BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Lansia
2.1.2. Pengertian Lansia
Lansia merupakan masa dewasa akhir yang dimulai pada usia 60-an hingga 120-an, memiliki rentang kehidupan yang paling panjang dalam periode
perkembangan Santrock, 2002. Menurut Papalia 2008 pada masa ini terjadi penuaan primer yaitu proses kemunduran tubuh yang bersifat gradual dan tidak
terhindarkan sepanjang rentang usia. Selain itu juga terjadi penuaan sekunder yaitu proses penuaan yang terjadi akibat penyakit atau tidak menjaga tubuh
dengan baik, yang sebenarnya dapat dicegah sebelum terjadi. Busse, 1987; dalam Papalia, 2008
Di Indonesia batasan usia lansia menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia adalah 60 tahun ke atas. Sedangkan Santrock
2002 membagi masa dewasa akhir dibagi menjadi 2 sub-periode yaitu orang tua muda usia tua dari 65-74 tahun dan orang tua yang tua usia tua akhir 75 tahun
ke atas. Papalia 2008 membagi kelompok lansia menjadi 3 kelompok yaitu lansia
muda young old antara 65-74 tahun, lansia tua old-old berusia antara 75-84 tahun, sedangkan lansia tertua oldest old berusia 85 tahun ke atas. Akan tetapi
dilihat secara usia fungsional Papalia 2008 membedakannya menjadi 2 yaitu lansia muda young old adalah lansia yang masih aktif, sehat, dan bugar.
Sedangkan lansia tua old-old dan lansia tertua oldest old adalah lansia yang cenderung lemah, tidak bugar serta memiliki kesulitan dalam mengelola aktivitas
sehari-hari. Dari penjelasan di atas, batasan usia lansia yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
l
ansia yang sehat berumur 60-75 tahun sesuai Undang- Undang No. 13 tahun 1998 mengenai kesejahteraan usia lanjut bahwa batasan usia
lansia di atas 60 tahun baik pria maupun wanita, yang tinggal di panti werdha binaan Kementerian Sosial wilayah Jakarta Selatan.
2.1.2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
Menurut Papalia 2008 perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya ialah :
1. Perubahan Fisik Perubahan fisik yang bisa dapat dilihat secara langsung adalah bagian luar
tubuh. Salah satunya kulit yang sudah menua terlihat memucat dan kurang elastis, seiring dengan mengkerutnya lemak dan otot kulit tersebut dapat
menjadi mengkerut. Selain itu, rambut menjadi putih dan semakin tipis disertai dengan rambut-rambut pada bagian tubuh lainnya makin jarang.
Banyak juga para lansia yang menjadi semakin kecil dan bungkuk dikarenakan melemahnya tulang vertebrae.
Perubahan yang tidak terlalu tampak secara kasat mata yang terjadi pada organ dalam sistem tubuh adalah :
Otak dan Sistem Saraf
Setelah usia 30 tahun, otak akan kehilangan beratnya secara sedikit demi sedikit, kemudian menjadi cepat. Pada usia 90 tahun, otak kehilangan 10
persen dari beratnya karena mengecilnya neuron sel saraf di cerebral cortex. Ukuran neuron yang mengecil karena seiring bertambahnya usia
paling cepat terjadi pada frontal cortex, yang merupakan bagian penting dari fungsi kognitif dan ingatan. Hal ini merupakan penyebab menurunnya
daya ingat pada lansia. Fungsi Sensoris dan Psikomotoris
Kerusakan pada fungsi ini dan cenderung lebih parah terjadi pada kelompok lansia tua old-old. Kerusakan-kerusakan yang terjadinya
diantaranya adalah:
o Penglihatan menjadi terganggu dikarenakan hilangnya sensitivitas
penglihatanan sehingga menyebabkan kesulitan dalam membaca sesuatu yang halus atau melihat cetakan yang amat halus. Selain itu,
dikarenakan berkurangnya cahaya yang masuk ke mata, lebih sensitif terhadap kilauan, pemrosesan visual yang lambat sehingga reaksi dalam
melihat sesuatu menjadi lambat. o
Kerusakan lainnya terjadi pada pendengaran yang disebabkan oleh presbycusis yaitu menurunnya kemampuan mendengar suara bernada
tinggi yang berkaitan dengan usia O’Neil, 1999; dalam Papalia, 2008. Hal ini berakibat lansia menjadi sulit untuk mendengar perkataan orang
lain terutama jika ada suara lain yang berasal dari radio, televisi, atau beberapa orang berbicara bersamaan. Penyebab lain menurunnya fungsi
pendengaran dikarenakan merokok, sebelumnya pernah terkena infeksi telinga, keracunan bahan kimia dalam jangka waktu cukup lama, dan
lain-lain Desai, 2001; dalam Papalia, 2008. Berkurangnya fungsi pendengaran memberikan pengaruh secara psikologis pada lansia yaitu
adanya kesalahan persepsi sehingga mereka menjadi cepat marah, mudah terganggu, absentminded pelupa, linglung, melamun. Dalam
hal ini, pria lebih berpeluang besar menderita masalah pendengaran dibandingkan wanita.
o Rasa dan bau, kehilangan kedua indra ini merupakan bagian normal
dari proses penuaan. Hal-hal lain yang dapat menyebabkan hilangnya rasa dan bau adalah berbagai macam penyakit yang diderita, obat-
obatan, operasi bedah, atau keracunan materi-materi yang berada di lingkungan sekitar. Ketika para lansia mengeluh mengenai makanan
mereka yang tidak terasa enak lagi biasanya terjadi karena ujung perasa di lidah menjadi lebih sedikit atau penerima rasa di lidah tidak bekerja
dengan benar. Hal tersebut juga bisa disebabkan rusaknya struktur otak di bagian olfactory bulb yaitu organ otak yang bertanggung jawab
terhadap penciuman dan bau Schiffman, 1997; dalam Papalia, 2008. Dalam hal ini, wanita lebih baik dalam mempertahankan indra perasa
dan pembaunya dibandingkan pria Ship Weiffenbach, 1993; dalam Papalia, 2008.
o Kekuatan, daya tahan, dan keseimbangan. Kekuatan yang dimiliki
lansia sudah banyak jauh berkurang dibandingkan ketika mereka masih muda. Sehingga kemampuannya terbatas dalam menjalani aktivitas
yang berkaitan dengan daya tahan tubuh dan untuk membawa beban berat. Biasanya ketika mencapai usia 70 tahun, 10-20 kekuatan akan
berkurang terutama pada otot tubuh bagian bawah. Hal tersebut membuat para lansia cenderung lebih besar untuk jatuh dan patah
tulang. Selain itu, alasan lain mengapa lansia lebih rapuh dan mudah jatuh, karena adanya penurunan sel reseptor yang memberikan
informasi kepada otak mengenai posisi tubuh dalam ruangan yang dibutuhkan guna mempertahankan keseimbangan.
Fungsi Seksual
Perubahan seksual lebih terlihat pada pria, dimana pria membutuhkan waktu lebih lama untuk ereksi dan ejakulasi serta membutuhkan stimulasi
manual yang lebih banyak. Bagi wanita sendiri, ketika memasuki usia lanjut gairah seksual menjadi berkurang.
2. Kesehatan Fisik dan Mental Ketika seseorang semakin tua, mereka cenderung atau berpotensi
mengalami masalah kesehatan yang berkaitan dengan ketidakberfungsian. Dalam kasus lansia kondisi kronis ketidakberdayaan fisik dan kehilangan
kemampuan untuk menyembuhkan diri, sehingga penyakit atau cedera ringan dapat memberikan dampak yang serius. Ada beberapa penyakit
yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental pada lansia, diantaranya ialah :
Arthritis Radang Sendi
Arthritis atau paling sering disebut dengan radang sendi adalah kondisi kesehatan kronis yang paling umum dialami oleh para lansia. Gangguan
ini menyebabkan rasa sakit dan ketidakmampuan untuk bergerak, seringkali disertai dengan peradangan sendi. Bagian yang terparah dari
arthritis ini disebut dengan osteoarthritis atau penyakit degenaratif sambungan
sendi. Pada
umumnya osteoarthritis
mempengaruhi sambungan weight bearing pada bagian pinggul dan lutut. Selain itu, juga
mempengaruhi rheumatoid arthritis yang berakibat kesulitan bergerak dan secara progresif menghancurkan jaringan sambungan.
Penyakit Alzheimer
Penyakit ini merupakan penyakit paling umum dan paling ditakuti di kalangan lansia terutama di negara maju. Penyakit ini secara perlahan
merampas kecerdasan,
kesadaran, bahkan
kemampuan untuk
menggerakkan fungsi tubuh dan akhirnya membunuh si penderita. Penyakit Alzheimer biasanya mulai pada usia 60-an dan risikonya
meningkat secara dramatis seiring dengan bertambahnya usia. Gejala awal yang menonjol adalah ketidakmampuan mengingat peristiwa yang baru
saja terjadi atau menyerap informasi baru. Setelah itu, muncul simtom- simtom seperti mudah marah, gelisah, depresi, delusi, delirium gangguan
mental akut, dan melamun.
Akibatnya, memori jangka panjang, konsentrasi penilaian, orientasi, dan kemampuan berbicara menjadi rusak. Selain itu, keterampilan yang
dimiliki hilang, tidak mengenali anggota keluarga, tidak dapat makan kecuali dengan bantuan, tidak dapat mengontrol usus besar dan kandung
kemih, dan kehilangan kemampuan berjalan, duduk, serta menelan makanan padat. Biasanya kematian akan muncul dalam delapan hingga
sepuluh tahun, setelah gejala penyakit tersebut muncul. Depresi
Depresi yang maksud di sini adalah gangguan otak yang disebabkan karena lansia merasa tertekan dan adanya penurunan baik secara fisik
maupun emosional. Depresi ini seringkali dianggap remeh karena dianggap sebagai hal yang wajar dalam proses penuaan. Hal-hal lain yang
dapat memicu depresi yaitu kurangnya olahraga, terjadi peristiwa yang membuat lansia menjadi tertekan, kesendirian, dan penggunaan obat-
obatan tertentu. Beberapa cara untuk mengatasi depresi ini dengan dukungan yang kuat dari keluarga dan teman, psikoterapi perilaku
kognitif, terapi interpersonal, obat antiderpressant dapat mengembalikan keseimbangan kimia dalam otak, dan terapi electroconvulsive ECT untuk
kasus yang berat.
2.1.3. Lansia di Panti Werdha