Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penentuan Sumber Pembiayaan Perusahaan Pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan.
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STRATA-1 EKSTENSI MEDAN
ANALISIS MODAL KERJA SEBAGAI DASAR PENENTUAN
SUMBER PEMBIAYAAN PERUSAHAAN PADA PERUM
PERUMNAS CABANG SUMUT II MEDAN
SKRIPSI
OLEH
RINI PUSPITA SARI 050521018
DEPARTEMEN MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
(2)
Rini Puspita Sari (2008) “Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penentuan Sumber Pembiayaan Perusahaan Pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan”. Dengan Drs.Syahyunan, MSi sebagai Pembimbing, Prof. Dr.Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi sebagai Ketua Departemen Manajemen, Dr. Muslich Lufti, MBA sebagai Dosen Penguji I dan Dra, Magdalena, MSi sebagai Dosen Penguji II.
Penelitian dilatar belakangi oleh pentingnya analisis terhadap modal kerja sebagai syarat keberhasilan suatu perusahaan serta sangat menentukan posisi profitabilitas perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, yang merupakan salah satu perusahaan milik Negara yang membutuhkan modal kerja dalam jumlah yang besar, sehingga perlu adanya analisis terhadap modal kerja untuk meningkatkan nilai keuangan perusahaan.
Secara ringkas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis efektifitas modal kerja pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan pada tahun 2003-2005.
Perumusan masalah adalah apakah modal kerja pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan sebagai dasar penentuan sumber pembiayaan sudah cukup efektif jika dilihat pada tahun 2003-2005.
Metode Penelitian ini memiliki batasan operasional dengan ruang lingkup sebatas analisis terhadap modal kerja yang digunakan sebagai dasar penentuan sumber pembiayaan perusahaan, rasio yang digunakan adalah rasio modal kerja yaitu rasio profitabilitas, serta menggunakan laporan keuangan perusahaan tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Dimana pada metode ini dilakukan suatu proses penganalisaan terhadap data yang tersedia, yang bertujuan untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa modal kerja yang ada pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan belum efektif dilihat dari profitabilitas perusahaan sehingga perlu dijaga dan ditingkatkan.
(3)
Bismillahirrahmanirrahiim Assalammualaikum Wr. Wb
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penentuan Sumber Pembiayaan Perusahaan Pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan”. Syukur yang sangat mendalam penulis hantarkan kepada-Nya atas segala kemudahan yang diberikan-Nya sehingga melapangkan usaha penulis didalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini banyak menerima bantuan dan motivasi, baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTMH, DSAK selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang menjadi suri teladan bagi penulis dan banyak membantu penulis selama perkuliahan dan menyelesaikan tugas akhir. 4. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Syahyunan, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan banyak memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan bagi penulis dalam
(4)
memberikan masukan dan bimbingan untuk menyempurnakan skripsi ini.
7. Ibu Dra. Magdalena, MSi selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan untuk menyempurnakan skripsi ini.
8. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis selama perkuliahan.
9. Seluruh staf pegawai di Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data selama melakukan riset di perusahaan tersebut serta banyak memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
10.Teristimewa kepada orang tua penulis Ayahanda (Ayusman, SE), Ibunda (Marzaini) yang telah banyak memberikan kasih saying, perhatian dan dukungan doa serta banyak memberikan bantuan materil dan moril kepada penulis.
11.Buat adik-adik penulis (Dian, Harry, dan Reza) yang telah memberikan banyak kasih sayang kepada penulis.
12.Kepada sahabat-sahabat penulis Elda, Milfah, Rina, Firman, terima kasih buat persahabatan yang terjalin selama ini.
13.Teman-teman kampus penulis (Selfy, Elly, Kasma, dll) jurusan Manajemen khususnya Group A stambuk 05 yang telah memberikan dukungan, semangat dan doanya bagi penulis.
14.Kepada seluruh pihak yang telah membantu didalam proses penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
(5)
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Medan, Januari 2008 Penulis
(6)
Halaman
ABSTRAK ……… i
KATA PENGANTAR ……….. ii
DAFTAR ISI ………... v
DAFTAR TABEL ……….. vii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Perumusan Masalah ………. 5
C. Kerangka Konseptual ……….. 5
D. Hipotesis ……….. 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 7
F. Metode Penelitian ………. 7
1. Batasan Operasional ………... 7
2. Tempat dan waktu penelitian ………... 8
3. Jenis Data ………. 8
4. Teknik Pengumpulan Data ……… 8
G. Metode Analisis Data ………. 9
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ………... 10
B. Pengertian Modal Kerja ………. 10
C. Manfaat Modal Kerja ………... 12
(7)
G. Sumber Modal Kerja ……… 22 H. Penggunaan Modal Kerja ………... 24
I. Rasio Modal Kerja ………... 25
BAB III PERUM PERUMNAS CABANG SUMUT II MEDAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah singkat perusahaan ……… 28 2. Struktur Organisasi Perusahaan ……….. 29
B. Laporan Keuangan ………. 40
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
A. Analisis Perbandingan Modal Kerja ………. 44 B. Analisis dan Evaluasi Rasio Profitabilitas ………. 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……… 53
B. Saran ……… 54
DAFTAR PUSTAKA
(8)
No. Judul Halaman
Tabel 1.1 Laporan Modal Kerja (Periode 2003 – 2005) ………….. 4 Tabel 3.1 Neraca Komperatif Perum Perumnas Cabang Sumut II
Medan (Periode 31 Desember 2003) ……… 42 Tabel 3.2 Neraca Komperatif Perum Perumnas Cabang Sumut II
Medan (Periode 2004 dan 2005) ……….. 43 Tabel 3.3 Laporan Laba Rugi Perum Perumnas Cabang Sumut II
Medan (Periode 2003 – 2005) ………... 44 Tabel 4.1 Perhitungan Perbandingan Modal Kerja Perum Perumnas
Cabang Sumut II Medan (Periode 2003-2004) ………… 45 Tabel 4.2 Perhitungan Perbandingan Modal Kerja Perum Perumnas
Cabang Sumut II Medan (Periode 2004-2005) ………… 46 Tabel 4.3 Perhitungan Rasio Profit Margin Perum Perumnas
Cabang Sumut II Medan (Periode 2003-2005) ………… 47 Tabel 4.4 Perhitungan Rasio Asset Turn Over Ratio Perum Perumnas
Cabang Sumut II Medan (Periode 2003-2005) …………. 48 Tabel 4.5 Perhitungan Rasio Return On Investment Perum Perumnas
Cabang Sumut II Medan (Periode 2003-2005) ………….. 49 Tabel 4.6 Perhitungan Rasio Return On Total Asset Perum Perumnas
(9)
Tabel 4.7 Perhitungan Rasio Basic Earning Power Perum Perumnas
Cabang Sumut II Medan (Periode 2003-2005) …………... 51 Tabel 4.8 Perhitungan Rasio Perputaran Modal Kerja Perum Perumnas
(10)
No. Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ……… 6
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan Perum Perumnas
(11)
Rini Puspita Sari (2008) “Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penentuan Sumber Pembiayaan Perusahaan Pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan”. Dengan Drs.Syahyunan, MSi sebagai Pembimbing, Prof. Dr.Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi sebagai Ketua Departemen Manajemen, Dr. Muslich Lufti, MBA sebagai Dosen Penguji I dan Dra, Magdalena, MSi sebagai Dosen Penguji II.
Penelitian dilatar belakangi oleh pentingnya analisis terhadap modal kerja sebagai syarat keberhasilan suatu perusahaan serta sangat menentukan posisi profitabilitas perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, yang merupakan salah satu perusahaan milik Negara yang membutuhkan modal kerja dalam jumlah yang besar, sehingga perlu adanya analisis terhadap modal kerja untuk meningkatkan nilai keuangan perusahaan.
Secara ringkas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis efektifitas modal kerja pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan pada tahun 2003-2005.
Perumusan masalah adalah apakah modal kerja pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan sebagai dasar penentuan sumber pembiayaan sudah cukup efektif jika dilihat pada tahun 2003-2005.
Metode Penelitian ini memiliki batasan operasional dengan ruang lingkup sebatas analisis terhadap modal kerja yang digunakan sebagai dasar penentuan sumber pembiayaan perusahaan, rasio yang digunakan adalah rasio modal kerja yaitu rasio profitabilitas, serta menggunakan laporan keuangan perusahaan tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Dimana pada metode ini dilakukan suatu proses penganalisaan terhadap data yang tersedia, yang bertujuan untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa modal kerja yang ada pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan belum efektif dilihat dari profitabilitas perusahaan sehingga perlu dijaga dan ditingkatkan.
(12)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan, karena setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas sehari-hari. Modal kerja merupakan asset perusahaan yang harus dipenuhi secara terus menerus sejalan dengan tujuan perusahaan.
Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, membayar upah tenaga kerja langsung, membayar hutang dan biaya lain-lain. Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk yang bersumber dari hasil penjualan barang tersebut akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian uang atau dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidupnya perusahaan.
Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Manajemen modal kerja yang efektif menjadi sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka
(13)
besar kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas.
Untuk perusahaan kecil, kewajiban jangka pendek merupakan sumber utama bagi pembiayaan eksternal. Perusahaan ini tidak memiliki akses bagi pasar modal untuk jangka yang lebih panjang, selain memperoleh jaminan hipotik dari bangunan.
Pada konteks akuntansi, modal kerja diterjemahkan dengan 2 cara yaitu modal kerja bersih (net working capital) yaitu kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek dan modal kerja bruto (gross working capital) yaitu jumlah dari aktiva lancar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah : 1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar
sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
2. Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo.
(14)
Pentingnya peranan modal kerja tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang modal kerja yang digunakan sebagai dasar penilaian posisi keuangan perusahaan. Dalam hal ini penulis memilih Perum Perumnas Regional I sebagai tempat penelitian. Penelitian ini ingin melihat apakah perusahaan tersebut memiliki jumlah modal yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi keuangan perusahaan.
Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan merupakan salah satu perusahaan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah memberikan kontribusi terhadap pembangunan nasional. Perusahaan BUMN ini sendirilah yang akan diharapkan menjadi penyangga yang cukup kuat dari sebuah sektor korporasi yang didukung oleh sebuah manajemen keuangan di Indonesia. Untuk itu dapat dilihat bagaimana komposisi modal kerja yang ada di Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005, dimana perusahaan ini mengalami fluktuasi modal kerja bersih dimana aktiva lancarnya lebih kecil dari pada hutang lancarnya dalam tiga tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
(15)
Tabel 1.1
Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan Laporan Modal Kerja
Tahun 2003, Tahun 2004 dan Tahun 2005
URAIAN
TAHUN
2003 2004 2005
Aktiva Lancar Hutang Lancar
40.130.857.000 41.590.062.000
39.196.204.000 59.375.490.000
44.305.656.000 32.425.450.000 Modal Kerja Bersih (1.459.205.000) (20.179.286.000) 11.880.206.000
Sumber : Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan
Berdasarkan laporan modal kerja seperti yang terdapat pada Tabel 1.1 terlihat bahwa aktiva lancar tahun 2003,dan tahun 2004, lebih kecil dari pada hutang lancarnya yang disebabkan banyaknya biaya yang harus dikeluarkan pada tahun 2003, dan tahun 2004. Hal ini merupakan suatu masalah yang terjadi di dalam perusahaan sehingga dibutuhkan suatu manajemen modal kerja yang tepat agar masalah tersebut tidak terjadi pada tahun-tahun berikutnya demi menguji profitabilitas perusahaan. Perusahaan perlu mengetahui tindakan apa yang perlu dilakukan dalam manajemen modal kerja agar dapat tetap mempertahankan profitabilitas perusahaan seperti pada tahun 2005.
Adanya berbagai alasan tersebut maka penulis tertarik untuk memilih Perum Perumnas Cabang II Medan sebagai tempat penelitian dengan memilih judul skripsi “Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penentuan Sumber Pembiayaan Perusahaan Pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan “.
(16)
B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah :
“Apakah modal kerja pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan sebagai dasar penentuan sumber pembiayaan sudah cukup efektif jika dilihat pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005?.
C. Kerangka Konseptual
Analisis dan penafsiran posisi keuangan jangka pendek adalah penting baik bagi pihak manajemen maupun pihak-pihak di luar perusahaan seperti kreditur dan pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan kreditur jangka pendek lainnya sangat menaruh perhatian pada tingkat keamanan bagi kredit-kredit jangka pendeknya, manajemen berkepentingan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal kerja, dan pemegang saham beserta kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui prospek pembayaran dividen dan bunga.
Menurut Sawir (2005), bahwa besarnya modal kerja perusahaan berhubungan dengan berbagai aktivitas operasional dan financial. Tanpa modal kerja yang cukup aktivitas bisnis perusahaan dapat terancam dan ini dapat dilihat dari tingkat profitabilitas perusahaan tersebut. Sebuah perusahaan yang mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi digolongkan sebagai perusahaan yang liquid.
Tetapi pada kenyataannya didalam perusahaan hutang lancarnya lebih besar daripada aktiva lancarnya. Untuk menganalisis modal kerja yang tidak
(17)
efektif yang ada pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, maka penulis melakukannya dengan analisis rasio profitabilitas yang terdiri dari :
1. Profit Margin (Margin laba) 2. Return on Asset
3. Return On Investment 4. Return on Total Asset 5. Basic Earning Power 6. Kecukupan Modal Kerja
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka secara konseptual, penelitin ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber : Sofyan Syafri (2001), diolah penulis Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasarkan teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi hipotesis dalam penulisan ini adalah : “Modal kerja yang dimiliki oleh Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan sebagai dasar penentuan sumber pembiayaan perusahaan belum cukup efektif jika dilihat pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005.”
Analisis Rasio Profitabilitas
Dasar Penentuan Sumber Pembiayaan Perusahaan
(18)
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah modal kerja yang dimiliki oleh Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan sebagai dasar penentuan sumber pembiayaan perusahaan telah cukup efektif jika dilihat pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi penulis, dapat digunakan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan, khususnya mengenai modal kerja.
b. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijaksanaan pengambilan keputusan manajemen yang berhubungan dengan modal kerja dari perusahaan.
c. Bagi pihak lain, dapat digunakan sebagai bahan referensi yang bermanfaat untuk mengadakan penelitian pada masa yang akan datang.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan, maka batasan operasional yang dilakukan adalah :
(19)
a. Ruang lingkup hanya sebatas analisis terhadap modal kerja yang digunakan sebagai dasar penentuan sumber pembiayaan perusahaan. b. Rasio yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio profitabilitas.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan Jl. Tuar Raya No. 3 Medan, dari bulan Juli 2007 sampai bulan November 2007.
3. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah dengan menggunakan data sekunder dan data primer. Adapun pengertian data sekunder menurut Azwar, (2004) adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi, laporan keuangan perusahaan, serta dari buku-buku lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian yaitu tentang penganalisisan modal kerja perusahaan sebagai dasar penilaian posisi keuangan perusahaan.
Data primer berupa wawancara kepada pihak-pihak yang terlibat di perusahaan khususnya bagian keuangan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa cara yang digunakan dalam teknik pengumpulan data yaitu :
a. Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah berupa laporan keuangan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan
(20)
yang berkaitan dengan penelitian yaitu neraca dan laporan laba rugi perusahaan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005.
b. Teknik wawancara
Untuk lebih melengkapi data yang diperoleh dari teknik dokumentasi, penulis melakukan komunikasi langsung kepada responden dengan cara tanya jawab. Dalam hal ini penulis melakukan tanya jawab lagsung khususnya kepada para staf keuangan.
G. Metode Analisis Data
Untuk melakukan analisis terhadap data-data yang telah diperoleh maka penulis menggunakan metode analisis data yaitu :
Metode Deskriptif
Pada metode ini dilakukan proses penganalisaan data dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari perusahaan dengan teori-teori pendukung sehingga gambaran mengenai modal kerja perusahaan dapat diketahui. Data tersebut selanjutnya dapat digunakan menjadi dasar untuk memperoleh kesimpulan apakah terjadi efisiensi terhadap penggunaan modal kerja atau tidak.
(21)
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Lubis (2004) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan pada PT. Indofarma Global Medika Medan”. Lubis menggunakan rasio likuiditas dan aktifitas sebagai alat ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan dan membandingkannya dengan menggunakan rasio modal kerja yang ada selama 3 tahun berturut-turut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian yang ditemukan adanya penurunan selama tiga tahun. Bila ditinjau dari sudut rasio-rasio likuiditas perusahaan telah mampu mempertahankan likuiditasnya dan ini terbukti dari tingginya likuiditas perusahaan selama tiga tahun.
B. Pengertian Modal Kerja
Pemahaman arti modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka menghitung kebutuhan modal kerja. Pada hakikatnya kebutuhan modal kerja adalah pemenuhan dana jangka pendek, tetapi beberapa literature, mengaitkan pula dengan pemenuhan dana jangka menengah.
Adapun pengertian modal kerja menurut Djarwanto, (2002) pengertian modal kerja adalah “ kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek, dimana kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri”.
(22)
Modal kerja mengandung dua pengertian, yaitu gross working capital
yang merupakan keseluruhan dari aktiva lancar, dan net working capital yang merupakan selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Berkaitan dengan pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan beberapa konsep (Syahyunan, 2004), yaitu :
1. Konsep kwantitatif
Modal kerja menurut konsep kwantitatif didasarkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar akan kembali ke dalam bentuk semula dalam waktu yang tidak terlalu lama. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).
2. Konsep Kwalitatif
Modal kerja menurut konsep kwalitatif adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja netto (net working capital).
3. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep fungsional berdasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan pada periode tersebut dan ada sebagian dana lainnya yang digunakan selama periode tersebut namun tidak
(23)
seluruhnya digunakan dalam menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sebagian dana tersebut digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periode berikutnya.
C. Manfaat Modal Kerja
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup kerugian-kerugian dan dapat mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keuangan perusahaan.
Manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup menurut Djarwanto,Ps, (2002) adalah :
a. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, misalnya seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
b. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya.
c. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.
d. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian dan sebagainya.
(24)
e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
f. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para langganan.
g. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan.
h. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
Kondisi di luar kondisi tersebut di atas yakni adanya modal kerja yang berlebih-lebihan atau sebaliknya terjadi kekurangan modal kerja, keduanya merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan.
Sebab-sebab timbulnya kelebihan modal kerja adalah :
1. Pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi dari jumlah yang diperlukan.
2. Penjualan aktiva tetap tanpa diikuti penempatan kembali.
3. Pendapatan atas keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk membayar dividen, membeli aktiva tetap, atau maksud-maksud lainnya. 4. Konversi operating asset menjadi modal kerja melalui proses penyusutan,
tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali.
5. Akuntansi dana sementara menunggu investasi, ekspansi dan lain-lain. Sedangkan sebab-sebab timbulnya kekurangan modal kerja adalah :
(25)
1. Adanya kerugian usaha.
2. Adanya kerugian insidentil seperti misalnya turunnya harga pasar persediaan barang, adanya pencurian, kebakaran dan lain-lain yang tidak ditutup dengan asuransi.
3. Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan perluasan usaha/ekspansi.
4. Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar seperti misalnya membeli aktiva tetap baru, membeli saham dari perusahaan lain.
5. Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat. 6. Kenaikan tingkat harga.
7. Pelunasan utang yang sudah jatuh tempo.
D. Unsur-Unsur Modal Kerja
Unsur-unsur modal kerja dari aktiva lancar terdiri dari :
1. Kas/Bank
Kas/bank adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang yang dimiliki perusahaan tetapi telah ditentukan alokasi penggunaannya tidak dapat dimasukkan sebagai uang kas.
2. Investasi jangka pendek
Investasi jangka pendek adalah investasi sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Syarat investasi jangka pendek harus bersifat mudah dijual, artinya setiap saat diperlukan, investasi tersebut dapat segera
(26)
dijual dengan harga yang pasti. Investasi jangka pendek adalah deposito di bank, surat berharga berupa saham, obligasi, surat hipotek, sertifikat bank, dan sebagainya.
3. Piutang wesel
Piutang wesel adalah tagihan kepada pihak ketiga berupa wesel yang dapat diperjualbelikan atau di diskontokan. Dengan didiskontokannya piutang wesel akan berubah menjadi utang pada saat wesel bersangkutan jatuh tempo.
4. Piutang dagang
Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (langganan) karena penjualan secara kredit. Sebenarnya piutang tidak hanya karena penjualan secara kredit, tetapi dapat karena hal lain, misalnya piutang karena penjualan aktiva tetap secara kredit, piutang karena penjualan saham secara angsuran, dan sebagainya. Piutang dagang atau piutang lain-lain biasanya disajikan dalam neraca sebesar nilai realisasinya, yaitu nilai nominal piutang dikurangi dengan cadangan kerugian piutang (taksiran piutang tak tertagih/bad-debt).
5. Persediaan
Persediaan adalah semua barang yang sampai tanggal neraca masih berupa persediaan di gudang.
(27)
6. Piutang Penghasilan/Penghasilan yang harus diterima
Piutang penghasilan adalah penghasilan yang telah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa, tetapi pembayarannya belum diterima.
7. Uang muka (advance payment)
Uang muka adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi belum dinikmati pada periode bersangkutan, melainkan pada periode berikutnya.
E. Jenis – Jenis Modal Kerja
Dalam menjalankan operasi sehari-hari suatu perusahaan biasanya membutuhkan modal kerja yang sifatnya suatu keharusan, yaitu modal kerja yang sifatnya harus ada dalam suatu perusahaan, dan ada modal kerja menurut kebutuhan yang jumlahnya berubah-berubah sesuai dengan keadaan. Dari hal tersebut, modal kerja dapat dibedakan dua jenis (Syahyunan, 2004 ), yaitu :
1. Modal Kerja Tetap (Permanent Working Capital)
Modal kerja tetap adalah modal kerja yang harus ada pada perusahaan untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari. Tanpa adanya modal kerja ini mengakibatkan operasi akan berhenti. Modal kerja tetap dibedakan atas :
a. Modal kerja primer
Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
(28)
b. Modal kerja normal
Modal kerja normal adalah modal kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai kapasitas produksi normal secara dinamis. Artinya, jika rata-rata produksinya selama 6 bulan adalah 2.000 unit per bulan, maka dapat dikatakan bahwa kapasitas produksi normalnya adalah 2.000 unit. Jika 6 bulan berikutnya rata-rata produksi adalah 3.000 unit per bulan, maka kapasitas produksi normalnya berubah menjadi 3.000 unit.
2. Modal kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang penggunaannya selalu mengalami perubahan sesuai dengan keadaan. Perubahan tersebut dikarenakan fluktuasi musim, fluktuasi konjungtur dan perubahan yang sifatnya darurat, sehingga modal kerja variabel dibedakan atas :
a. Modal kerja musiman
Modal kerja ini berubah-ubah menyesuaikan dengan fluktuasi musiman.
b. Modal kerja siklis
Modal kerja ini berubah-ubah berdasarkan fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat
Modal kerja ini berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
(29)
F. Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan tergantung dari faktor-faktor sebagai berikut :
3. Sifat umum atau tipe perusahaan
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif cepat. Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa, relatif kecil. Perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Fluktuasi dalam pendapatan bersih pada perusahaan jasa juga relatif kecil bila dibandingkan dengan perusahaan industri dan perusahaan keuangan.
4. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit
Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal kerja. Modal kerja bervariasi tergantung pada volume pembelian dan harga beli per unit dari barang yang dijual.
(30)
5. Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kecil pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya jika pembayaran harus dilakukan segera setelah barang di terima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar.
Di samping itu modal kerja juga di pengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang. Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang. Untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan mengurangi resiko kerugian karena adanya piutang yang tak terbayar, biasanya perusahaan memberikan rangsangan potongan tunai (cash discount).
6. Tingkat perputaran persediaan
Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan akan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi resiko kerugian karena penurunan harga, perubahan permintaan atau perubahan
(31)
mode, juga menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan (carrying cost) dari persediaan.
7. Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Bila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah/kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan pelunasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, penagihan piutang.
8. Pengaruh konjungtur (business cycle)
Pada periode makmur (prosperity) aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang-barang lebih banyak memanfaatkan harga yang masih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresi, volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barang-barangnya dan menarik piutang-piutangnya. Uang yang diperoleh digunakan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi utang-utang atau untuk menutup kerugian.
(32)
9. Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek
Menurunnya nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja. Bila resiko kerugian ini semakin besar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal-hal yang tak terduga dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga.
10.Pengaruh musim
Banyak perusahaan di mana penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan.
11.Credit rating dari perusahaan
Jumlah modal kerja, dalam bentuk kas termasuk surat-surat berharga, yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas ini tergantung pada :
(33)
a. credit rating dari perusahaan b. perputaran persediaan dan piutang
c. kesempatan mendapatkan potongan harga dalam persediaan
G. Sumber Modal Kerja
Transaksi –transaksi sebagai sumber modal kerja menurut (Abdullah: 2001) meliputi :
1. Hasil Operasi Perusahaan
Merupakan pendapatan bersih (net income) yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Dengan adanya laba dari hasil operasional perusahaan dan apabila laba tersebut tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal kerja perusahaan.
2. Penjualan Aktiva Tetap
Sumber modal kerja lainnya berasal dari hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan hasil penjualan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak terpakai. Perubahan dari aktiva tetap menjadi kas maupun piutang berakibat menambah modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. Penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai tersebut akan berakibat pula sebesar jumlah itu angka aktiva tetap berkurang pada neraca. Namun demikian bertambahnya modal kerja melalui penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai tidak segera digunakan untuk penggantian aktiva tetap baru maka perusahaan akan mengalami kelebihan modal kerja.
(34)
3. Penjualan Surat Berharga Jangka Pendek (Effek)
Surat berharga jangka pendek (marketable securities) yang dimiliki perusahaan merupakan salah satu komponen aktiva lancar yang dapat dijual dan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan penjualan ini terjadi apabila nilai jual surat berharga lebih besar daripada nilai perolehan, maka akan menambah atau sebagai sumber modal kerja.
4. Penjualan Obligasi
Untuk menambah modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan juga dapat mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada pemilik perusahaan untuk menambah modal. Selain itu perusahaan dapat menerbitkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna menambah modal kerja perusahaan. Memang diakui penerbitan obligasi akan menimbulkan biaya, baik biaya penerbitan maupun biaya bunga tetap, sehingga keputusan menerbitkan obligasi guna menambah modal kerja seharusnya disesuaikan dengan esensi kebutuhan perusahaan.
5. Depresiasi Aktiva Tetap
Depresiasi terhadap aktiva tetap walaupun perusahaan tidak mengeluarkan dana kas namun demikian merupakan sumber modal kerja.
(35)
H. Penggunaan Modal Kerja
Adapun transaksi-transaksi sebagai penggunaan modal kerja, meliputi :
1. Kerugian Operasional Perusahaan
Operasional perusahaan yang menimbulkan kerugian (total penjualan tidak mampu menutupi biaya-biaya) maka berakibat berkurangnya modal kerja. Kondisi ini dapat diketahui melalui laporan perhitungan laba-rugi pada suatu periode tertentu.
2. Pembelian Aktiva Tetap
Guna keperluan peningkatan produksi/penjualan perusahaan membeli aktiva tetap baru guna menggantikan aktiva tetap lama dan hal ini berakibat pada penggunaan dana atau modal kerja perusahaan. Dengan demikian sejumlah aktiva tersebut bertambah pada neraca.
3. Kerugian Penjualan Surat Berharga Jangka Pendek
Apabila penjualan surat berharga jangka pendek mengalami kerugian (nilai jual lebih kecil dari pada nilai perolehan) maka akan berakibat kerugian bagi perusahaan. Guna menutup kerugian inilah perusahaan menggunakan modal kerja.
4. Pembelian Obligasi
Apabila penjualan obligasi berakibat menambah modal kerja, maka pembelian obligasi oleh perusahaan akan berakibat penggunaan atau mengurangi modal kerja. Demikian halnya apabila perusahaan membayar kembali/mengangsur hutang jangka panjang lainnya juga berakibat berkurangnya modal kerja.
(36)
5. Prive
Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi berakibat berkurangnya modal kerja. Hal yang sama juga terjadi apabila adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan atau adanya pembayaran deviden dalam bentuk kas.
I. Rasio Modal Kerja
Analisis dan penafsiran posisi keuangan jangka pendek adalah penting baik bagi pihak manajemen maupun pihak-pihak di luar perusahaan seperti kreditur dan pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan kreditur jangka pendek lainnya sangat menaruh perhatian pada tingkat keamanan bagi kredit-kredit jangka pendeknya, manajemen berkepentingan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal kerja, dan pemegang saham beserta kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui prospek pembayaran dividen dan bunga.
Tetapi permasalahan yang dihadapi dalam perusahaan adalah aktiva lancar memiliki nilai yang lebih kecil daripada hutang lancarnya, dimana ini mempengaruhi penggunaan pendanaan jangka pendeknya, sehingga perusahaan menggunakan pendanaan jangka panjang. Sehingga rasio modal kerja yang digunakan adalah :
1. Rasio Profitabilitas, dimana rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan
(37)
sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut Operating Ratio.
Beberapa jenis rasio profitabilitas ini terdiri dari :
a. Margin laba (Profit Margin) =
Penjualan bersih Pendapatan
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang dieroeh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
b. Asset Turn Over (Return on Asset) =
Aktiva Total
bersih Penjualan
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
c. Return On Investment (Return On Equity) =
) ( modal rata Rata bersih Laba equity
Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.
d. Return On Total Asset =
asset total rata Rata bersih Laba
Rasio ini menujukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.
e. Basic Earning Power =
aktiva Total pajak dan bunga sebelum Laba
(38)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio semakin baik.
2. Kecukupan Modal Kerja, dimana rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio tinggi mengindikasikan profitabilitas yang rendah untuk mendukung operasional, dan rasio yang rendah menunjukkan profitabilitas tinggi.
Working capital turnover =
capital working
Net
venues
Re
x 100 %
(39)
BAB III
PERUM PERUMNAS CABANG SUMUT II MEDAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Singkat Perusahaan
Perum Perumnas adalah perusahaan umum yang didirikan pada tanggal 18 Juli 1974 berdasarkan peraturan pemerintah nomor 29 tahun 1974, dengan tujuan melaksanakan kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang pelaksanaan pembangunan perumahan rakyat serta sarana dan prasarana yang mampu mewujudkan lingkungan pemukiman sesuai dengan rencana pembangunan wilayah kota, terutama untuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah. Perumahan dan pemukiman ini merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Misi utama yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara yang sekarang berada di dalam jajaran Departemen Perumahan, Pemukiman dan Pengembangan Wilayah ini adalah melaksanakan pengadaan perumahan bagi masyarakat terutama yang berpenghasilan menengah ke bawah.
Dengan misi ini, maka Perum Perumnas dihadapkan pada usaha menyediakan perumahan yang ekonomis dan terjangkau namun tetap bermutu dan layak huni. Perum Perumnas dituntut menanggulangi
(40)
masalah perumahan masyarakat secara professional, namun tetap memperhatikan kepentingan sosial dan menjauhkan diri dari orientasi komersial semata.
Berbagai cara dilakukan untuk dapat mencapai keseimbangan bisnis yang sehat sementara dapat terus membangun pemukiman yang bermutu, disertai dengan usaha mensubsidi masyarakat penghasilan rendah. Tantangan ini menggugah pengabdian dan profesionalisme karyawan dan pimpinan Perum Perumnas, yang terus membangun rumah bagi rakyat sampai ke daerah yang tidak menarik bagi developer lain. Di mana dibutuhkan, Perum Perumnas membangun kawasan-kawasan pemukiman dengan komitmen tinggi antara lain :
Jalan, saluran dan sarana lain yang memenuhi standar keamanan dan kesehatan.
Dekat dengan sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, olah raga dan fasilitas lainnya.
Tersedianya jaringan listrik, air minum, telepon, dan bila memungkinkan jaringan gas.
Harga yang terjangkau dan persyaratan pembayaran serta fasilitas kredit yang memudahkan kepemilikan rumah.
2. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi didalam suatu perusahaan adalah salah satu unsur yang paling penting, dimana agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan hasil yang
(41)
optimal. Organisasi merupakan perkumpulan orang-orang dengan tujuan yang sama dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama dan haruslah memiliki struktur organisasi yang baik. Dengan adanya struktur organisasi orang dapat mengetahui tempat dan fungsinya masing-masing, untuk bekerja dan menunaikan tugasnya sesuai dengan tujuan pokok yang digariskan oleh pimpinan. Tanpa struktur organisasi yang baik maka tujuan perusahaan sulit untuk dicapai.
Mengingat besarnya peranan dan sumbangan dari struktur organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan, maka Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan turut serta memilih struktur organisasi yang baik, seperti terlihat dalam gambar berikut ini :
(42)
(43)
Dari bagan struktur organisasi Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan diatas, maka tugas masing-masing bagian dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. General Manager
Tugas pokoknya adalah :
Bersama dengan Deputy General Manager, memimpin para manager bagian di kantor Regional yaitu Manager Cabang dan Manager Unit untuk menyusun sasaran, rencana kerja dan anggaran kantor yang merupakan bagian RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan).
Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan dan penilaian kerja kepada para manager bagian di kantor Regional dan Manager Cabang, Manager Pengelola Kasiba, Manager Pengelola Rusun, dan Manager UPKB.
Mengelola sumber daya dan dana dalam lingkup kantor Regional untuk melaksanakan kegiatan usaha.
Mengadakan koordinasi teknis dan administrasi dengan GM Divisi dan para GM Regional lain yang terkait dalam melaksanakan kegiatan di kantor Regional.
Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan usaha kantor Regional kantor Cabang, kantor Unit Pengelola Kasiba, kantor Unit Pengelola Rusun, kantor UPKD meliputi kegiatan : pertanahan, perencanaan, pembangunan dan peremajaan lingkungan, pemasaran, administrasi, keuangan, SDM, hukum dan PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Operasi).
(44)
Melaksanakan koordinasi dengan instansi dan institusi terkait untuk mencapai sasaran kegiatan usaha.
2. Deputy General Manager Tugas pokoknya adalah :
Bersama dengan General Manager, memimpin para manager bagian di kantor Regional, Manager Cabang, Manager Pengelola Kasiba, Manager Unit Pengelola Rusun dan Manager UPKB untuk menyusun sasaran, rencana kerja dan anggaran kantor Regional yang merupakan bagian dari RKAP.
Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan, dan penilaian kerja kepada para Asisten Manager.
Memimpin penyelenggaraan kegiatan kantor Regional, khususnya dalam hal :
Penyusunan, pelaksanaan dan pengendalian RKAP Regional.
Pengelolaan data dan informasi kantor Regional, kantor Cabang dan kantor Unit.
Pengelolaan urusan umum, perlengkapan kearsipan serta hukum di kantor Regional, kantor Cabang dan kantor Unit.
Pengelolaan pegawai kantor Regional, kantor Cabang dan kantor Unit.
Pengelola PUKK.
Mewakili GM Regional dalam melaksanakan tugas-tugas apabila GM Regional berhalangan.
(45)
Memimpin penyelenggaraan pengelolaan (penerbitan atau laporan, pendistribusian, penyimpanan, pemelihaaran dan peretensian) data dan informasi di kantor Regional.
3. Manager Bagian Perencanaan dan Pertanahan. Tugas pokoknya adalah :
Menyusun sasaran, rencana kerja dan anggaran bagian perencanaan dan pertanahan yang merupakan bagian dari RKAP kantor Regional.
Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan dan penilaian kerja kepada para asisten manager dalam lingkup bagian perencanaan dan pertanahan.
Mengelola sumber daya dan dana bagian perencanaan dan pertanahan untuk melaksanakan kegiatan usaha.
Menyelenggarakan kegiatan perencanaan, yang meliputi analisa kelayakan lokasi, analisa pemanfaatan lahan, perencanaan kawasan, Buku Rencana Proyek (BPR), perencanaan teknis (detail dan engineering) dan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).
Mengusulkan hasil penyelenggaraan kegiatan perencanaan kepada GM Regional atau Deputy GM Regional untuk persetujuan tindak lanjut.
Mengadakan koordinasi teknis dan administrasi dengan Manager Perencanaan dan Manager Pertanahan serta Unit Kerja terkait untuk penyelenggaraan perencanaan.
(46)
Bersama Manager Produksi Pengelolaan & Peremajaan Lingkungan, Manager Pemasaran dan Manager Keuangan membantu GM Regional dan Deputy Regional dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan kegiatan perusahaan.
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan dalam lingkungan bagian perencanaan dan pertanahan.
Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan ( penertiban atau pelaporan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan peretensian ) data dan informasi dalam lingkup bidang perencanaan dan pertanahan.
4. Manager Bagian Produksi, Pengelolaan dan Peremajaan Lingkungan ( P3L). Tugas Pokoknya adalah :
Menyusun sasaran, rencana kerja dan anggaran bagian produksi pengelolaan dan peremajaan lingkungan yang merupakan bagian dari RKAP Kantor Regional.
Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan, dan penilaian kerja kepada para Asisten Manager dalam lingkungan bagian P3L.
Mengelola sumber daya dan dana bagian untuk melaksanakan kegiatan.
Menyelenggarakan kegiatan produksi, pengelolaan dan peremajaan lingkungan meliputi aspek pematangan tanah, pembangunan sarana dan prasarana, pembangunan rumah dan lain-lain, baik yang dikerjakan melalui mitra kerja maupun swakelola.
(47)
Mengadakan koordinasi teknis dan administrasi dengan GM Divisi Bina Teknik dan Manager Perencanaan, Manager Pertanahan dan Manager Pembangunan, bagian-bagian kantor regional serta unit kerja terkait sehubungan dengan pelaksanaan P3L.
Mengendalikan pelaksanaan kegiatan dalam lingkup bagian P3L.
Bersama Manager Perencanaan & Pertanahan, Manager Pemasaran dan Manager Keuangan membantu GM Regional dan Deputy Regional dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan kegiatan perusahaan.
Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan (penerbitan atau pelaporan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan peretensian) data dan informasi dalam lingkup bagian P3L.
5. Manager Bagian Pemasaran. Tugas pokoknya adalah :
Menyusun sasaran, rencana kerja dan anggaran bagian pemasaran yang merupakan bagian dari RKAP Kantor Regional.
Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan dan penilaian kerja kepada para asisten manager dalam lingkup bagian pemasaran.
Mengelola sumber daya dan dana bagian pemasaran.
Melaksanakan penyusunan riset pasar, strategi pemasaran, program kehumasan dan promosi.
Membina dan mengendalikan kegiatan pemasaran dan promosi kantor cabang dan kantor-kantor unit.
(48)
Melaksanakan penyelenggaraan kegiatan admininstrasi kegiatan bidang pemasaran.
Bersama Manager Perencanaan & Pertanahan, Manager Produksi & Peremajaan Lingkungan, Manager Keuangan membantu GM Regional dan Deputy Regional dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan kegiatan perusahaan.
Melaksanakan pembinaan SDM dalam lingkup dan tanggung jawabnya.
6. Manager Bagian Keuangan. Tugas pokoknya adalah :
Menyusun sasaran, rencana kerja dan anggaran bagian keuangan yang merupakan bagian dari RKAP Kantor Regional.
Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan dan penilaian kerja kepada para Asisten Manager dalam lingkup bagian keuangan.
Mengelola sumber daya dan dana bagian keuangan untuk melaksanakan kegiatan Kantor Regional dan Cabang.
Melaksanakan kegiatan pengelolaan dana perusahaan, kegiatan akuntansi.
Melaksanakan pengendalian kegiatan pengelolaan keuangan di Kantor Regional, Kantor Cabang dan Kantor-kantor Unit.
Melaksanakan penyelenggaraan kegiatan administrasi, kegiatan bidang keuangan.
(49)
Bersama Manager Perencanaan & Pertanahan, Manager Produksi & Peremajaan Lingkungan, Manager Pemasaran membantu GM Regional dan Deputy Regional dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan kegiatan perusahaan.
7. Asisten Manager Sub Bagian PUKK. Tugas pokoknya adalah :
Melaksanakan penyelenggaraan kegiatan PUKK di Kantor Regional dan pengendalian kegiatan PUKK di Kantor Cabang.
Melaksanakan penyelenggaraan administrasi kegiatan bidang PUKK.
Bersama Asisten Manager Program Usaha, Data dan Informasi; Asisten Kepegawaian; Asisten Manager Umum, Perlengkapan dan Kearsipan; Asisten Manager Hukum, membantu GM Regional dan Deputy GM Regional dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan.
8. Asisten Manager Sub Bagian Program Usaha Data dan Informasi. Tugas pokoknya adalah :
Melaksanakan penyelenggaraan pengumpulan data dan informasi guna menyusun dan mengendalikan rencana kerja dan anggaran Kantor Regional, Kantor Cabang dan Kantor-kantor Unit.
Melaksanakan penyelenggaraan administrasi kegiatan program usaha, data dan informasi.
(50)
Bersama Asisten Manager Kepegawaian; Asisten Manager Umum, Perlengkapan dan Kearsipan; Asisten Manager Hukum; Asisten Manager PUKK, membantu GM Regional dan Deputy GM Regional dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan.
9. Asisten Manager Sub Bagian Umum Perlengkapan dan Kearsipan. Tugas pokoknya adalah :
Melaksanakan penyelenggaraan kegiatan umum, perlengkapan dan kearsipan di Kantor Regional, Kantor Cabang dan Kantor-kantor Unit.
Melaksanakan penyelenggaraan administrasi kegiatan bidang perlengkapan dan kearsipan.
Bersama Asisten Manager Program Usaha, Data dan Informasi; Asisten Manager Kepegawaian; Asisten Manager Hukum; Asisten Manager PUKK, membantu GM dan Deputy GM dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan.
10. Asisten Manager Sub Bagian Hukum. Tugas pokoknya adalah :
Melaksanakan pengumpulan data dan masalah-masalah/ perselisihan hukum yang di hadapi Kantor Regional, Kantor Cabang dan Kantor-kantor Unit.
Melaksanakan penyelenggaraan administrasi yang menyangkut produk hukum dalam kegiatan usaha Kantor Regional.
(51)
Bersama Asisten Manager Program Usaha, Data dan Informasi; Asisten Manager Kepegawaian; Asisten Manager Umum, Perlengkapan dan Kearsipan ; Asisten Manager PUKK, membantu GM Regional dan Deputy GM Regional dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan.
11. Asisten Manager Sub Bagian Kepegawaian. Tugas pokoknya adalah :
Melaksanakan penyelenggaraan pengelolaan SDM di Kantor Regional, Kantor Cabang dan Kantor-kantor Unit.
Melaksanakan penyelenggaraan administrasi kegiatan kepegawaian.
Bersama Asisten Manager Program Usaha, Data dan Informasi; Asisten Manager Umum, Perlengkapan dan Kearsipan; Asisten Manager Hukum; Asisten Manager PUKK, membantu GM Regional dan Deputy GM Regional dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan.
B. LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Bagi para analis, laporan keuangan menjadi bahan sarana informasi dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat
(52)
menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu.
Laporan keuangan terdiri dari : 1. Laporan neraca
Laporan neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban dan modal pada saat tertentu.
2. Laporan laba/rugi
Laporan laba/rugi merupakan ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu , diakhiri dengan laba atau kerugian bersih pada periode tersebut.
Adapun Laporan Neraca dan Laporan Laba/Rugi pada perusahaan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan untuk tahun 2003, tahun 2004, dan tahun 2005 terdiri dari :
(53)
TABEL 3.1
Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan Neraca Komperatif
Per 31 Desember 2003, 2004 dan 2005 (dalam rupiah penuh)
URAIAN TAHUN
2003 2004 2005
AKTIVA : AKTIVA LANCAR 40.130.857.000 39.196.204.000 44.305.656.000 Kas 15.500.000 75.346.000 61.018.000 Bank 8.483.733.000 4.244.983.000 5.040.745.000 PIUTANG USAHA 5.305.761.000 6.344.657.000 8.891.795.000 Piut. Gross 6.345.345.000 7.365.416.000 10.122.001.000 Penyisihan Piutang (1.039.584.000) (1.020.759.000) (1.230.206.000) Piutang lainnya 453.752.000 456.497.000 519.695.000 Uang muka kontraktor
192.501.000 627.565.000 27.645.000 Biaya dibayar dimuka
1.072.452.000
1.420.130.000 - PERSEDIAAN : 24.607.159.000 26.027.026.000 29.764.758.000
Tanah & Bang. u/dijual
19.316.605.000 16.021.133.000 20.273.328.000 Tanah Mentah 1.468.206.000 1.569.318.000 1.340.053.000 Proyek dlm pelaksanaan
3.822.348.000 8.436.575.000 8.151.377.000
PIUTANG JK PJNG & LAIN 34.370.617.000 34.610.001.000 19.865.462.000
Piutang jangka panjang
4.185.420.000 2.379.327.000 2.931.402.000 Biaya yang ditangguhkan
120.760.000 -
102.500.000 Tanah Mentah Jk. Pnjg
16.965.205.000 19.577.282.000 16.831.560.000 Rumah & Bang. Disewakan
14.327.130.000
14.327.130.000 - Akum. Peny. Rusunawa
(1.227.898.000)
(1.673.738.000) -
AKTIVA TETAP 1.976.042.000 2.012.515.000 1.812.878.000
Peralatan dan inventaris
4.072.176.000 4.417.135.000 4.288.869.000 Bangunan kantor 740.579.000 899.307.000 916.967.000
(54)
Akumulasi penyusutan (2.836.713.000) (3.303.927.000) (3.392.958.000) JUMLAH AKTIVA 76.477.516.000 75.818.720.000 65.983.996.000 PASIVA HUTANG LANCAR 41.590.062.000 59.375.490.000 32.425.450.000
Voucher yg harus dibayar
333.036.000 10.612.428.000 937.101.000 Biaya yg masih hrs dibayar
20.389.776.000 19.886.208.000 7.716.748.000 Hutang usaha 5.371.008.000 13.962.714.000 11.827.129.000 Kelebihan uang muka
819.462.000 66.186.000 180.131.000 Retensi Kontraktor 1.288.812.000 1.073.370.000 1.429.197.000 Pajak yang harus dibayar
2.165.670.000 3.020.682.000 1.046.579.000 Jaminan kontraktor - - - Penerimaan U/muka Penj.
11.222.298.000 10.753.902.000 9.288.565.000
HUTANG JK. PANJANG - - -
Pendapatan yang
ditangguhkan - - -
MODAL 34.887.454.000 16.443.230.000 33.558.546.000
Rekening kantor pusat
34.778.404.000 16.126.722.000 33.034.756.000 Laba ( rugi ) tahun lalu -
Laba ( rugi ) tahun berjalan
109.050.000 316.508.000 523.790.000 JUMLAH PASIVA 76.477.516.000 75.818.720.000 65.983.996.000
Sumber : Laporan Keuangan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan
(55)
Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan Laporan Laba Rugi
Per 31 Desember 2003, 2004 dan 2005 (dalam rupiah penuh)
URAIAN
TAHUN
2003 2004 2005
PENDAPATAN : 30.269.532.000 33.787.626.000 57.324.790.000 Pendapatan penj. Rumah
28.386.844.000 32.279.187.000 56.666.962.000 Pendapatan penj. KTM
1.250.886.000 897.504.000 549.060.000 Pendapatan Sewa 631.802.000 610.935.000 108.768.000 Pendapatan/iuran Pelihara - - - Pendapatan jasa Pemasaran - - -
HAPOK DAN BIAYA :
24.138.609.000 24.891.889.000 44.525.883.000 Harga pokok rumah
20.940.642.000 22.918.223.000 40.800.213.000 Harga pokok KTM
307.995.000
306.524.000 234.941.000
Harga pokok sewa - - -
Biaya pelihara/perbaikan Lingk.
934.001.000 1.081.854.000 2.537.037.000 Biaya penyewa (peny.flatt)
278.650.000 445.840.000 111.460.000
Potongan harga jual - -
842.232.000 Biaya insentip Delta
1.677.321.000
139.448.000 -
L/R KOTOR USAHA :
6.130.923.000 8.895.737.000 12.798.907.000
BY. Penj. Umum & Adm
6.203.884.000 8.339.675.000 10.373.295.000 By. Penjualan 891.296.000
825.337.000 713.692.000 By. Personalia
3.891.396.000
5.449.791.000 6.849.917.000 By. Perjalanan & Angkutan
581.515.000 1.034.783.000 1.315.347.000 By. Kantor 622.925.000 579.064.000 1.019.314.000
By. Diklat - - -
By. Umum 216.752.000 450.699.000 475.024.000
(56)
(72.961.000) 556.062.000 2.425.612.000
PENDAPATAN LAIN :
182.011.000 (239.554.000) (1.901.822.000) Pendapatan lainnya 198.255.000 372.848.000 405.605.000 Biaya lainnya (16.244.000) (612.402.000) (2.307.427.000)
L/(R) Bersih Sebelum Pajak
109.050.000 316.508.000 523.790.000
PAJAK PERUSAHAAN : - - -
Pajak Perusahaan - - -
L/(R) SETELAH PAJAK
109.050.000 316.508.000 523.790.000
Sumber: Laporan Keuangan Perum Perumnas Cabang
(57)
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Analisis Perbandingan Modal Kerja Dari Tahun 2003 – 2005
Laporan keuangan yang disajikan oleh Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, yang sesuai dengan Prinsip Akuntan yang berlaku umum di Indonesia, yaitu prinsip akuntan yang didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan Pemerintah yang lain yang berlaku dalam penyajian laporan keuangan pada perusahaan perumahan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang terdapat pada Bab III, mengenai gambaran umum perusahaan, maka berdasarkan data-data tersebut dapat dilakukan suatu analisis modal kerja bersih (Net Working Capital) yaitu aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar selama 3 tahun, mulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005, sebagai berikut :
Tabel 4.1
Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan Perbandingan Modal Kerja
Periode Tahun 2003-2004 (Disajikan dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2003 Tahun 2004
Aktiva Lancar Rp. 40.130.857.000 Rp. 39.196.204.000 Hutang Lancar Rp. 41.590.062.000 Rp. 59.375.490.000 Modal Kerja Bersih Rp. (1.459.205.000) Rp. (20.179.286.000)
Sumber: Laporan Keuangan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah aktiva lancar pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar Rp. 934.653.000, sedangkan hutang lancarnya mengalami peningkatan sebesar Rp 17.785.428.000. Perbedaan
(58)
penurunan dan kenaikan aktiva lancar serta hutang lancar menyebabkan modal kerja bersih Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, mengalami perubahan sebesar Rp18.720.081.000. Pada tahun 2004 terjadi kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp 20.179.286.000 dari tahun 2003. Kurangnya modal kerja tersebut diakibatkan karena pada laporan keuangan perusahaan yaitu pada laporan neraca terlihat dengan jelas bahwa perusahaan memiliki jumlah hutang lancar yang jumlahnya sangat besar dibandingkan dengan jumlah aktiva lancar. Sementara keadaan perusahaan dikatakan aman apabila jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan hutang lancar adalah 1: 1 atau diatas 100%.
Tabel 4.2
Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan Perbandingan Modal Kerja
Periode Tahun 2004 – 2005 (Disajikan Dalam Rupiah)
Uraian Tahun 2004 Tahun 2005
Aktiva Lancar Rp. 39.196.204.000 Rp. 44.305.656.000 Hutang Lancar Rp. 59.375.490.000 Rp. 32.425.450.000 Modal Kerja Bersih Rp (20.179.286.000) Rp. 11.880.206.000
Sumber: Laporan Keuangan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, diolah
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa aktiva lancar pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar Rp 5.109.452.000, sedangkan hutang lancarnya mengalami penurunan yang sangat besar yaitu sebesar Rp 26.950.040.000. Ini dikarenakan bahwa pada tahun 2005, pada laporan neraca, voucher-voucher dan biaya yang masih harus dibayar oleh Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan mengalami penurunan yaitu sebesar Rp 21.844.787.000 daripada tahun 2004. Dan hal ini mengakibatkan modal kerja bersih yang ada pada Perum Perumnas Cabang
(59)
Sumut II Medan pada tahun 2005 mengalami peningkatan yaitu Rp 11.880.206.000 dari tahun 2004 yaitu kekurangan modal kerja bersih sebesar Rp 20.179.286.000. Sementara keadaan perusahaan dikatakan aman apabila jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan hutang lancar yaitu 1 : 1 atau diatas 100 %.
Pengelolaan modal kerja yang demikian menimbulkan masalah yang mengakibatkan perusahaan tidak mampu hutang lancar dengan aktiva lancarnya, seperti pada tahun 2003 dan tahun 2004, sedangkan pada tahun 2005 dapat diatasi. Apabila perusahaan mampu menutupi hutang lancarnya dengan aktiva lancar pada perbandingan 1 : 1 atau diatas 100 % maka perusahaan tersebut dapat dikatakan beroperasi dengan baik. Namun modal kerja ini dapat dianalisa dan dievaluasi menurut perhitungan rasio modal kerja yaitu dengan menggunakan rasio likuiditas.
B. Analisis dan Evaluasi 1. Analisis Rasio Profitabilitas a. Profit Margin
Persamaan yang digunakan untuk menghitungnya adalah
Profit Margin =
Penjualan Bersih Pendapatan
x 100 %
Maka berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh rasio profit margin seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Profit Margin (Disajikan dalam rupiah)
(60)
Tahun Pendapatan Bersih Penjualan Rasio Profit Margin
2003 109.050.000 30.269.532.000 0,36 %
2004 316.508.000 33.787.626.000 0,94 %
2005 523.790.000 57.324.790.000 0,91 %
Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rasio margin laba atau profit margin perusahaan pada tahun 2003 adalah sebesar 0,36 % , tahun 2004 adalah sebesar 0,94% dan pada tahun 2005 adalah sebesar 0,91 %. Ini berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba belum cukup baik karena pada tahun 2004 perusahaan mengalami kenaikan profit margin, tetapi pada tahun 2005 mengalami penurunan profit margin. Dimana rasio profit margin ini menggambarkan bahwa semakin besar rasio maka semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
2. Return On Asset
Persamaan yang digunakan untuk menghitungnya adalah :
Asset Turn Over =
Aktiva Total
Bersih Penjualan
x 100 %
Berdasarkan laporan keuangan pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, maka posisi rasio asset turn over dapat disajikan dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Asset Turn Over Ratio (Disajikan dalam rupiah)
(61)
2003 30.269.532.000 76.477.516.000 39,58 %
2004 33.787.626.000 75.818.720.000 44,56 %
2005 57.324.790.000 65.983.996.000 86,88 %
Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rasio asset turn over perusahaan pada tahun 2003, tahun 2004 dan tahun 2005 mengalami kenaikan. Ini berarti bahwa perusahaan dalam perputaran aktivanya lebih baik. Dimana rasio ini menggambarkan bahwa perputaran aktiva diukur dari volume penjualan, dan semakin besar perputaran rasio ini maka semakin baik.
3. Return On Equity
Berdasarkan laporan keuangan pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, maka posisi rasio return on equity perusahaan dapat disajikan dalam Tabel 4.5, yang diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Return On Equity =
modal rata Rata
Bersih Laba
x 100 %
Tabel 4.5 Return On Investment (Disajikan dalam rupiah)
Tahun Laba bersih Equity Rasio
2003 109.050.000 34.887.454.000 0,31 %
2004 316.508.000 16.126.722.000 1,96 %
2005 523.790.000 33.034.756.000 1,59 %
(62)
Tabel 4.5 ini menunjukkan bahwa rasio Return On Equity pada perusahaan pada tahun 2003 dan tahun 2004 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2005 terjadi penurunan. Dan ini berarti bahwa perputaran laba bersih terhadap modal pemilik pada perusahaan belum dapat berjalan dengan baik. Dimana rasio ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio maka semakin bagus.
4. Return On Total Asset
Berdasarkan laporan keuangan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, maka posisi rasio return on total asset perusahaan dapat disajikan dalam Tabel 4.6 yang diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Return On Total Asset =
Aktiva Total
Bersih Laba
x 100 %
Tabel 4.6 Return on Total Asset (Disajikan dalam rupiah)
Tahun Laba Bersih Total Aktiva Rasio
2003 109.050.000 76.447.516.000 0,14 %
2004 316.508.000 75.818.720.000 0,42 %
2005 523.790.000 65.983.996.000 0,79 %
Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Tabel 4.6 ini menunjukkan bahwa rasio Return On Total asset pada perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya walaupun dalam skala kecil. Dan ini berarti bahwa perputaran laba bersih terhadap total aktiva pada
(63)
perusahaan baik. Dimana rasio ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio maka semakin bagus.
5. Basic Earning Power
Berdasarkan laporan keuangan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, maka posisi rasio basic earning power perusahaan dapat disajikan dalam Tabel 4.7, yang diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Basic Earning Power =
Aktiva Total
Pajak Sebelum Laba
x 100 %
Tabel 4.7
Rasio Basic earning Power
(Disajikan dalam rupiah)
Tahun Laba sebelum Pajak Total Aktiva Rasio
2003 109.050.000 76.447.516.000 0,14 %
2004 316.508.000 75.818.720.000 0,42 %
2005 523.790.000 65.983.996.000 0,79 %
Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Tabel 4.7 ini menunjukkan bahwa rasio Basic Earning Power pada perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya walaupun dalam skala kecil. Dan ini berarti bahwa kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dapat diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva sudah baik. Dimana rasio ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio maka semakin akan bagus.
(64)
2. Kecukupan Modal Kerja Perputaran Modal Kerja
Berdasarkan laporan keuangan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, maka perputaran modal kerja pada perusahaan dapat disajikan dalam Tabel 4.8, yang diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Working Capital Turnover =
HL -AL
Bersih Penjualan
x 100 %
Dengan menggunakan rumus tersebut maka perputaran modal kerja pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, dapat dihitung dan hasilnya dapat disajikan dalam Tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Perputaran Modal Kerja (Disajikan Dalam Rupiah)
Tahun Penjualan Bersih
Aktiva Lancar Hutang Lancar Perputaran Modal 2003 30.269.532.000 40.130.857.000 41.590.062.000 2074,39% 2004 33.787.626.000 39.196.204.000 59.375.490.000 167,44% 2005 57.324.790.000 44.305.656.000 32.425.450.000 402,52%
Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.8 perputaran modal kerja pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, total persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi pada akhir bulan buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan suku cadang. Persediaan hasil produksi yang
(65)
dikategorikan sebagai persediaan adalah perumahan yang dimaksudkan untuk dijual.
Tahun 2003 rasio modal kerja perusahaan tersebut mencapai 20,74 kali, dalam arti bahwa modal kerja berputar sebanyak 20,74 kali dalam satu tahun atau satu periode dana untuk menghasilkan penjualan pada tahun tersebut atau modal kerja yang ada mampu berputar sebanyak 20,74 kali untuk mencapai penjualan sebesar Rp30.269.532.000. Pada tahun 2004 rasio modal kerja perusahaan tersebut mencapai 1,67 kali dalam arti bahwa modal kerja berputar sebanyak 1,67 kali dalam satu tahun atau satu periode dana untuk menghasilkan penjualan pada tahun tersebut atau modal kerja yang ada mampu berputar sebanyak 1,67 kali untuk mencapai penjualan sebesar Rp33.787.626.000.
Tahun 2005 rasio modal kerja perusahaan tersebut mencapai 4,03 kali dalam arti bahwa modal kerja berputar sebanyak 4,03 kali dalam satu tahun atau satu periode dana untuk menghasilkan penjualan pada tahun tersebut atau modal kerja yang ada mampu berputar sebanyak 4,03 kali untuk mencapai penjualan sebesar Rp 57.324.790.000.
Dilihat dari rasio perputaran modal kerja, maka terlihat bahwa Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, diharapkan dapat meningkatkan kegiatan kegiatan operasional perusahaannya. Tetapi terlihat pada Tabel 4.8 perputaran modal kerja mengalami masalah dimana tahun 2004 dan tahun 2005 mengalami penurunan perputaran modal kerja dibandingkan pada tahun 2003. Hal ini berarti bahwa perusahaan belum mampu untuk menggunakan perputaran modal kerjanya. Hal ini harus segera diatasi oleh perusahaan. Rasio-rasio profitabilitas yang baik
(66)
akan membuat perusahaan memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan keuntungan.
(67)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, dengan menggunakan rasio-rasio modal kerja sebagai dasar penentuan sumber pembiayaan perusahaan, maka pada bab ini penulis mencoba untuk menarik beberapa kesimpulan serta memberikan saran kepada pihak manajemen Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, yang mungkin berguna untuk meningkatkan kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil berdasarkan hasil analisis dan evaluasi pada bab sebelumnya adalah :
1. Posisi keuangan perusahaan pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, menunjukkan kondisi yang belum efektif, terutama dilihat dari kondisi rasio profitabilitas perusahaan pada tahun 2003. Sedangkan pada tahun 2004 kondisi rasio profitabilitas perusahaan sudah cukup efektif dibandingkan tahun 2003 dan tahun 2005.
2. Posisi keuangan Perum Perumnas Cabang sumut II Medan, apabila dilihat dari kecukupan modal kerjanya, dan perputaran modal kerjanya, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja perusahaan belum efektif dan perlu
(68)
ditingkatkan. Hal ini terlihat dari perputaran modal kerjanya yang semakin menurun dari tahun 2003 sampai tahun 2005.
B. SARAN
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka penulis ingin mencoba memberikan beberapa saran yang dapat membangun atau bermanfaat bagi perusahaan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, sebagai salah satu perusahaan besar yang sangat membutuhkan manajemen modal kerja yang baik demi peningkatan kualitas perusahaan dan dapat beroperasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan, yaitu :
1. Sebaiknya perusahaan dapat mendayagunakan dana yang menganggur (idle money) untuk meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan laba. Over idle money dalam kas dan bank ini dapat diatasi dengan cara mengalokasikan dana ini pada bentuk-bentuk investasi lain yang lebih menguntungkan.
2. Meningkatkan penjualan dan melakukan pengurangan biaya-biaya yang tidak perlu atau efisiensi biaya-biaya operasional perusahaan, sehingga dana yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan laba, dan pada masa yang akan datang perusahaan dapat terhindar dari adanya penurunan modal kerja yang terjadi pada tahun 2003 dan tahun 2004, dibandingkan dengan tahun 2005.
(69)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal, 2001, Dasar-dasar Managemen Keuangan, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang (UMM Press), Malang.
Azwar, Syaifuddin, 2004, Metode Penelitian, Cetakan Pertama, Penerbit Pustaka Pelajar, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 2001, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Lubis, Nita, 2004, Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi KeuanganPerusahaan, Skripsi, USU, Medan
Prawirosentono, Suyadi, 2002, Pengantar Bisnis Modern; Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuantitatif, Cetakan Pertama, Penerbit PT Bumi Aksara, Yogyakarta.
Ps, Djarwanto, 2002, Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi 2, Cetakan Pertama Penerbit Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kesatu, Cetakan Kedua, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sawir, Agnes, 2005, Analisa Kinerja Keuangan dan Pembelanjaan Perusahaan, Cetakan Kelima, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kelima, CV Alfabeta, Bandung.
Syahyunan, 2004, Managemen Keuangan I; Perencanaan, Analisis dan PengendalianKeuangan, Terbitan Pertama, USU Press, Medan.
(1)
dikategorikan sebagai persediaan adalah perumahan yang dimaksudkan untuk dijual.
Tahun 2003 rasio modal kerja perusahaan tersebut mencapai 20,74 kali, dalam arti bahwa modal kerja berputar sebanyak 20,74 kali dalam satu tahun atau satu periode dana untuk menghasilkan penjualan pada tahun tersebut atau modal kerja yang ada mampu berputar sebanyak 20,74 kali untuk mencapai penjualan sebesar Rp30.269.532.000. Pada tahun 2004 rasio modal kerja perusahaan tersebut mencapai 1,67 kali dalam arti bahwa modal kerja berputar sebanyak 1,67 kali dalam satu tahun atau satu periode dana untuk menghasilkan penjualan pada tahun tersebut atau modal kerja yang ada mampu berputar sebanyak 1,67 kali untuk mencapai penjualan sebesar Rp33.787.626.000.
Tahun 2005 rasio modal kerja perusahaan tersebut mencapai 4,03 kali dalam arti bahwa modal kerja berputar sebanyak 4,03 kali dalam satu tahun atau satu periode dana untuk menghasilkan penjualan pada tahun tersebut atau modal kerja yang ada mampu berputar sebanyak 4,03 kali untuk mencapai penjualan sebesar Rp 57.324.790.000.
Dilihat dari rasio perputaran modal kerja, maka terlihat bahwa Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, diharapkan dapat meningkatkan kegiatan kegiatan operasional perusahaannya. Tetapi terlihat pada Tabel 4.8 perputaran modal kerja mengalami masalah dimana tahun 2004 dan tahun 2005 mengalami
(2)
akan membuat perusahaan memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan keuntungan.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, dengan menggunakan rasio-rasio modal kerja sebagai dasar penentuan sumber pembiayaan perusahaan, maka pada bab ini penulis mencoba untuk menarik beberapa kesimpulan serta memberikan saran kepada pihak manajemen Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, yang mungkin berguna untuk meningkatkan kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil berdasarkan hasil analisis dan evaluasi pada bab sebelumnya adalah :
1. Posisi keuangan perusahaan pada Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, menunjukkan kondisi yang belum efektif, terutama dilihat dari kondisi rasio profitabilitas perusahaan pada tahun 2003. Sedangkan pada tahun 2004 kondisi rasio profitabilitas perusahaan sudah cukup efektif dibandingkan tahun 2003 dan tahun 2005.
(4)
ditingkatkan. Hal ini terlihat dari perputaran modal kerjanya yang semakin menurun dari tahun 2003 sampai tahun 2005.
B. SARAN
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka penulis ingin mencoba memberikan beberapa saran yang dapat membangun atau bermanfaat bagi perusahaan Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan, sebagai salah satu perusahaan besar yang sangat membutuhkan manajemen modal kerja yang baik demi peningkatan kualitas perusahaan dan dapat beroperasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan, yaitu :
1. Sebaiknya perusahaan dapat mendayagunakan dana yang menganggur (idle money) untuk meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan laba. Over idle money dalam kas dan bank ini dapat diatasi dengan cara mengalokasikan dana ini pada bentuk-bentuk investasi lain yang lebih menguntungkan.
2. Meningkatkan penjualan dan melakukan pengurangan biaya-biaya yang tidak perlu atau efisiensi biaya-biaya operasional perusahaan, sehingga dana yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan laba, dan pada masa yang akan datang perusahaan dapat terhindar dari adanya penurunan modal kerja yang terjadi pada tahun 2003 dan tahun 2004, dibandingkan dengan tahun 2005.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal, 2001, Dasar-dasar Managemen Keuangan, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang (UMM Press), Malang.
Azwar, Syaifuddin, 2004, Metode Penelitian, Cetakan Pertama, Penerbit Pustaka Pelajar, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 2001, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Lubis, Nita, 2004, Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi KeuanganPerusahaan, Skripsi, USU, Medan
Prawirosentono, Suyadi, 2002, Pengantar Bisnis Modern; Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuantitatif, Cetakan Pertama, Penerbit PT Bumi Aksara, Yogyakarta.
Ps, Djarwanto, 2002, Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi 2, Cetakan Pertama Penerbit Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kesatu, Cetakan Kedua, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sawir, Agnes, 2005, Analisa Kinerja Keuangan dan Pembelanjaan Perusahaan, Cetakan Kelima, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kelima, CV Alfabeta, Bandung.
Syahyunan, 2004, Managemen Keuangan I; Perencanaan, Analisis dan PengendalianKeuangan, Terbitan Pertama, USU Press, Medan.
(6)
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Perum Perumnas Cabang Sumut II Medan
General Manager DEPUTY GM
BAG PERENCANAAN & PERTANAHAN
BAG PRODUKSI PENGELOLAAN & PEREMAJAAN LINGKUNGAN BAG PEMASARAN BAG KEUANGAN SUBAG PERENCANAAN SUBAG PERTANAHAN SUBAG PERENCANAAN SUBAG PERENCANAAN SUBAG PEMASARAN SUBAG PEMASARAN SUBAG DANA SUBAG AKUNTANSI SUBAG PUKK SUBAG PROGRAM USAHA DATA &
INFORMASI SUBAG UMUM PERLENGKAPAN & KEARSIPAN SUBAG HUKUM SUBAG