langsung + biaya tidak langsung lainnya = biaya overhead pabrik

Biaya utama + biaya overhead pabrik = biaya pabrikasi Bahan tidak langsung meliputi:

- Pembelian pabrik

- Miyak pelumas

Tenaga kerja langsung meliputi:

- Supervisor

- Pengawasan

- Pemeriksaan

- Hasil kerja yang rusak


(27)

Biaya tidak langsung lainnya meliputi:

- Sewa

- Asuransi kebakaran

- Penyusutan

- Pemeliharaan

- Penerangan

- Pemanasan

- Overhead pabrik lainnya.

Biaya pemasaran + biaya administrasi = biaya komersial Biaya pemasaran meliputi:

- Gaji penjualan

- Komisi staf penjualan

- Iklan/reklame

- Ongkos pemasaran

- Beban pemasaran lainnya

Biaya admistrasi meliput i:

- Gaji pegawai admistrasi dan kantor

- Penyusutan

- Pajak bumi dan bangunan

- Piutang yang tak tertagih

- Biaya adminstrasi lainnya


(28)

Dalam Lingkungan Akuntansi Pemerintahan terdapat ciri-ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan yaitu:

1. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan

2. Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah

3. Adanya pengaruh proses politik

4. Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah

Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian dalam lingkungan akuntansi pemerintah meliputi:

1. Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan sebagai

alat pengendalian

2. Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan

3. Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan dalam Lingkungan Akuntansi Pemerintahan yaitu:

1. Relevan

2. Andal

3. Dapat dibandingkan

4. Dapat dipahami.

Salah satu unsur laporan keuangan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan adalah laporan realisasi anggaran. Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari suatu entitas yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya.


(29)

Informasi Laporan Realisasi Anggaran digunakan dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah. Informasi tambahan, termasuk informasi nonkeuangan, yang terkait dengan Laporan Realisasi Anggaran disajikan dalam Nota Perhitungan APBD/APBD yang merupakan bagian dari catatan atas laporan keuangan. Komponen yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran meliputi unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum negara/kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat/daerah, yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat/daerah.

Belanja adalah semua pengeluaran kas umum negara/kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah.

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.

Estimasi Pendapatan merupakan wewenang yang diberikan oleh DPRD kepada Pemerintah Daerah melalui Perda APBD untuk menghasilkan pendapatan dari sumber-sumber tertentu. Estimasi Pendapatan dinyatakan dalam nilai rupiah, sebesar target pendapatan yang harus dicapai oleh pemerintah propinsi/kabupaten/kota. Sesuai standar akuntansi yang berlaku umum dalam


(30)

akuntansi pemerintah, Estimasi Pendapatan tidak dinyatakan dalam valuta asing sehingga tidak perlu dilakukan konversi. Besarnya Estimasi Pendapatan diungkapkan pada Laporan Perhitungan APBD sisi anggaran, yang merupakan target yang harus dicapai untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Hal-hal yang perlu diungkapkan terutama adalah rincian sumber pendapatan untuk diperbandingkan dalam persentase pencapaian target dengan realisasi pendapatannya.

E. Pengakuan Pendapatan dan Beban

Pengertian pengakuan menurut Harnanto (2002 : 26) adalah:

“Proses pencatatan secara formal suatu item yang untuk pada akhirnya akan disajikan sebagai suatu elemen di dalam laporan keuangan. Pengakuan meliputi baik pencatatan suatu item untuk pertama kalinya maupun setiap perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 15):

Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi defenisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca dan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba rugi. Kelalaian untuk mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan maupun melalui catatan atau materi penjelasan.


(31)

Menurut Warren (2005 : 124) dasar pengakuan pendapatan atau revenue secara umum ada dua cara yaitu:

1. Dasar Kas (Cash Basis).

Pada dasar kas, pendapatan dan beban dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode dimana kas diterima atau dibayar. Misalnya, penghasilan dicatat ketika kas ditirima dari klien, dan upah dicatat ketika kas dibayarkan kepada karyawan. Laba (rugi) bersih merupakan selisih antara penerimaan kas (pendapatan) dan pengeluaran kas (beban).

2. Dasar Akrual (Accrual Basis).

Pasa dasar akrual, pendapatan dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode saat pendapatan tersebut dihasilkan (earned). Misalnya, pendapatan dilaporkan pada saat jasa diberikan kepada pelanggan tanpa melihat apakah kas telah diterima atau belum dari pelanggan selama periode ini.

Menurut Nafarin (2004 : 148) dasar akrual adalah "pendapatan diakui pada waktu diperoleh dan beban diakui pada waktu terutang. Dasar kas adalah pendapatan diakui pada waktu uang diterima dan beban diakui pada waktu dibayar".

Konsep yang mendukung pelaporan pendapatan ini disebut konsep pengakuan pendapatan (revenue recognition concept). Pada dasar akrual, beban dan pendapatan yang saling terkait dilaporkan pada periode yang sama. Sebagai contoh, upah karyawan dilaporkan sebagai beban pada periode dimana karyawan memberikan jasa dan bukan pada saat upah dibayarkan.

Menurut Dyckman, dkk (2000 : 237) ada empat kriteria yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui yakni:

1. Defenisi

Item atau kejadian dalam pernyataan harus memenuhi defenisi slah satu dari tujuh unsur laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan, atau kerugian)


(32)

2. Dapat diukur

Item atau kejadian tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu, karakteristik, sifat, atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur. Contohnya adalah biaya historis, biaya sekarang, nilai pasar, nilai bersih yang dapat direalisasi, dan nilai sekarang bersih.

3. Relevansi

Informasi mengenai item atau kejadian tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam keputusan pemakai.

4. Reliabilitas

Informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar,

dapat diuji, dan netral.

Menurut Sofyan (2000 : 59):

Suatu penghasilan akan diakui sebagai penghasilan pada periode kapan kegiatan utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai.

Dalam waktu yang dimaksud di sini ada empat alternatif:

1. Selama produksi

2. Pada saat proses prosuksi selesai

3. Pada saat penjualan

4. Pada saat penagihan kas.

Keempat alternatif ini sama – sama dipakai dalam pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan selama saat produksi berlangsung diterapkan pada proyek pembangunan jangka panjang. Pada saat selesainya produksi dapat diterapkan pada kegiatan pertanian atau pertambangan, pada saat penjualan dipakai untuk barang perdagangan, pada saat penagihan diterapkan pada metode penjualan angsuran.

Menurut Skousen, dkk (2001 : 207):

Pengakuan pendapatan tidak perlu terjadi ketika kas diterima. Kerangka konseptual mengidentifikasikan dua faktor yang seharusnya dipertimbangkan di dalam memutuskan kapan pendapatan dan keuntungan seharusnya diakui: realisasi dan proses laba. Pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain) umumnya diakui ketika:


(33)

1. Direalisasikan atau dapat direalisasikan, dan

2. Diperoleh melalui penyelesaian substansial berbagai aktivitas yang

terlibat di dalam proses keuntungan (earning).

Pendapatan diakui apabila perusahaan yang menghasilkan pendapatan telah meyerahkan barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan dan ketika pelanggan telah melakukan pembayaran atau setidaknya memberikan janji pembayaran yang pasti atau dapat direalisasikan kepada perusahaan. Jadi perusahaan telah melaksanakan kesepakatan, dan konsumen mempunyai kemauan untuk membayar.

Untuk perusahaan yang lebih banyak memberikan jasa daripada produk, pengakuan pendapatan mengikuti prosedur yang sama dengan transaksi barang berwujud.

Menurut Dyckman, dkk (2001 : 269) empat metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa adalah:

1. Metode kinerja khusus

Digunakan untuk pendapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan aksi tunggal. Sebagai contoh, makelar real estat menghasilkan pendapatan komisi penjualan atas penyelesaian suatu transaksi real estat; seorang dokter gigi menghasilkan pendapatan atau penyelesaian penambalan gigi.

2. Metode kinerja proporsional

Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan oleh lebih dari aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi satu periode akuntansi. Dalam metode ini pendapatan diakui berdasarkan kinerja propolsional setiap tindakan. Metode kinerja proporsional dari akuntansi untuk pendapatan jasa sama dengan metode persentase penyelesaian.

3. Metode kinerja selesai

Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan serangkaian tindakan di mana yang terakhir sangat penting dalam hubungannya dengan total transaksi jasa di mana pendapatan jasa dianggap telah dihasilkan hanya setelah tindakan terakhir terjadi. Misalnya, perusahaan ekspedisi


(34)

menghasilkan pendapatan jasa hanya setelah pengiriman barang, meskipun pengepakan barang, dan transportasi mendahului pengiriman. Metode ini serupa dengan metode kontrak selesai, yang digunakan untuk kontrak jangka panjang.

4. Metode penagihan

Digunakan untuk pendapatan jasa ketika ketidakpastian penagihan sangat tinggi atau estimasi beban yang terkait dengan pendapatan tidak dapat dipercaya sehingga persyaratan reliabilitas tidak dipenuhi. Pendapatan diakui hanya ketika kas diperoleh. Metode ini serupa dengan metode pemulihan biaya yang digunakan untuk penjualan produk.

Menurut Skousen, dkk (2009 : 206) beban (expense) merupakan "arus ke luar atau pemakaian aktiva sebuah entitas atau pengadaan utang atau kombinasi dari keduanya dari pengantaran atau penghasilan barang, pemberian pelayanan, atau melakukan aktivitas yang membentuk operasi pokok atau sentral entitas yang terus berlangsung".

Setelah pendapatan dari periode akuntansi diakui sesuai dengan prinsip pendapatan, prinsip penandingan diterapkan untuk mendukung pelaporan pendapatan dan beban terkait pada periode yang sama.

Prinsip penandingan mewajibkan bahwa jika pendapatan ditentukan sesuai dengan prinsip pendapatan untuk beberapa periode pelaporan, beban yang terjadi dalam menghasilkan pendapatan harus diakui pada periode tersebut. Dasar dari prinsip penandingan adalah ketika pendapatan dihasilkan, aktiva tertentu dikonsumsi seperti perlengkapan atau dijual seperti persediaan, dan jasa digunakan seperti usaha pekerja. Harga pokok aktiva dan jasa yang digunakan harus diakui dan dilaporkan sebagai beban periode selama pendapatan terkait diakui.


(35)

Menurut Skousen, dkk (2001 : 210) pengakuan beban dibagi menjadi tiga kategori:

1. Pencocokan langsung (direct matching)

Pembiayaan berhubungan dengan pendapatan khusus sering ditunjukkan sebagai proses pencocokan (matching). Sebagai contoh, harga pokok penjualan jelas merupakan biaya langsung yang dapat dicocokkan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh penjualan barang dan dilaporkan di dalam periode waktu yang sama ketika pendapatan diakui. Sama halnya, biaya pengiriman dan komisi penjualan biasanya berhubungan secara langsung dengan pendapatan.

2. Alokasi sistematis dan rasional.

Kategori pengakuan beban umum kedua melibatkan aktiva yang menguntungkan dari satu periode akuntansi. Biaya aktiva semacam bangunan, peralatan, paten dan asuransi dibayar di muka tersebar sepanjang periode keuntungan yang diharapkan pada beberapa cara sistematik dan rasional. Pada umumnya, adalah sulit untuk menghubungkan biaya ini secara langsung dengan pendapatan khusu atau dengan periode khusus, namun jelas bahwa hal ini perlu jika pendapatan diperoleh. Contoh beban yang dimasukkan di dalam kategori ini adalah depresiasi dan amortisasi.

3. Pengakuan segera

Banyak biaya yang tidak berhubugan dengan pendapatan khusus namun terjadi untuk mendapatkan barang dan jasa yang secara tidak langsung membantu menghasilkan pendapatan. Karena barang dan jasa ini digunakan sangat segera, biaya diakui sebagai beban di dalam periode akuisisi. Contoh meliputi sebagian besar biaya administrasi seperti gaji kantor, utilitas dan periklanan umum serta biaya penjualan.


(36)

BAB III

RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI MEDAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Perkembangan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tidak terlepas dari dimensi historis (sejarah) dan juga berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan di Kota Medan sebagai pusat pemerintahan provinsi Sumatera Utara yang menjadi tempat kedudukan perwakilan/konsulat negara-negara sahabat, perwakilan perusahaan, bisnis, pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan dan pintu gerbang regional, internasional, kepariwisataan dan sebagai pusat rujukan kesehatan provinsi Sumatera Utara.

1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan yang pertama adalah dr. W. Bays, pada tahun 1939 pimpinan Rumah Sakit ini diserahkan kepada dr. A.A. Messing.

Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, Rumah Sakit ini diambil alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritsu Byusono Ince dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro.


(37)

Pada masa negara Sumatera Timur pada tahun 1947 nama Rumah Sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit Kota Medan dan pimpinannya dijabat oleh dr. Ahmad Sofyan. Semasa pimpinan beliau Rumah Sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan, yaitu pada tahun 1952. Tahun 1955 pimpinan Rumah Sakit Umum Medan, diserahterimakan kepada dr. H. A. Darwis Dt. Batu Besar. Tahun 1958 nama Rumah Sakit ini menjadi Rumah Sakit Pusat Besar, pimpinannya dijabat oleh dr. Paruhum Daulay. Tahun 1969 Rumah Sakit Umum Medan dipimpin oleh dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM dan semasa kepemimpinan beliau nama Rumah Sakit Umum Pusat Medan berubah nama lagi menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan (Provincial Top Referal Hospital).

Untuk maksud tersebut maka pada tanggal 26 Januari 1972 Rumah Sakit Paru-paru yang dahulunya berdiri sendiri masuk menjadi bagian Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Sumatera Utara No. 48/XII/GSU tahun 1972.

Pada tahun 1979 sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 150 tahun 1979 sampai tanggal 25 Juni 1979, RSU Pusat Medan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, berasal dari nama seorang putra bangsa Indonesia pertama menjadi pimpinan Rumah Sakit ini.

Pada tahun 1983 pimpinan Rumah Sakit ini diserahterimakan kepada dr. JE. Sudibyo. Pada tahun 1986 pimpinan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dijabat oleh dr. Raharjo Slamet. Pada tahun 1990 sampai 20 Maret 1998 pimpinan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh Prof. dr. Rizal Basjrah Lubis. 27 Maret


(38)

1998 RSU Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh Dr. Alogo Siregar, SpA sampai 5 Maret 2002.

Tidak diperoleh data yang pasti kapan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi ini diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan.

Setelah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi milik Kota Medan, Pemerintah Kota Medan mempunyai perhatian dan tekat yang besar untuk memajukan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi melalui pembenahan dan perbaikan di segala bidang. Hal ini diwujudkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 tahun 2002 tanggal 6 September 2002 tentang Perubahan Kelembagaan RSU Dr. Pirngadi menjadi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, sehingga terjadi retrukturisasi organisasi, personil dan manajemen. Sebagai pimpinan diangkat dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA. Beliau telah banyak mengadakan pembenahan sarana dan prasarana serta pengadaan peralatan kedokteran canggih sebagai pendukung pelayanan.

Pada tanggal 04 Maret 2004 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung delapan tingkat yang dilengkapi dengan peralatan canggih. Dan mulai dioperasionalkan pada tanggal 16 April 2005.

Seiring dengan kemajuan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan banyak institusi pendidikan baik dari Fakultas Kedokteran yang ada di Medan,


(39)

Padang dan Lampung serta Akademi Keperawatan dan Akademi Kebidanan yang mempercayakan pendidikan mahasiswanya kepada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan.

Berdasarkan kondisi tersebut dan mengingat bahwa sumber daya manusia, sarana dan prasarana di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan lengkap, maka Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan berkeinginan meningkatkan statusnya dari Rumah Sakit Tempat Pendidikan menjadi Rumah Sakit Pendidikan. Pada tanggal 13 Juli 2006, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan meminta rekomendasi persetujuan menjadi Rumah Sakit Pendidikan dari Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI).

Ketua Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia Dr. dr. Sutoto, Mkes memberikan rekomendasi persetujuan pada tanggal 17 Juli 2006. Selanjutnya penilaian kelayakan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan menjadi Rumah Sakit Pendidikan dilakukan pada tanggal 10 Januari 2010 oleh Tim Visitasi yang terdiri dari Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Ditjen Bina Pelayanan, Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Sekjen Depkes, Ketua Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia; Kepala Sub Dit Bina Pelayanan Medik Spesialistik RSU Pendidikan serta Kepala Bagian Hukum dan Organisasi, Sekretaris Ditjen Bina Pelayanan Medik.

Akhirnya pada tanggal 10 April 2007 Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 433/Menkes/SK/IV/2007.


(40)

Sejak berdirinya Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan sampai sekarang telah mengalami pergantian pimpinan berkali-kali. Adapun yang pernah menjabat sebagai Pimpinan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan adalah sebagai berikut:

1. dr. W. Bays 1930 – 1939

2. dr. A. A. Messing 1939 – 1942

3. dr. Raden Pirngadi Gonggoputro 1942 – 1947

4. dr. Ahmad Sofyan 1947 – 1955

5. dr. H. A. Darwis Datu Batu Besar 1955 – 1958

6. dr. Mohammad Arifin 1958 – 1965

7. dr. Paruhum Daulay 1965 – 1969

8. dr. Zainal Rasyid Siregar 1969 – 1983

9. dr. J. E. Sudibyo, Sp. B 1983 – 1986

10. dr. Rahardjo Slamet, Sp. KJ 1986 – 1990

11. Prof. dr. Rizal Basjrah Lubis, Sp. THT 1990 – 1998

12. dr. Alogo Siregar, Sp. A 1998 – 2002

13. dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA 2002 – April 2009

14. dr. Umar Zein, DTM&H, MHA, Sp. PD-KPTI April 2009


(41)

Didirikan : Pada tanggal 11 Agustus 1928

Pemilik : Pemerintah Kota Medan sejak 27 Desember 2001

Kualifikasi : Kelas B Pendidikan

Status : Rumah Sakit Swadana 11 Februari 1998

Penilaian : Akreditasi Dasar tanggal 14 April 2000 dan Akreditasi Lengkap tanggal 16 Desember 2006

Alamat : Jl. Prof. H. M. Yamin SH No. 47 Medan.

2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan Perda No. 03 tahun 2009, Susunan Orgaisasi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan terdiri dari :

A. Dewan Penyantun

B. Direktur

C. Wakil Direktur Bid. Administrasi Umum

1. Bag. Umum

a. Subbag. Tata Usaha

b. Subbag. Kepegawaian

c. Subbag. Hukum/Humas

2. Bag. Keuangan

a. Subbag. Perbendaharaan

b. Subbag. Mobilisasi Dana


(42)

3. Bag. Perlengkapan Pemeliharaan

a. Subbag. Inventaris Rumah Sakit

b. Subbag. Pengadaan Barang

c. Subbag. Pergudangan

D. Wakil Direktur Bid. Pel. Medis & Keperawatan

1. Bid. Pelayanan Medis

a. Seksi Perencanaan dan Pengembangan

b. Seksi Monitoring dan Evaluasi Pel. Medis

2. Bid. Pelayanan Keperawatan

a. Seksi Perencanaan dan Pengembangan

b. Seksi Monitoring dan Evaluasi Pel. Keperwatan

3. Bid. Pelayanan Penunjang Medis

a. Seksi Pel. Penunjang Sarana Medis

b. Seksi Pelayanan Penunjang Sarana Non Medis

E. Wakil Direktur Bid SDM & Pendidikan

1. Bid. Pendidikan dan Pelatihan

a. Seksi Pendidikan & Pelatihan Pegawai

b. Seksi Pendidikan & Pelatihan Non Pegawai

2. Bid. Penelitian dan Pengembangan

a. Seksi Penelitian


(43)

3. Bid Pengolahan Data dan Rekam Medis

a. Seksi Pengolahan Data R. Jalan & R. Inap

b. Seksi Rekam Medik

F. Kelompok Jabatan Fungsional

3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan dan Surat Keputusan walikota Medan Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan. Tugas Pokok Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Untuk melaksanakan Tugas Pokok tersebut, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mempunyai fungsi:

a. Menyelenggarakan pelayanan medis

b. Menyelenggarakan pelayanan, penunjang medis dan non medis

c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan


(44)

g. Mengelola Administrasi dan Keuangan

h. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang

tugasnya

i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

4. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Visi adalah pandangan yang ideal masa depan yang ingin diwujudkan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Visi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diyakini mampu memacu pelaksanaan tugas, fungsi yang diemban, termasuk merancang Rencana Strategis secara keseluruhan, pengelolaan sumber daya, pengukuran kinerja, dan evaluasi bagi seluruh pelaku pelayanan kesehatan. Dengan visi yang disepakati bersama ini maka seluruh upaya dari setiap pelaku mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Atas dasar kebutuhan itulah, dirumuskan Visi sebagai berikut:

“RSPM MANTAP 2010”. RSPM adalah akronim dari Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. MANTAP adalah akronim Mandiri, Tanggap dan Profesional.

Makna Visi

a. Mandiri adalah kemampuan para pelaku pada Rumah Sakit Umum

Dr. Pirngadi Medan untuk membiayai sendiri operasional Rumah Sakit.

b. Tanggap adalah sikap mental (mind set) seluruh pelaku pada

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan terhadap dinamika lingkungan internal dan eksternal.


(45)

c. Professional adalah etika dan perilaku dari para pelaku Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dalam memberikan pelayanan kepada konsumen yang sesuai standard, efisien, efektif dan equity.

Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan Visi yang ditetapkan. Dengan adanya misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak yang berkepentingan dapat menyusun program dan kegiatan serta melaksanakannya agar dapat mencapai Visi dan Misi.

Berdasarkan pemahaman tersebut, Misi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dirumuskan sebagai berikut:

a. Meningkatkan upaya kesehatan paripurna kepada semua golongan

masyarakat secara merata dan terjangkau, sesuai dengan tugas pokok, fungsi serta peraturan yang berlaku.

b. Menigkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan

sub spesialistik yang bermutu.

c. Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara professional dan

etis agar timbul kepercayaan dan harapan serta rasa aman dan kenyamanan bagi penderita.

d. Meningkatkan peran Rumah Sakit sebagai tempat pendidikan,


(46)

B. Jenis – jenis Pendapatan pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan memperoleh pendapatan dari penggunaan aktiva atau sumber ekenomi perusahaan yang diperoleh dari masyarakat yang menggunakan jasa kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut. Pendapatan dari tiap-tiap bagian berbeda-beda sesuai dengan jenis pelayanan jasa kesehatan yang diterima dari tiap-tiap bagian dan sub bagian yang ada dan dalam waktu penggunaan pelayanan jasa kesehatan dari rumah sakit tersebut.

Jenis-jenis pendapatan yang ada pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dan jumlah realisasi penerimaan tahun 2009 adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Medis Rp.53.817.457.036,59

Pendapatan medis pada Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan terdiri dari:

1. Pendapatan Rawat Inap Rp. 48.217.571.836,59

Pendapatan rawat inap diperoleh rumah sakit dari pasien yang harus diopname karena kesehatannya yang belum memungkinkan untuk pulang.

2. Pendapatan Rawat Jalan Rp. 5.599.885.200,00

Pendapatan rawat jalan diperoleh rumah sakit dari pasien yang melakukan pemeriksaan kesehatan dan rumah sakit melakukan tindakan pelayanan kesehatan serta sipasien tidak perlu dirawat inap.

b. Pendapatan Non Medis Rp. 14.939.969.999


(47)

1. Pendapatan karcis Rp. 615.454.000,00

Yaitu pendapatan yang diperoleh dari pasien yang mengurus karcis untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan pada bagian/spesialis yang dituju.

2. Pendapatan surat keterangan Rp. 87.896.000,00

Pendapatan yang diperoleh dari pihak luar yang membutuhkan pengesahan dari rumah sakit seperti Legalisir, Pernyataan Keterangan Surat Sehat, Surat Cuti, Surat Keterangan Dokter, dll.

3. Pendapatan Diklit/kopitekes Rp. 3.639.500.000,00

4. Pendapatan Loundry Rp. 1.537.500,00

Pendapatan yang diperoleh dari jasa loundry yang diberikan kepada pasien yang ada dirumah sakit.

5. Pendapatan Kemotoran R p. 175.460.000,00

Pendapatan yang diperoleh dari pasien atau pengunjung yang memarkirkan kendaraannya di daerah rumah sakit.

6. Pendapatan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah)

Rp. 180.500.000,00

Pendapatan yang diperoleh dari dari jasa pengelolaan limbah medis yang masuk ke IPAL milik Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

7. Pendapatan Gizi Rp. 890.000,00

Pendapatan yang diperoleh dari gizi yang telah diberikan kepada pasien Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.


(48)

Pendapatan yang diperoleh dari farmasi, sewa tempat dan pendapatan rupa-rupa.

- Farmasi Rp. 697.676.609,00

- Sewa tempat Rp. 229.225.000,00

- Rupa-rupa Rp.9.311.830.890,00

c. Pendapatan Transfer Rp. 60.078.133.793,00

Pendapatan transfer diperoleh dari:

1. Transfer APBN -

2. Transfer APBD Rp. 60.078.133.793,00

C. Jenis – jenis Beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Hingga kini RSU dr Pirngadi Medan belum ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Padahal, berdasarkan Undang-Undang (UU) Rumah Sakit No 44 tahun 2009, dalam waktu 2 tahun paling lama seharusnya sebuah rumah sudah menjadi BLU. Karena Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan masih swadana yaitu semua pengeluaran atau penggunaan dana harus melalui persetujuan DPRD maka beban pada rumah sakit ini disebut sebagai belanja. Belanja adalah semua pengeluaran kas umum negara/kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah.


(49)

Jenis jenis belanja pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dibagi atas:

a. Belanja Operasi Rp. 110.208.925.280

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan terdiri dari:

1. Belanja pegawai Rp. 75.091.758.947

- Gaji dan tunjangan Rp. 45.433.978.133

- Tambahan penghasilan PNS Rp. 2.834.700.000

- Honorarium PNS Rp. 17.932.980.274

- Honorarium Non PNS Rp. 5.085.312.000

- Uang Lembur Rp. 281.902.000

- Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Tekhnis PNS

Rp. 3.522.886.540

2. Belanja Barang dan Jasa Rp. 35.117.166.333

- Belanja bahan pakai habis kantor Rp. 1.967.944.534

- Belanja Bahan/Material Rp. 14.676.840.402

- Belanja Jasa Kantor Rp. 13.249.731.627

- Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor

Rp. 1.189.241.800

- Belanja Cetak dan Penggandaan Rp. 1.293.110.855

- Belanja Makanan dan Minuman Rp. 26.434.900

- Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya Rp. 366.722.400


(50)

- Belanja Perjalanan Dinas Rp. 116. 853.600

- Belanja Pemeliharaan Rp. 2.195.173.215

b. Belanja Modal Rp. 9.820.632.760,00

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan terdiri dari:

- Belanja Peralatan dan Mesin Rp. 5.354.746.760,00

- Belanja Bangunan dan Gedung Rp. 4.458.524.000,00

- Belanja Aset Tetap Lainnya Rp. 7.362.000,00

D. Pengakuan Pendapatan dan Beban Pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Pendapatan pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diperoleh dari:

1. Pendapatan Medis

Pendapatan medis adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan medis yang terjadi pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

2. Pendapatan Non Medis

Pendapatan non medis adalah pendapatan yang diperoleh dari diluar kegiatan medis pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

3. Pendapatan Transfer

Pendapatan transfer adalah pendapatan yang diperoleh dari APBN dan APBD sebagai bantuan pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.


(51)

Disamping pendapatan yang diperoleh dari pelayanan jasa kesehatan yang diberikan kepada pemakai jasa dengan balas jasa yang telah ditentukan oleh pihak rumah sakit, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mengakui bahwa pendapatan yang diterima tersebut sah sebagai pendapatan saat pihak rumah sakit telah menerima manfaat ekonomi dalam bentuk uang yang dapat diukur dari pasien. Hal ini disebabkan karena pihak rumah sakit telah mengeluarkan sejumlah biaya yang dapat diukur juga dalam bentuk materi seperti obat-obatan ataupun makanan dan minuman sebagai konsumsi pasien yang diopname serta adanya tindakan dari dokter seperti pemeriksaan yang dilakukan oleh para dokter.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis pada rumah sakit maka metode yang dipergunakan untuk pengakuan seluruh pendapatan yang diperoleh adalah metode cash basis. Hal ini disebabkan karena pendapatan tersebut hanya dapat diakui setelah pihak rumah sakit menerima sejumlah kas sebagai pelunasan dari tindakan yang telah diberikan.

Pengakuan beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diakui dengan cash basis, artinya rumah sakit mencatat beban ketika kas dikeluarkan atau dibayarkan. Didalam metode cash basis beban tidak diakui sampai uang dibayarkan walaupun beban terjadi terjadi pada bulan itu. Metode cash basis tidak mencerminkan besarnya uang yang ada sebenarnya.

Beban disebut sebagai belanja pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan karena rumah sakit ini masih swadaya karena belum ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum (BLU) dan semua pengeluaran dan penggunaan dana harus melaui persetujuan dari DPRD.


(52)

Belanja yang terjadi pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dapat dibagi atas:

1. Belanja Operasi

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai dan belanja barang dan jasa. Belanja operasi ini diakui dengan metode cash basis yaitu pada saat terjadi atau pada saat kas dikeluarkan untuk belanja operasi tersebut.

2. Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi belanja peralatan dan mesin, belanja bangunan dan gedung dan belanja aset tetap lainnya. Belanja modal diakui dengan metode cash basis dimana beban ini diakui pada saat telah terjadi atau kas sudah dikeluarkan untuk belanja tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis pada rumah sakit maka metode yang dipergunakan untuk pengakuan seluruh beban adalah metode cash basis. Dimana beban diakui pada saat kas dikeluarkan atau pada saat terjadi pembayaran.


(53)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Pada Bab II telah dijelaskan mengenai jenis-jenis pendapatan dan beban, pengertian pengakuan pendapatan dan beban secara teoritis. Sedangkan pada Bab III berdasarkan data informasi yang penulis peroleh dari Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mengenai gambaran umum dari jenis-jenis pendapatan dan beban, pengakuan pendapatan dan beban yang berhubungan dengan kegiatan pelayanan jasa kesehatan.

A. Analisis dan Evaluasi Jenis-jenis Pendapatan dan Beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan memperoleh pendapatan dari penggunaan aktiva atau sumber ekenomi perusahaan yang diperoleh dari masyarakat yang menggunakan jasa kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut. Pendapatan dari tiap-tiap bagian berbeda-beda sesuai dengan jenis pelayanan jasa kesehatan yang diterima dari tiap-tiap bagian dan sub bagian yang ada dan dalam waktu penggunaan pelayanan jasa kesehatan dari rumah sakit tersebut.

Pencatatan dari semua jenis-jenis pendapatan yang terdapat pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diakui dengan menggunakan metode cash basis. Pendapatan yang diperoleh diakui setelah pihak Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menerima sejumlah kas sebagai pelunasan dari tindakan atau jasa yang telah diberikan


(54)

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan merupakan Rumah Sakit Pemerintah. Semua pengeluaran dan penggunaan dana harus melalui persetujuan DPRD sehingga beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan disebut sebagai belanja. Dalam pencatatan beban, semua pengeluaran dan penggunaan dana pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan menggunakan metode cash basis. Belanja yang digunakan oleh Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diakui setelah kas dikeluarkan untuk belanja tersebut

B. Analisis dan Evaluasi Pengakuan Pendapatan dan Beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Dalam mengakui pendapatannya Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mengakui dengan metode cash basis dimana pendapatan diakui pada saat terjadi pembayaran. Konsep cash basis secara umum dapat digambarkan sebagai konsep pelaporan pendapatan bila terjadi pelayanan kesehatan dari Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan kepada pasiennya. Kemudian dari hasil penjualan jasa tersebut diharapkan akan mendatangkan kas atau setara kas yang biasanya diterima oleh rumah sakit dalam bentuk uang kas.

Secara teknis pencatatan pendapatan tersebut akan diakui dan dicatat bukan pada saat pendapatan tersebut terjadi atau terbentuk, sehingga dapat dijadikan data akuntansi yang objektif dan menyediakan informasi keuangan bagi rumah sakit yang bersangkutan.


(55)

Konsep cash basis mengharuskan pendapatan baru diterima saat pelayanan jasa diterima oleh pasien atas dasar ketentuan rumah sakit. Bagi rumah sakit yang merupakan pelayanan jasa kesehatan tentu tidak terdapat proses produksi selesai, seperti Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan hanya melalui kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien. Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa bobot penting pengakuan pendapatan dalam kaitannya dengan jasa kesehatan rumah sakit terletak pada konsep metode cash basis bukan pada konsep perhimpunan dan terbentuknya pendapatan.

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan bergerak dalam pelayanan jasa kesehatan. Saat pengakuan pendapatan merupakan saat yang paling jelas dan objektif mengingat rumah sakit tersebut dapat memberikan pelayanan jasa kesehatan bagi pasien dan juga sekaligus merupakan tugas akhir yang mengarahkan upaya yang dilakukan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan untuk memperoleh pendapatan.

Nota debet kepada pasien dibuat setelah rumah sakit memberikan pelayanan jasa kesehatan kepada pasien dan setelah pasien sudah sembuh sesuai dengan keterangan dokter atau perawat yang menanganinya. Pasien akan melakukan pembayaran kas kepada rumah sakit dan rumah sakit akan mencantumkan penerimaan tersebut dalam formulir penerimaan rumah sakit sebagai bukti bahwa rumah sakit telah menerima uang tunai. Kemudian rumah sakit akan menyerahkan kwitansi sebagai tanda bukti pembayaran kepada pasien. Para pemakai jasa akan memberikan balas jasa kepada rumah sakit pada saat para pemakai jasa tersebut sudah menerima pelayanan jasa. Saat transaksi tersebut


(56)

dilakukan, maka pendapatan diakui. Pendapatan diakui dan dicatat apabila rumah sakit sudah benar-benar menerima uang tunai dari pasien.

Beban yang disebut belanja pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diakui dalam laporan realisasi anggaran kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban yang terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva.

Beban yang terdapat pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan meliput i belanja operasi dan belanja modal. Saat pengakuan pengeluaran beban oleh rumah sakit berbeda untuk masing-masing komponen biaya.

Dari laporan realisasi anggaran dapat dilihat bahwa belanja operasi merupakan unsur beban yang memiliki jumlah terbesar dari total beban rumah sakit secara keseluruhan. Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari rumah sakit yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa.

Proses pengakuan belanja operasi oleh Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diakui dengan metode cash basis yaitu pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan. Belanja modal meliputi belanja peralatan dan mesin, belanja bangunan dan gedung dan belanja aset tetap lainnya. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal diakui dengan metode cash basis dimana beban ini diakui pada saat telah terjadi atau kas sudah dikeluarkan untuk belanja tersebut.


(57)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Pengakuan dan pencatatan transaksi keuangan pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah. Menurut Standar Akuntansi Keuangan pengakuan pendapatan dan beban seharusnya diakui menggunakan metode accrual basis.

Saat pengakuan pendapatan pada accrual basis adalah pada saat perusahaan mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan. Dalam konsep accrual basis menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan kas benar-benar diterima. Makanya dalam accrual basis kemudian muncul adanya estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal kas belum diterima.

Saat pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi. Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun biaya tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini, perusahaan selalu dituntut untuk senantiasa menggunakan konsep accrual basis ini.

Metode pengakuan pendapatan dan beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Dimana menurut Menurut Standar Akuntansi Keuangan pengakuan pendapatan dan beban seharusnya diakui menggunakan metode accrual basis, sedangkan Metode pengakuan pendapatan dan beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menggunakan metode cash basis.


(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas yang telah penulis sajikan pada bab terdahulu serta hasil penelitian pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, maka pada bab ini sebagai uraian terakhir penulis akan mengambil kesimpulan dan memberikan saran yang penulis anggap penting bagi pihak rumah sakit.

1. Pendapatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan bersumber dari

pendapatan medis, pendapatan non medis dan pendapatan transfer.

2. Beban Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan bersumber dari beban

operasi dan beban modal.

3. Pengakuan pendapatan dan beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

Medan menggunakan metode cash basis yaitu pengakuan pendapatan dilakukan setelah menerima pembayaran dari pelayanan medis yang telah diberikan kepada pasien sedangkan beban diakui setelah kas dikeluarkan untuk beban tersebut. Menurut Standar Akuntansi Keuangan pendapatan seharusnya diakui menggunakan metode accrual basis. Tetapi di dalam Standar Akuntansi Keuangan belum mengatur penerapan standar yang harus digunakan rumah sakit sehingga Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan Rumah Sakit Pemerintah, dimana disebutkan bahwa pendapatan diakui pada saat pelayanan selesai diberikan atau pada saat pasien pulang.


(59)

Namun masih terdapat beberapa kelemahan pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan antara lain:

a. Pengakuan pendapatan dan beban menggunakan metode cash basis.

b. Pengakuan dan pencatatan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintah.

c. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan belum ditetapkan menjadi Badan

Layanan Umum (BLU).

B. Saran

Setelah mengemukakan kesimpulan di atas sebagai penutup skripsi ini penulis akan memberikan sedikit saran yang penulis anggap perlu dengan apa yang terdapat pada uraian-uraian skripsi ini. Saran yang akan diberikan penulis yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan sebagai berikut:

1. Pengakuan pendapatan pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

sebaiknya menggunakan metode accrual basis, agar pendapatan yang diterima diakui sebagai pendapatan saat terjadi transaksi atau penjualan jasa antara pihak rumah sakit dengan pengguna jasa tanpa memandang pada saat periode penerimaan.

2. Pengakuan dan pencatatan transaksi keuangan pada Rumah Sakit Umum Dr.

Pirngadi Medan sebaiknya melakuan pencatatan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan bukan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah.


(60)

3. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan sebaiknya secepat mungkin merekomendasikan supa ya Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum (BLU) sesuai dengan Undang-Undang (UU) Rumah Sakit No 44 tahun 2009, dalam waktu 2 tahun paling lama seharusnya sebuah rumah sakit sudah menjadi BLU.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Dykman Thomas R., Roland E. Dukes dan Charles J. Davis. Akuntansi Intermedite, Jilid I, Edisi Ketiga, Terjemahan Munir Ali, Erlangga, Jakarta, 2000.

Harahap, Sofyan Syafri, Teori Akuntansi, Bumi Aksara, Jakarta, 2009.

Harnanto, M. Soc. Sc., Akt, Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2002

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Buku Petunjuk Teknis Proposal Penelitian Dan Penulisan Skripsi, Medan, 2004

Nafarin, M, Buku Akuntansi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004

Skousen, K.Fred., Stice, Earl K., Stice, James D, Akuntansi Keuangan Menengah, Jilid I, Edisi Pertama , Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Soemarsono S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Lembaga Penerbit Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.

Suwardjono, Akuntansi Pengantar I, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta, 2007. Warren Carl S., James M. Reeve., Philip E. Fess, Pengantar Akuntansi, Jilid I,

Edisi 21, Salemba Empat, Jakarta, 2005

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2007


(1)

dilakukan, maka pendapatan diakui. Pendapatan diakui dan dicatat apabila rumah sakit sudah benar-benar menerima uang tunai dari pasien.

Beban yang disebut belanja pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diakui dalam laporan realisasi anggaran kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban yang terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva.

Beban yang terdapat pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan meliput i belanja operasi dan belanja modal. Saat pengakuan pengeluaran beban oleh rumah sakit berbeda untuk masing-masing komponen biaya.

Dari laporan realisasi anggaran dapat dilihat bahwa belanja operasi merupakan unsur beban yang memiliki jumlah terbesar dari total beban rumah sakit secara keseluruhan. Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari rumah sakit yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa.

Proses pengakuan belanja operasi oleh Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diakui dengan metode cash basis yaitu pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan. Belanja modal meliputi belanja peralatan dan mesin, belanja bangunan dan gedung dan belanja aset tetap lainnya. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal diakui dengan metode cash basis dimana beban ini


(2)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Pengakuan dan pencatatan transaksi keuangan pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah. Menurut Standar Akuntansi Keuangan pengakuan pendapatan dan beban seharusnya diakui menggunakan metode accrual basis.

Saat pengakuan pendapatan pada accrual basis adalah pada saat perusahaan mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan. Dalam konsep accrual basis menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan kas benar-benar diterima. Makanya dalam accrual basis kemudian muncul adanya estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal kas belum diterima.

Saat pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi. Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun biaya tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini, perusahaan selalu dituntut untuk senantiasa menggunakan konsep accrual basis ini.

Metode pengakuan pendapatan dan beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Dimana menurut Menurut Standar Akuntansi Keuangan pengakuan pendapatan dan beban seharusnya diakui menggunakan metode accrual basis, sedangkan Metode pengakuan pendapatan dan beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menggunakan metode cash basis.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas yang telah penulis sajikan pada bab terdahulu serta hasil penelitian pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, maka pada bab ini sebagai uraian terakhir penulis akan mengambil kesimpulan dan memberikan saran yang penulis anggap penting bagi pihak rumah sakit. 1. Pendapatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan bersumber dari

pendapatan medis, pendapatan non medis dan pendapatan transfer.

2. Beban Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan bersumber dari beban operasi dan beban modal.

3. Pengakuan pendapatan dan beban pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menggunakan metode cash basis yaitu pengakuan pendapatan dilakukan setelah menerima pembayaran dari pelayanan medis yang telah diberikan kepada pasien sedangkan beban diakui setelah kas dikeluarkan untuk beban tersebut. Menurut Standar Akuntansi Keuangan pendapatan seharusnya diakui menggunakan metode accrual basis. Tetapi di dalam Standar Akuntansi Keuangan belum mengatur penerapan standar yang harus digunakan rumah sakit sehingga Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan Rumah Sakit Pemerintah, dimana disebutkan bahwa pendapatan diakui pada saat pelayanan selesai diberikan


(4)

Namun masih terdapat beberapa kelemahan pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan antara lain:

a. Pengakuan pendapatan dan beban menggunakan metode cash basis.

b. Pengakuan dan pencatatan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

c. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan belum ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum (BLU).

B. Saran

Setelah mengemukakan kesimpulan di atas sebagai penutup skripsi ini penulis akan memberikan sedikit saran yang penulis anggap perlu dengan apa yang terdapat pada uraian-uraian skripsi ini. Saran yang akan diberikan penulis yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan sebagai berikut:

1. Pengakuan pendapatan pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan sebaiknya menggunakan metode accrual basis, agar pendapatan yang diterima diakui sebagai pendapatan saat terjadi transaksi atau penjualan jasa antara pihak rumah sakit dengan pengguna jasa tanpa memandang pada saat periode penerimaan.

2. Pengakuan dan pencatatan transaksi keuangan pada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan sebaiknya melakuan pencatatan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan bukan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah.


(5)

3. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan sebaiknya secepat mungkin merekomendasikan supa ya Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum (BLU) sesuai dengan Undang-Undang (UU) Rumah Sakit No 44 tahun 2009, dalam waktu 2 tahun paling lama seharusnya sebuah rumah sakit sudah menjadi BLU.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dykman Thomas R., Roland E. Dukes dan Charles J. Davis. Akuntansi

Intermedite, Jilid I, Edisi Ketiga, Terjemahan Munir Ali, Erlangga, Jakarta,

2000.

Harahap, Sofyan Syafri, Teori Akuntansi, Bumi Aksara, Jakarta, 2009.

Harnanto, M. Soc. Sc., Akt, Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2002

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Buku Petunjuk Teknis

Proposal Penelitian Dan Penulisan Skripsi, Medan, 2004

Nafarin, M, Buku Akuntansi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004

Skousen, K.Fred., Stice, Earl K., Stice, James D, Akuntansi Keuangan Menengah, Jilid I, Edisi Pertama , Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Soemarsono S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Lembaga Penerbit Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.

Suwardjono, Akuntansi Pengantar I, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta, 2007. Warren Carl S., James M. Reeve., Philip E. Fess, Pengantar Akuntansi, Jilid I,

Edisi 21, Salemba Empat, Jakarta, 2005

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2007