Fungsi Kulit Lapisan Kulit

2.1.4 Penyebab Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan karena paparan sumber panas seperti api, benda panas, air panas, dan bahan kimia. 3,19 Secara garis besar, luka bakar dapat disebabkan karena:  Api atau benda panas: 1. Paparan api langsung: Terdapat paparan langsung antara kulit dengan api yang menimbulkan cedera langsung pada area tubuh yang mengalami luka. 2. Paparan benda panas: Terdapat paparan langsung antara bagian kulit yang terkena dengan benda panas, yang menyebabkan adanya luka bakar terbatas pada area tubuh yang mengalami paparan. 3,19  Air panas atau bahan kimia: 1. Terdapat paparan langsung antara kulit dengan air panas yang dipengaruhi oleh suhu air panas dan lamanya kontak dengan kulit sehingga menimbulkan cedera pada area tubuh yang mengalamai paparan. 2. Terdapat paparan langsung antara kulit dengan bahan kimia yang dipengaruhi oleh jenis zat kimia dan lamanya kontak dengan kulit. 3,19  Uap panas dan gas panas: Luka bakar karena uap dan gas panas sering terjadi pada daerah industri atau pabrik yang terdapat mesin-mesin penghasil uap dan gas panas. Uap dan gas panas yang terhirup oleh hidung dapat menimbulkan cedera luas pada saluran pernapasan. 3,19

2.1.5 Derajat Luka Bakar

Luka bakar dapat di golongkan menjadi beberapa derajat, tergantung dari kedalaman jaringan yang mengalami luka, yaitu 20,21 :  Derajat I: Pada luka derajat I, kerusakan atau kehilangan jaringan hanya terjadi pada bagian permukaan kulit, yaitu pada bagian epidermis. Pada saat terjadi luka bakar derajat I, kulit akan terlihat kemerahan, tidak terdapat bula dan sedikit nyeri. Luka bakar ini dapat sembuh dalam waktu 7 hari.  Derajat II: Pada luka derajat II, kerusakan atau kehilangan jaringan terjadi pada bagian epidermis dan juga dermis. Pada saat terjadi luka bakar derajat II, kulit akan terdapat bula, sedikit edem dan terasa nyeri berat. Luka bakar ini dapat sembuh dalam waktu 21 hari.  Derajat III: Pada luka derajat III, kerusakan atau kehilangan jaringan terjadi pada seluruh bagian kulit yaitu bagian epidermis, dermis, dan jaringan hipodermis. Pada luka bakar derajat III, kulit mengalami kerusakan yang cukup luas.. Gejala pada luka ini tidak memiliki bula ataupun rasa nyeri. Untuk menumbuhkan kembali lapisan kulit yang mengalami luka bakar derajat III, perlu dilakukan pencangkokan kulit.

2.1.6 Jaringan Granulasi

Jaringan granulasi merupakan jaringan ikat dengan vaskularisasi yang banyak. Jaringan ini terbentuk secara normal saat kulit mengalami luka yang secara perlahan membantu proses penyembuhan luka. Pada bagian kulit yang mengalami luka akan terbentuk jaringan granulasi yang terdiri atas peningkatan jumlah sel fibroblas, penebalan deposit kolagen dan pembentukan pembuluh darah baru. 15 Sel fibroblas adalah unsur utama dalam proses penyembuhan luka di bagian kulit. Pada pembentukan jaringan granulasi, sel fibroblas akan masuk kedalam luka dan secara perlahan membantu proses penyembuhan pada bagian kulit yang mengalami kerusakan. Pada saat terjadi luka, sel inflamasi secara normal juga akan muncul pada pembentukan jaringan granulasi sebagai respon yang ditimbulkan akibat adanya luka. Pada pembentukan jaringan granulasi juga akan terjadi perbaikan sel endotel pembuluh darah yang rusak, untuk kemudian digantikan dengan pembuluh darah yang baru. Sehingga sirkulasi darah pada jaringan yang rusak bisa kembali normal. 15

2.1.7 Proses Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka merupakan proses ketika jaringan mengalami perbaikan yang terdiri dari proses yang kompleks. Penyembuhan luka dimulai dengan adanya reaksi inflamasi, kemudian diikuti dengan proses terjadinya infiltrasi antara sel epitel, sel endotel, sel fibroblas dan sel inflamasi yang secara perlahan-lahan memperbaiki fungsinya untuk kembali normal. 22 Penyembuhan pada kulit yang mengalami luka dibagi menjadi 3 fase, yaitu: 1.Fase Inflamasi Fase inflamasi dimulai ketika kulit mengalami paparan pertama kali dengan agen yang menyebabkan terjadi luka pada kulit. Pada fase ini terdapat dua tahapan yang akan terjadi, yaitu fase vaskular dan fase selular. Pada fase vaskular akan dimulai dengan terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, fase ini terjadi untuk memperlambat aliran darah agar tidak sampai ke bagian kulit yang mengalami luka, sehingga nantinya akan terjadi pembekuan darah atau koagulasi. 22 Setelah terjadi koagulasi darah, selanjutnya akan muncul mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin dan serotonin yang kemudian berikatan dengan protein pengikat seperti fibrinogen.Yang nantinya dengan bantuan trombin fibrinogen akan dirubah menjadi benang-benang fibrin yang secara perlahan akan membentuk bekuan pada bagian kulit yang terkena luka. 22 Selanjutnya pada fase inflamasi juga terdapat fase selular, pada fase ini leukosit, neutrofil dan monosit akan menuju ke bagian kulit yang mengalami luka, yang sebelumnya pada luka tersebut sudah terjadi bekuan oleh fibrin. Neutrofil nantinya akan mengeluarkan zat sitokin sebagai sinyal kemoktasis untuk menarik sel-sel leukosit lain agar berpindah ke bagian kulit yang mengalami luka untuk mencegah terjadinya infeksi pada daerah luka. Kemudian monosit akan berubah menjadi makrofag yang berguna untuk membersihkan debris-debris yang terdapat pada luka yang disebabkan oleh agen penyebab luka. 22 2.Fase Proliferasi Fase proliferasi terjadi setelah agen penyebab luka sudah dihilangkan dan tidak ada infeksi pada daerah luka. Selanjutnya pada fase ini akan terjadi pembentukan jaringan granulasi pada bagian luka. Pada pembentukan jaringan granulasi akan terjadi peningkatan jumlah sel fibroblas dan pembentukan pembuluh darah baru. Sel fibroblas akan mengalami proliferasi karena adanya bantuan dari matriks ektraseluler berupa fibronektin dan sitokin, kemudian sel-sel fibroblas yang telah berproliferasi akan menuju ke permukaan luka yang sebelumnya sudah terjadi pembekuan oleh benang- benang fibrin pada fase inflamasi. 22 Pada fase proliferasi, secara perlahan sel fibroblas yang terdapat pada permukaan luka juga akan menghasilkan serat kolagen baru. Serat kolagen yang memiliki bentuk tidak beraturan akibat kulit mengalami luka nantinya akan dihancurkan dan kemudian digantikan dengan serat kolagen yang baru. Tetapi jumlah kolagen yang dihasilkan tidak akan berlebihan, melainkan hanya akan dibutuhkan secukupnya, menyesuaikan dengan seberapa luas luka yang terbentuk. Serat kolagen yang terbentuk nantinya akan menutup bagian permukaan kulit yang mengalami luka yang diperkuat perlekatannya oleh bantuan fibronektin. Pada fase proliferasi juga akan terjadi pembentukan pembuluh darah baru yang terbentuk karena bantuan dari VEGF Vascular Endothelial Growth Factor. 22 3.Fase Maturasi Fase ini adalah tahap akhir pada saat proses penyembuhan luka. Setelah jaringan granulasi terbentuk pada fase proliferasi, nantinya jaringan granulasi tersebut akan berubah menjadi jaringan parut. Pada fase ini sel-sel epitel permukaan dibagian tepi dari luka secara perlahan akan melakukan regenerasi. Kemudian jaringan parut dibawah permukaan luka akan mengalami pematangan dan secara bersamaan sel-sel epitel yang rusak bisa kembali normal dan kulit yang mengalamai luka dapat kembali sembuh. 22,23

2.1.8 Tujuan Pengobatan Luka Bakar

 Menghambat dan mencegah masuknya bakteri ke dalam jaringan yang mengalami luka seminimal mungkin.  Menjaga pembentukan sel epitel dan jaringan granulasi yang terbentuk pada kulit yang mengalami luka bakar.  Mempercepat proses penyembuhan dan memperkuat jaringan yang mengalami luka bakar. 19 2.1.9 Ekstrak dan Ekstraksi 2.1.9.1 Ekstrak Ekstrak adalah bentuk sediaan pekat dari suatu simplisia atau suatu bahan yang di ekstraksi yang berasal dari proses penyaringan dengan menggunakan bantuan pelarut yang telah disesuaikan. Hasil campuran simpilisia dan pelarut

Dokumen yang terkait

Penganrh Salep Ekstrak I)aun Binahong (Anredera cordifulia (Tenore) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Luka Bakar Tikus Sprngue dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi

1 19 89

Uji aktivitas ekstrak Etanol 70% daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi dengan Kafeina

1 42 73

Pengaruh salep ekstrak daun binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi epidermis pada luka bakar tikus sprague dawley: studi pendahuluan lama paparan 10 detik dengan plat besi

1 14 63

Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Re-Epitelisasi Pada Luka Bakar Tikus Sprague dawley (Sudi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi

3 33 70

Pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi pada luka bakar tikus sprague dawley : studi pendahuluan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi

0 20 70

Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong : Anredera cordifolia : TENORE STEENIS Terhadap Reduksi Luas Permukaan Luka Bakar Pada Tikus Sprague dawley

1 18 65

Efektifi tas Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap Proses Penyembuhan Luka Bakar Derajat 2 Termal pada Tikus Putih (Rattus Novergicus)

0 10 13

UJI AKTIFITAS SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA BAKAR PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI.

0 1 20

PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG MENGALAMI LUKA BAKAR

0 2 83

UJI POTENSI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENINGKATAN KETEBALAN JARINGAN GRANULASI DAN WAKTU PENYEMBUHAN LUKA BAKAR TIKUS

0 0 17