Pengaruh Aktivitas Ekonomi (Pedagang ) Pajak USU Terhadap Kunjungan Para Pelajar Di Medan

(1)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGARUH AKTIVITAS EKONOMI (PEDAGANG) PAJAK USU TERHADAP KUNJUNGAN PARA PELAJAR DI MEDAN

SKRIPSI Diajukan oleh:

RAHMAYANI BUTAR-BUTAR DEPARTEMEN SOSIOLOGI

060901021

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAKSI

Pelajar ke pajak USU atas dasar beberapa indikasi yang melatar belakangi pelajar ke pajak USU seperti perbandingan harga, kepuasaan, hubungan sosial dan hanya untuk berkunjung. Indikasi tersebut, yang saling berhubungan yang dijabarkan dengan gambaran Perbandingan harga : bagi para pelajar yang datang ke pajak USU menganggap bahwa harga yang ditawarkan jauh lebih murah dari harga mall, swalayan, plaza-plaza. Kepuasaan : Melalui proses tawar-menawar yang berlaku di pajak USU pelajar melakukan proses tawar-menawar dengan pedagang agar harga yang atas suatu barang yang diperoleh lebih murah. Hubungan sosial : Hubungan langganan yang terbentuk dari kepercayaan kedua belah pihak di mana antara pedagang dan pelajar dapat mengarah ke hubungan sosial yang lebih kuat. Hanya untuk berkunjung: Pelajar yang datang ke pajak USU tanpa mempunyai tujuan untuk melakukan pembelian terhadap sesuatu barang atau jasa. Pelajar ini adalah pelajar yang menghabiskan waktu luangnya ke pajak USU. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas ,maka penulis merumuskan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah aktivitas perdagangan di pajak USU berpengaruh terhadap kunjungan para pelajar dalam berbelanja?.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Lokasi yang digunakan adalah pajak USU yang berlokasi dikampus Universitas Sumatera Utara. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak kurang lebih 400 orang setiap hari. Jumlah sampel yang diambil adalah 10 % dari populasi. Maka sampel yang digunakan untuk peneliti adalah sebanyak 40 orang. Adapun tujuan penelitian ini adalah Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh aktivitas perdagangan pajak USU terhadap kunjungan para pelajar di Medan.

Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa Karakteristik responden dalam penelitian pada umumnya jenis kelamin mendominasi perempuan (65%), tingkat pendidikan yang lebih mendominasi adalah SMA (57,5%) , sementara usia responden yang mendominasi 16-18 (65%). Variabel aktivitas variabel aktivitas pedagang adalah 3,123 dan nilai ttabel bernilai sehingga thitung > ttabel (3,123 >2,042) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel aktivitas pedagang berpengaruh positif dan signifikan (0,003 < 0,05) secara parsial terhadap kunjungan para pelajar di Medan sementara pada variabel daya tarik adalah dan nilai ttabel yang bernilai 2,837 sehingga dapat disimpulkan bahwa daya tarik berpengaruh positif dan signifikan (0,007 < 0,05) secara parsial terhadap kunjungan para pelajar di Medan. Berdasarkan uji Fhitung maka diperoleh hasil bahwa nilai Fhitung = 37,513 Karena tarif 5% pada (df) = 37 diketahui Ftabel =3.27 sedangkan Fhitung yang diperoleh 37.513. dengan demikian Fhitung > Ftabel (37.513> 3.27) jadi hipotesa diterima. pada tingkat

kesalahan α = 5% nilai Fhitung tersebut signifikan. Melalui identifikasi determinan, didapat nilai R Square sebesar 0,670 yang artinya bahwa pengaruh variabel aktivitas perdagangan terhadap kunjungan para pelajar di Medan sebesar 65,2% dan sisanya 34.8% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang tidak di teliti dalam penelitian.


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis banyak memperoleh kemudahan untuk menyelesaikan penulisan skripsi inidan tidak lupa pula penulis sampaikan shalawat berangkaikan salam pada junjungan dan suri tauladan Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Amin ya robbil alamiin.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di fakultas ilmu sosial dan politik dengan memilih judul “pengaruh

aktivitas ekonomi (pedagang ) pajak USU terhadap kunjungan para pelajar di

Medan”.

Penulis banyak menerima tuntutan, bantuan dan petunjuk serta motivasi dan berbagai pihak. Menyadari hal tersebut, maka kesempatan ini penulis menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

kepada:

1. Bapak prof. Dr. Badaruddin, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik dan sekaligus sebagai ketua Departemen Sosiologi

2. Ibu Dra. Rosmiani, MA, selaku sekretaris Departemen Sosiologi, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Sismudjito, M.Si Selaku dosen pembimbing yang telah banyak memmbantu dan membimbing penulis selam mengerjakan skripsi ini.


(4)

4. Kepada seluruh dosen sosiologi dan dosen Fakutas ilmu sosial dan ilmu politik yang telah memberika materi selama penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pegawai di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik yang telah membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini dengan baik.

6. Kedua Orang Tuaku tercinta Ayahanda Jabbar Butar-butar S.Pd dan Ibunda Latifah Panjaitan. Sembah sujud dari Ananda dengan ketulusan hati dan rasa bakti yang tak’kan sirna. Semoga Allah SWT membalas dengan sebaik-baiknya untuk setiap butiran keringat dan untaian doa Ayahanda dan ibunda yang selalu mengiringi nafasku.

7. Seluruh keluarga besar Butar-butar yaitu kakanda Lina fanida Butar-butar AMK, Albert butar, Mukhlis Azwar butar, Yusri Akmal Butar-butar atas motivasinya yang selalu menanyakan kapan selesai kuliahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang ipar penulis Rahmat hidayat dan kakak ipar penulis Siti marhamah marpaung dan tak lupa pula atas ucapkan terima kasih kepada keponakan-ponakan penulis yang sudah bisa menghibur saya dikala saya sedih yaitu ridho almuhtadi, Annisa khumairah, Ferdinan Salim.

8. Teman –teman terbaik dan seperjuangan di sosiologi: Esha (ketter), tantri afsari Eka (ambo), Tuti herlinda (tukang tidur), Asma ( miss ring-ring), Dwi yuli, Yandi (der meyde ), Gibran, Fadli. Dan terima kasih kepada


(5)

teman-teman sosiologi 06 : Elin (ndut ), Lena, Riski, Irma, Rini, Lydia, Ryan, Regar, Haris, Afwan, Angga, Debora, Okto, Rosyanti, Vivi, Indah, Delpa, Uya, Wina, Melinda, Maya, Metha, Icha, Viana, Novi, Mita, Kiki, Friska, Ayis, Darma, Dila, Nidya, Doso, Teguh, Prabu, Ryandiko, Teo, Erick, Candra, James, Nalon, Tina, Rolas, Veni, Miranti, Fitri, Maradona dan makasih buat senior2 ku, dan junior ku sosiologi 07, 08, dan 09.

9. Teman teman terbaikku dari sekolah sampai sekarang Riza, dewi lubis, dewi susilawati, yetty, vivi, febri yang selalu memberikan penulis motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Dan terima kasih buat teman-teman kost penulis yuni adek ku, Krist, Nina, Nova terima kasih atas canda tawanya selama kita dikost 29.

Medan, Agustus 2010

penulis

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... v


(6)

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Tujuan Penelitian ... 6

I.4. Manfaat Penelitian ... 6

I.5. Kerangka Teori ... 7

1.5.1 Interaksi sosial ... 7

1.5.2 Daya tarik interpersonal 1.5.3 Kepercayaan ... 14

1.5.4 Keterlekatan ... 20

1.6. Hipotesis ... 23

1.7. Defenisi konsep ... 23

1.8. Defenisi operasional ... 25

1.9. Bagan defenisi operasional ... 27

BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Aktivitas pedagang pajak USU ... 28

2.2 Teori trust / kpercayaan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian ... …31

3.2 Lokasi penelitian ... …31

3.3 Populasi dan sampel ... …31

3.3.1 Populasi ...….31

3.3.2 Sampel ... …32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...….32

3.5 Teknik Analisis Data ...….33


(7)

3.5.2 Metode Analisis Kuantitatif ... …33

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

4.1.1 Sejarah Singkat Pajak USU ... 36

4.1.2 Tujuan Dan Manfaat Pajak USU ... 39

4.1.3 Perjalanan Pedagang Kaki Lima Pajak USU ... 41

4.1.4 Pelakasanaan Keamanan ... 42

4.1.5 Pelakasanaan Kebersihan ... 42

4.1.6 Gambaran Umum Pedagang ... 43

4.2 Analisis Deskriptif ... 46

4.2.1 Deskripsi Responden ... 46

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 47

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 48

4.3 Metode Analisis Statistik ... 49

4.3.1 Jawaban Responden Untuk Variabel Aktivitas Pedagang ... 49

4.3.2 Jawaban Responden Untuk Variabel Daya Tarik ... 53

4.3.3 Jawaban Responden Untuk Variabel Kunjungan Pelajar ... 56

4.4 Analisis Regresi Linear Berganda... 58

4.5 uji signifikan parsial (uji-t) ... 59

4.6 uji stimultan (uji-F) ... 62

4.7 uji koefesian determinan (R2) ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

Tabel 4.1 Data Pedagang Pajak USU ... 43

Tabel 4.2 karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 47

Tabel 4.3 karakteristik responden berdasarkan jenis usia ... 47

Tabel 4.4 karakteristik responden berdasarkan jenis pendidikan ... 48

Tabel 4.5 jawaban responden untuk variabel akrivitas pedagang ... 49

Tabel 4.5 jawaban responden untuk variabel daya tarik ... 53

Tabel 4.6 jawaban responden untuk kunjungan pelajar ... 56

Tabel 4.7 metode enter ... 58

Tabel 4.8 hasil uji thitung ... 59

Tabel 4.9 hasil uji fhitung ... 61

Tabel.4.10 hasil uji koefecian determinan ... 63

BAB I


(9)

ABSTRAKSI

Pelajar ke pajak USU atas dasar beberapa indikasi yang melatar belakangi pelajar ke pajak USU seperti perbandingan harga, kepuasaan, hubungan sosial dan hanya untuk berkunjung. Indikasi tersebut, yang saling berhubungan yang dijabarkan dengan gambaran Perbandingan harga : bagi para pelajar yang datang ke pajak USU menganggap bahwa harga yang ditawarkan jauh lebih murah dari harga mall, swalayan, plaza-plaza. Kepuasaan : Melalui proses tawar-menawar yang berlaku di pajak USU pelajar melakukan proses tawar-menawar dengan pedagang agar harga yang atas suatu barang yang diperoleh lebih murah. Hubungan sosial : Hubungan langganan yang terbentuk dari kepercayaan kedua belah pihak di mana antara pedagang dan pelajar dapat mengarah ke hubungan sosial yang lebih kuat. Hanya untuk berkunjung: Pelajar yang datang ke pajak USU tanpa mempunyai tujuan untuk melakukan pembelian terhadap sesuatu barang atau jasa. Pelajar ini adalah pelajar yang menghabiskan waktu luangnya ke pajak USU. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas ,maka penulis merumuskan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah aktivitas perdagangan di pajak USU berpengaruh terhadap kunjungan para pelajar dalam berbelanja?.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Lokasi yang digunakan adalah pajak USU yang berlokasi dikampus Universitas Sumatera Utara. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak kurang lebih 400 orang setiap hari. Jumlah sampel yang diambil adalah 10 % dari populasi. Maka sampel yang digunakan untuk peneliti adalah sebanyak 40 orang. Adapun tujuan penelitian ini adalah Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh aktivitas perdagangan pajak USU terhadap kunjungan para pelajar di Medan.

Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa Karakteristik responden dalam penelitian pada umumnya jenis kelamin mendominasi perempuan (65%), tingkat pendidikan yang lebih mendominasi adalah SMA (57,5%) , sementara usia responden yang mendominasi 16-18 (65%). Variabel aktivitas variabel aktivitas pedagang adalah 3,123 dan nilai ttabel bernilai sehingga thitung > ttabel (3,123 >2,042) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel aktivitas pedagang berpengaruh positif dan signifikan (0,003 < 0,05) secara parsial terhadap kunjungan para pelajar di Medan sementara pada variabel daya tarik adalah dan nilai ttabel yang bernilai 2,837 sehingga dapat disimpulkan bahwa daya tarik berpengaruh positif dan signifikan (0,007 < 0,05) secara parsial terhadap kunjungan para pelajar di Medan. Berdasarkan uji Fhitung maka diperoleh hasil bahwa nilai Fhitung = 37,513 Karena tarif 5% pada (df) = 37 diketahui Ftabel =3.27 sedangkan Fhitung yang diperoleh 37.513. dengan demikian Fhitung > Ftabel (37.513> 3.27) jadi hipotesa diterima. pada tingkat

kesalahan α = 5% nilai Fhitung tersebut signifikan. Melalui identifikasi determinan, didapat nilai R Square sebesar 0,670 yang artinya bahwa pengaruh variabel aktivitas perdagangan terhadap kunjungan para pelajar di Medan sebesar 65,2% dan sisanya 34.8% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang tidak di teliti dalam penelitian.


(10)

1.1. Latar Belakang

Pelajar adalah merupakan entitas sosial yang hidup dalam lingkungan yang kondusif dan ilmiah, pelajar adalah kaum atau generasi muda yang terdidik dan terpelajar. Kata pelajar diinterpretasikan menjadi tiga hal yaitu pertama, pelajar sebagai entitas sosial, kedua pelajar sebagai subyek pendidikan, kebudayaan dan subyek transformasi pendidikan dan kebudayaan serta ketiga kepelajaran sebagai intelektualisme. Pada hakikatnya pelajar sebagai entitas sosial, sesungguhnya mengandung makna sosial dan politis. Pertama, pelajar merupakan representasi dari lapisan sosial yang berjumlah massa sangat besar. Oleh karena jumlahnya yang begitu besar, keberadaan pelajar harus menjadi realitas yang diperhitungkan dalam pengambilan kebijakan sosial (public policy making) dibidang-bidang terkait. Kedua, pelajar merupakan gambaran dari generasi pemimpin umat dan bangsa pada masa yang akan datang. Secara politis, keberadaannya mewakili komunitas yang terdidik dan relatif berperadaban. Pelajar sebagai subjek pendidikan, artinya proses pembelajaran untuk melakukan rekayasa peradaban dapat dilakukan dengan konsep pendidikan yang mendewasakan yaitu memunculkan kesadaran akan hakikat diri dan kehidupan. Menjadikan pelajar sebagai subjek kebudayaan merupakan penegasan tentang perlunya menumbuhkan kesadaran kritis (critical consciousness) pada diri pelajar terhadap adanya kooptasi budaya massa (mass culture). Proses transformasi pendidikan dan kebudayaan dapat dilakukan secara efektif manakala dilakukan dengan pendekatan peer education (pendidikan sebaya) yaitu mereka yang memiliki


(11)

kedekatan psikologis dan intelektual, kesamaan identitas dan karakter serta mengandung teknik berbagi (sharing).

2010 pukul 10.20).

Sumatera utara sebagai salah satu provinsi dengan kota Medan sebagai ibu kotanya dan merupakan kota terbesar di pulau Jawa memiliki objek wisata yang menarik yang layak dikunjungi. Selain menjadi tempat wisata, berbagai kepantingan lain, seperti misalnya untuk melakukan kegiatan bisnis dan kunjungan kekeluargaan cukup banyak dilakukan di Sumatera utara. Di kota Medan banyak lingkungan yang di kunjungi pelajar sesuai dengan keinginan yang mereka inginkan, salah satu lingkungan yang sangat banyak di kunjungi para pelajar di kota medan seperti mall, swalayan, plaza. Tempat seperti ini dijadikan para pelajar seperti berbelanja seperti aksesoris, aneka alat tulis, baju-baju dan berbagai makanan dan minuman. Tetapi para pelajar di kota medan ini banyak juga yang mengunjungi pajak USU ( pajus ). Pajak USU merupakan salah satu pusat perbelanjaan pasar yang berada di lokasi kampus Universitas Sumatera Utara. Pada awalnya pajak USU merupakan kumpulan beberapa pedagang yang mendirikan tenda-tenda tempat untuk menjual berbagai makanan di bawah kebun kelapa sawit. Kemudian pajak USU di kelola lebih baik lagi oleh Universitas Sumatera Utara sehingga semakin berkembang sampai saat ini.


(12)

Pajak USU bisa dikatakan cukup terkenal sebagai tempat berbelanja Pajak yang satu ini sudah merambah ke mana-mana, tidak hanya di Universitas Sumatera Utara (USU), bahkan namanya populer ke pelosok Medan. Pajak USU ini memberikan semua kebutuhan para pelajar dan mahasiswa umum serta anak muda. Mulai dari alat tulis, pernak pernik, cetak foto digital, bikin pin, aksesoris HP, perlengkapan komputer, kontjo, tempat makan, dan banyak lagi. Para pedagang di pajak USU bukan hanya menjual berbagai macam barang saja tetapi menjual dagangan baik dari makanan dan minuman. Dengan beragamnya jenis barang dagangan di pajak USU ada beberapa pelajar mengatakan pada penulis bahwa lebih baik berbelanja barang-barang tertentu di pajak USU dibandingkan di Swalayan maupun di plaza-plaza karena harga yang yang diberikan para pedagang pajak USU jauh lebih murah dibandingkan di plaza maupun Swalayan dengan jenis kwalitas barang yang sama. Oleh karena itu konsumen yang berbelanja di pajak USU bukan hanya dari mahasiswa USU saja tetapi juga dari siswa SLTP, SMU dan mahasiswa perguruan tinggi yang lain.

Gambaran di atas merupakan alasan pelajar ke pajak USU. Atas dasar beberapa indikasi yang melatar belakangi pelajar ke pajak USU seperti perbandingan harga, kepuasaan, hubungan sosial dan hanya untuk berkunjung. Indikasi tersebut, yang saling berhubungan yang dijabarkan dengan gambaran berikut ini :

a. Perbandingan harga : bagi para pelajar yang datang ke pajak USU menganggap bahwa harga yang ditawarkan jauh lebih murah dari harga mall, swalayan, plaza-plaza pandangan tersebut dari adanya sejumlah modal yang


(13)

lebih besar untuk membangun mall, swalayan, plaza-plaza serta pajak yang dilakukan pemerintah terhadap unit usaha tersebut. Menjadikan harga barang dan jasa yang diperjual belikan melambung tinggi. Pandangan tersebut juga didukung oleh gambaran keseharian yang ada diberbagai pajak USU dengan harga yang cenderung murah.

b. Kepuasaan : bagi pelajar yang datang kepajak USU ada kepuasaan yang tercipta, karena mendapatkan harga yang lebih murah yang didasari adanya pandangan harga yang murah atas barang dan jasa yang didapati dari pajak USU. Namun kepuasaan yang telah digambarkan sebelumnya terdapat keunggulan pajak USU yang tidak dimiliki mall, swalayan, plaza-plaza yang juga menciptakan kepuasaan para pelajar menawar. Proses tawar-menawar tersebut merupakan landasan utama para pelajar lebih memilih berbelanja kepajak USU. Melalui proses tawar-menawar yang berlaku di pajak USU pelajar melakukan proses tawar –menawar dengan pedagang agar harga yang atas suatu barang yang diperoleh lebih murah. Melalui kegiatan tersebut pelajar dapat meminimalisasi harga atas kebutuhan pokok yang dibeli dari pajak USU, dan terkadang pelajar menganggap harga atas barabg atau jasa yang diperoleh tawar –menawar adalah harga dibawah rata-rata, atau dengan kata lain harga tersebut hanya akan didapat jika melalui proses panjang atau tawar-menawar.

c. Hubungan sosial : hubungan langganan yang terbentuk dari kepercayaan kedua belah pihak di mana antara pedagang dan pelajar dapat mengarah ke hubungan sosial yang lebih kuat. Ikatan tersebut berkembang, dan menjadikan


(14)

pedagang tetap eksis yang menjadikan pajak USU tetap bertahan hingga kini karena ada ikatan yang telah terjadi antara pedagang dan pelajar. Untuk sebagian pelajar yang berbelanja di pajak USU hubungan dengan pedagang yang kuat menjadi faktor terpenting yang mengakibatkan pelajar enggan berpindah tempat, atau berbelanja ke mall, swalayan, plaza atau terhadap pedagang atau individu lain yang menjual barang dagangannya di pajak USU. d. Hanya untuk berkunjung: pelajar yang datang ke pajak USU tanpa

mempunyai tujuan untuk melakukan pembelian terhadap sesuatu barang atau jasa. Pelajar ini adalah pelajar yang menghabiskan waktu luangnya ke pajak USU. Pelajar yang datang ke pajak USU pada waktu –waktu tertentu seperti waktu bubaran sekolah, tetapi ada juga pelajar yang datang ke pajak USU .sepanjang waktu dan akhir pecan. Kedatangan pelajar ke pajak USU bukan bertujuan untuk membeli sesuatu, barang keperluan sekolah misalnya,tetapi hanya sekedar datang untu melihat orang yang datang ke pajak USU dan atau melihat orang yang datang ke lokasi pasar dan atau untuk dilihat oleh orang yang datang kesana. Aktivitas ini dikenal sebagai mejeng. Kalaupun mereka membeli sesuatu , biasanya yang dibeli adalah makanan. Kegiatan itu pun dalam rangka mejeng, yaitu mencoba untuk menarik perhatian orang lain terhadap apa yang dilakukan, dimiliki, dan ditampilkan. (Maisyarah, 2008. Karakteristik hubungan aktor ekonomi di pasar tradisional mingguan).


(15)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas ,maka penulis merumuskan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah aktivitas perdagangan di pajak USU berpengaruh terhadap kunjungan para pelajar dalam berbelanja?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini disamping sebagai porna syarat akademis, juga diharapkan akan bertujuan “Untuk mengetahui pengaruh aktivitas perdagangan pajak USU terhadap kunjungan para pelajar di Medan”.

1.4 Menfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti, peneliti ini dapat memperluas wawasan peneliti dan membandingkan teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan fakta yang terjadi di lapangan.

b. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan wawasan penulis mengenai kasus tersebut sebagai wadah latihan serta pembentukan pola pikir ilmiah dan rasional. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan dapat menjadi

bahan bacaan atau referensi kepustakaan.

1.5 Kerangka Teori


(16)

Interaksi sosial menurut Gillin dan gillin adalah hubungan -hubungan yang dinamis menyangkut hubungan orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia ( Soekanto, 2000: 68). Oleh karena itu interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Syarat – syarat kontak sosial dalam hubungan dengan interaksi sosial adalah:

1. Adanya kontak sosial (sosial contact) 2. Adanya komunikasi (communication)

Kontak sosial tidak semata-semata tergantung dari tindakan-tindakan. Akan tetapi tanggapan terhadap tindakan tersebut. Suatu kontak sosial dapat pula bersifat primer dan skunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, misalnya saling senyum, berjabat tangan dan sebagainya. Sebaliknya, kontak sosial yang bersifat sekunder memerlukan suatu perantara.

Menurut Maryati dan Suryawati (2003 ) Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk), yaitu:

1. Adanya perorangan, misalnya apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan kebudayaan masyarakat dimana ia menjadi anggota .


(17)

2. Antara orang perorang dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya apabila seorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norna masyarakat.

3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Interaksi sosial terdiri dari berbagai aspek salah satunya aktivitas ekonomi, karena aspek ekonomi adalah bentuk interaksi sosial. Aktivitas ekonomi dapat diartikan sebagai pola hubungan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dari para pelaku ekonomi. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial di mulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang bertemu tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing sadar akan adanya fihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi suara berjalan dan sebagainya itu menimbulkan kesan dalam fikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang dilakukannya.


(18)

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri posisi terpisah maupun dalam kedaan tergabung. Apabila masing-masing ditinjau secara, lebih mendalam, maka faktor imitasi misalnya, mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong sesesorang untuk memadai kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.

Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sikap yang berasal pada dari dirinya yang kemudian diterima oleh fihak lain. Jadi proses ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi akan tetapi titik tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi jkarena fihak yang menerima dilanda oleh emosi, hal mana menghambat daya berfikir secara rasional.

Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan –kecendrungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari pada imitasi, oleh karena itu kepribadian seseorang dasar proses ini.

Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang tertarik pada orang lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami fihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Menurut Karp dan Yoels seseorang dalam berinteraksi sangat mempengaruhi daya tarik. Seseorang yang kurang menarik biasanya menjadi sulit berinteraksi dibandingkan mereka yang memiliki daya tarik lebih menarik. Daya tarik ini yang juga terkadang menjadi


(19)

dorongan bagi seseorang yang akan memulai interaksi karena mereka yang memiliki fisik. (http:// www.dostoc.com/docs/26427318/ interaksi di akses 04 juli 2010 pukul 08.25).

1.5.2. Daya Tarik Interpersonal

Dalam hubungan interpersonal atau interaksi diantara dua orang atau lebih terdapat aspek-aspek yang mendasarinya. Faktor-faktor yang terpenting dalam menentukan seberapa jauh menyukai seseorang bagaimana orang bisa saling tertarik, saling kenal-mengenal, bagaimana ada gairah tarik-menarik satu sama lain bahkan sampai seseorang kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut sebagai daya tarik interpersonal.

1. Mengapa orang membutuhkan orang lain, mengapa orang bergabung atau berhubungan dengan orang lain

Keinginan untuk melakukan kontak dengan orang lain, pada umumnya dilandasi adanya imbalan sosial yang diperoleh individu jika berhubungan dengan orang lain. Kita dapat melakukan analisa terhadap fenomena dari dua hal yaitu perbandingan sosial (social comparison) dan dukungan emosional (emotional support). Membutuhkan orang lain sebagai standart untuk mengevaluasi perilaku kita. Sementara hubungan dengan orang lainakan memberikan dukungan emotional dalam bentuk perhatian.

Selain dua tipe ganjaran (sosial reward) utama yang dapat diberikan orang lain terhadap diri kita sebagaimana telah disebutkan, hubungan dengan orang lain dapat memberikan tambahan ganjaran lainnya yaitu, pertama dapat memberikan


(20)

perasaan positif yang dihubungkan dengan kedekatan (intim) hubungan antar pribadi, persahabatan, afeksi, komunikasi. Kedua, orang lain dapat memberikan tipe perhatian kepada kita dalam penghargaan, pengakuan, status, dan sebagainya.

Sementara menurut henry dan murray (1938) dan David McClelland (1951) serta McAdam (1982) (dalam brehm & Kassin, 1993) ada dua motif sosial yang mndorong seseorang untuk melakukan seseorang untuk melakukan hubungan dengan orang lain, yaitu :

a. Kebutuhan untuk berafiliasi (the need for a affiliation) yaitu keinginan untuk membentuk untuk mempertahankan beberapa hubungan interpersonal yang memeberikan ganjaran

b. Kebutuhan berhubungan intim ( the need for intimacy) yaitu memilih hubungan yang hangat , dekat dan komunikatif.

Kebutuhan afilisiasi yang tinggi mendorong perilaku sosial yang aktif dan terkendali (controlling social behavior) dengan penekanan pada keluasan dan kuantitas hubungan sosial. Sedangkan kebutuhan untuk melakukan hubungan intim mendorong perilaku sosial yang lebih pasif dan kurang terkendali dengan penekanan pada kedalaman dan kualitas hubungan sosial.( Dayakisni, 2003:132)

2. Daya Tarik Interpersonal dan Faktor-faktor Daya Tarik Interpersonal

Menurut Brehm & Kassin (1993) istilah daya tarik interpersonal digunakan untuk merujuk secara khusus pada keinginan seseorang untuk mendekati orang lain. Sementara Brigham (1991), daya tarik interpersonal adalah kecendrungan untuk menilai seseorang atau kelompok secara positif, untuk mendekatinya, dan untuk berperilaku secara positif padanya.


(21)

Faktor-faktor yang menentukan daya tarik interpersonal ini sangat penting karena mempengaruhi reaksi pada tahap awal pertemuan dan hubungan denga orang lain. Pada dasarnya faktor-faktor yang mendukung daya tarik interpersoanal secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu faktor personal dan situasional. Faktor personal yaitu faktor-faktor yang berasal dari karakteristik pribadi kita.

Pada umumnya beberapa faktor yang dianggap sangat penting dalam menentukan daya tarik interpersonal adalah:

1. Kesamaan

Kita cenderung menyukai seseorang yang sama dengan kita dalam sikap, nilai, minat, latar belakang dan kepribadian. Kesamaan menjadi faktor penting sebagai penentu daya tarik interpersonal

Pertama, menurut acuan teori konsistensi kognitif dari heider, jika kita menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama denagn kita. Hal ini, supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. Kedua, Don Byrne menunjukkan hubungan linear antara daya tarik dengan kesamaan. Persepsi tentang adanya kesamaan dan mendatangkan ganjaran, dan perbedaan tidak mengenakkan. Kesamaan sikap orang laindengan kita memperteguh kemampuan kita dalam menafsirkan realitas sosial. Orang yang mempunyai kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan dan mendukung keyakinan tentang kebenaran pandangan. Ketiga, pengetahuan bahwa orang lain adalah sama dengan anda, menyebabkan anda mengantisipasi bahwa interaksi di masa datang akan positif dan memberikan ganjaran. Terakhir, kita cenderung lebih akrab dengan orang yang memiliki kesamaan dengan kita.


(22)

2. Kedekatan

Orang cenderung menyukai mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih muda timbul (tumbuh) diantara tetanga yang berdekatan.

Pertama, kedekatan biasanya menigkatkan keakraban. Kita lebih sering berjumpa dengan tetangga sebelah kita daripada orang yang ada di jalan. Eksposur yang berulang ini dapat menigkatkan rasa suka. Kedua, kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Ketiga, orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat daripada orang yang jauh. Kemudahan ini mempengaruhi keseimbangan ganjaran dan kerugian interaksi. Hal ini sesuai dengan persepsi teori pertukaran sosial. Keempat, berusaha untuk memepertahankan keseimbangan antara hubungan perasaan dan kesatuan kita. Secara lebih spesifik, kita dimotivasi untuk menyukai orang yang ada kaitanya dengan kita dan untuk mencari kedekatan dengan orang kita suka i. Kelima, orang yang memiliki harapan untuk berinteraksi lebih sering dengan mereka yang tinggal paling dekat denganya. Hal ini, menyebabkan ia cenderung untuk menekankan aspek-aspek positif dan meminimalkan aspek negatif dari hubungan itu sehingga hubungan di masa datang akan lebih menyenangkan.

3. Keakraban (familiarity)

Kekerapan berhadapan dengan seseorang akan meningkatkan rasa suka kita terhadap orang lain. Robert Zajonc (1968). Menunjukkan bahwa orang mengembangkan perasaan positif pada obyek dan individu yang sering mereka lihat. ( Dayakisni, 2003:134-135)


(23)

Trust atau rasa saling mempercayai adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu tindakan yang saling mendukung (Hasbullah, 2006:11).

Kepercayaan atau rasa percaya mempercayai adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial lainnnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan saling mendukung. Dalam pandangan Fukuyama (1995-2002) berbagai tindakan kolektif yang didasari atas dasar saling mempercayai yang tinggi akan menigkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai ragam bentuk dan dimensi. Terutama dalam konteks membangun kemajuan-kemajuan bersama (Hasbullah, 2006:4)

Kepercayaan yang dijalin memudahkan dibinanya kerjasama saling menguntungkan, sehingga mendorong timbulnya hubungan resiprokal telah memenuhi unsure keadilan diantara sama individu. Coleman, menegaskan bahwa kelangsungan setiap transaksi modal sosial ditentukan ada dan terjaganya kepercayaan (amanah kepercayaan) dari pihak-pihak yang terlibat. Artinya hubungan transaksi antara manusia sebagai individu maupun kelompok baik yang bersifat ekonomi maupun nan ekonomi, hanya mungkin terjadi apabila terjadi kepercayaan atau rasa saling percaya dari pihak-pihak yang melakukan interaksi.


(24)

Individu-individu yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, memugkinkan terciptanya organisasi-organisasi bisnis (dagang) yang fleksibel yang bersaing.

Untuk itu ada strategi yang dilakukan oleh para pedagang agar barang dagangannya tetap terjual adalah dengan melakukan hubungan-hubungan sedemikian rupa sehingga pedagang tersebut menjaring konsumen sebagai pembeli tetap (pelanggan). Apabila pelanggan telah teebentuk, maka hubungan dengan para pelanggan tidak hanya sebatas hubungan ekonomi tetapi biasanya berlanjut dalam hubungan-hubungan sosial.

Dalam proses perubahan dan upaya untuk mencapai tujuan masyarakat senantiasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak dan bertingkah laku, serta berhubungan dengan pihak lain. Adapun acuan nilai dan unsur merupakan modal sosial antara lain bersikap yang partisipatif, sikap percaya mempercayai dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma yang mendukung unsur lain yang memegang peran penting adalah kemauan masyarakat dan kemauan masyarakat atau kelompok tersebut untuk secara terus - menerus proaktif baik dalam mempertahankan nilai-nilai memebentuk jaringan-jaringan kerja sama maupun dengan penciptaan kreasi dan ide-ide baru (Hasbullah, 2006:7-8). Selain itu pada tingkatan institusi sosial. Kepercayaan akan bersumber dari karakteristik sistem tersebut yang akan memberi nilai tinggi pada tanggung jawab sosial setiap anggota kelompok. Kepercayaan akan mengabaikan salah satu spektrum penting yang ada didalammnya yaitu rentang rasa mempercayai.


(25)

Hubungan - hubungan yang terjadi atas dasar kepercayaan akan menghasilkan suatu ikatan atas dasar kepercayaan akan menghasilkan suatu ikatan yang memiliki nilai-nilai yang disepakati bersama tumbuh berkembangnya suatu akan menciptakan jaringan-jaringan yang solid. Hubungan sosial ekonomi merupakan sarana untuk mempertahankan serta memperluas pelangganan harga yang diingikan. Keberadaan jaringan sangat signifikan dalam membangun keberhasilan dalam mengeksploitasi peluang-peluang memperoleh keuntungan yang berdampak positif terhadap hubungan yang terjalin antara pedagang dan pembeli (Damsar, 2002:27).

Setiap orang memiliki keterbatasan dalam memperkirakan sesuatu, untuk mengatasi ketidak pastian tersebut maka dia harus menjalin hubungan kepercayaan dengan orang lain. Apakah seseorang pembeli misalnya, akan datang lagi atau tidak dalam suatu komuniti lokal untuk teransaksi jual beli setiap pedagang cenderung tidak merasa yakin terhadap prakiraan nya. Oleh karena itu mengikat pembeli dalam hubungan pelanggan yang dilandasi kepercayaan merupakan sesuatu cara untuk mengatasi ketidak pastian tersebut. Demikian pula di sisi pembeli, apakah barang yang di beli terlalu mahal atau tidak dari seorang penjual, dia tidak tahu. Untuk mengatasi hal tersebut, pembeli berusaha untuk mengikat hubungan pelanggan yang didasarkan atas kepercayaan. Hubungan langganan antara pembeli dan penjual merupakan hubungan yang didasarkan atas kepercayaan, yang bisa dipahami untuk mengatasi ketidak pastian yang mereka miliki, pembeli berkait dengan asimetris dan penjual dengan keuntungan berkelanjutan. ( dalam Damsar, 2009 :201)


(26)

Kepercayaan bukanlah barang baku atau tidak berubah, tetapi sebaliknya kepercayaan terus menerus ditafsirkan dan nilai para actor yang terlihat dalam hubungan perilaku ekonomi. Bisa saja pada mulanya seorang tersebut memeperoleh jumlah yang besar, tetapi pada waktu-waktu berikutnya memperoleh jumlah yang sangat kecil. Hubungan resiprokal menyebabkan modal sosial dapat tertambat kuat dan bertahan lama, karena diantara orang-orang melakukan hubungan tersebut mendapatkan keuntungan timbal balik dan tidak ada salah satu pihak yang dirugikan.

Menurut Adam smith (1976:17) jelas bahwa orang mempunyai kecendrungan untuk memindahkan, menukar, dan memperjual belikan suatu barang kepada orang lain. Pada suatu sisi, Smith menjelaskan secara konsep tindakan ekonomi sebagai sesuatu yang secara alami. Di sisi lain, dia memandang pengaruh sosial sebagai sesuatu yang merusak tindakan ekonomi. Aktivitas ekonomi dari seseorang individu hanya jika dan sejauh ia memperhatikan perilaku orang lain. Memperhatikan orang lain dapat dilakukan banyak cara misalnya melihat orang lain, berbicara dengan mereka, memikirkan mereka, dan seterusnya. Weber mengemukakan bahwa actor selalu memperhatikan orang lain melalui makna yang dibangun secara sosial. Dalam pandangan ini, actor ekonomi adalah homo sosiologicus. Ini bukan berarti bahwa aktor mengikuti secara otomatis dan mekanis adat istiadat, kebiasaan, atau norma yang dimilikinya tetapi dia menginterpretasikan ( verstehen ) kesemuanya itu dalam sistem hubungan sosial yang sedang berlangsung.

Dengan cara pandangan demikian, maka kita dapat mengklasifikasikan pembeli atas beberapa tipe:


(27)

1. Pengunjung yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar tanpa mempunyai tujuan untuk melakukan pembelian terhadap barang dan jasa. Mereka ini adalah orang-orang yang menghabiskan waktu luangnya di lokasi pasar. Dalam masyarakat perkotaan Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lain-lain banyak dijumpai anak-anak muda yang datang ke lokasi pasar pada waktu-waktu tertentu seperti bubaran sekolah pada hari kerja atau sepanjang waktu pada akhir pekan. Kedatangan mereka ke lokasi pasar bukan bertujuan untuk membeli sesuatu, barang keperluan sekolah misalnya, tetapi hanya sekedar datang untuk melihat orang yang datang ke lokasi pasar dan atau untuk dilihat oleh orang yang datang ke sana. Aktivitas ini dikenal sebagai mejeng. Kalupun mereka membeli sesuatu, biasanya yang dibeli adalah makanan. Kegiatan itu pun dalam rangka mejeng, yaitu mencoba menarik perhatian orang lain terhadap apa yang dilakukan, dimiliki dan ditampilkan. Pergi ke lokasi pasar untuk memanfaatkan oleh anak-anak muda tetapi juga dilakukan oleh semua lapisan usia.

2. Pembeli yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli suatu barang atau jasa. Tetapi tidak mempunyai tujuan ke (di) mana akan membeli. Pada kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, dan seterusnya seorang pembeli yang ingin mengetahui harga dari barang yang dibutuhkannya dapat mengetahui harga dari barang yang dibutuhkannya dapat mengetahui langsung dengan mengunjungi toko swalayan, pusat perbelanjaan , dan sejenisnya yang telah mencantumkan


(28)

label harga pada setiap barang yang ditawarkan. Ia dapat memilih barang yang dibutuhkannya dengan kualitas yang diinginkannya dan dana yang tersedia.

3. Pelanggan yaitu mereka yang datang kelokasi pasar dengan maksud membeli sesuatu barang atau jasa dan punya arah tujuan yang pasti di (ke) mana akan membeli. Seseorang yang menjadi pembeli tetap dari seseorang penjual tidak terjadi secara kebetulan, tetapi melalui proses interaksi sosial. Dalam proses transaksi antara penjual dan pembeli, secara sengaja atau tidak, penjual memperlakukan pembeli tidak hanya sebagai seseorang yang memberikan keuntungan materi kepadanya tetapi juga sebagai seseorang perlu diberi perhatian misalnya dengan menanyakan sekolah anak, masalah pekerjaan, dan seterusnya. Hubungan sosial penjual dan pelanggan tidak hanya muncul pada pasar.( Damsar 2000, 103-105).

1.5.4. Keterlekatan

Granovetter (1985) mengajukan konsep keterlekatan. Konsep ini digunakan untuk menjelaskan fenomena perilaku ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan, menurut granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan


(29)

secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Ini tidak hanya terbatas terhadap tindakan actor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial ialah sebagai suatu rangakain hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama diantara individu-individu atau kelompok-kelompok (granovetter dan swedberg, 1992 :2 ). Tindakan yang dilakukan oleh anggota jaringan adalah terlekat karena ia diekspresikan dalam interaksi dengan orang lain. Cara orang terlekat dalam jaringan hubungan sosial adalah penting dalam penentuan banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari institusional misalnya, apa yang terjadi dalam produksi, distribusi dan konsumsi sangat banyak dipengaruhi oleh keterlakatan orang dalam hubungan sosial.( Damsar , 2009: 140)

Bentuk keterlekatan

1. Keterlekatan relasional

Keterlekatan relasional merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded) dalam jaringan sosial personal yang sedang berlansung diantara para actor. Konsep disituasikan secara sosial bermakna tindakan ekonomi dalam suatu aktivitas ekonomi yang berhubungan dengan orang lain atau dikaitkan dengan individu lain, misalnya tindakan ekonomi dalam hubungan pelanggan antara penjual dan pembeli merupakan suatu bentuk keterlekatan


(30)

relasional. Dalam hubungan pelanggan terjadi hubungan interpersonal antara penjual dan pembeli yang melibatkan berbagai aspek sosial, budaya, agama, dan politik dalam kehidupan mereka berdua.

Hubungan pelanggan terjadi karena adanya informasi yang asimetris (ketidakseimbangan informasi) anatara penjual dan pembeli sehingga pembeli perlu melakukan suatu klientasi, yaitu suatu proses resiprokal dalam hubungan yang simetris, egaliter, dan oposisisonal. Ketika pembeli mengahadapi informasi yang asimetris tersebut. Hubungan langganan bermula dari pencarian pembeli terhadap kepastian dan keakuratan informasi terhadap suatu barang dan jasa. Dalam situasi pasar, tidak ada yang gratis, semua diukur dari sisi untung rugi. Berbagi informasi juga dipahami oleh pihak penjual sebagai berbagi keuntungan, bukan berbagi kerugian. Oleh sebab itu, jika penjual mau berbagi informasi dengan pembeli maka harus ada kepastian bahwa penjual memperoleh keuntungan dari berbagi informasi tersebut dari pihak pembeli. Proses seperti itu berlangsung terus-menerus samapai ada kepastian dan kepercayaan dari kedua belah pihak bahwa berbagi informasi telah terjadi dan telah menguntungkan kedua belah pihak.

Ketika hubungan anatar pembeli dan penjual telah sampai pada tahap berbagi informasi yang pasti dan akurat serta melibatkan kepercayaan maka hubungan tersebut mengental pada tahap hubungan pelanggan. Hubungan anatara pembeli dan pelanggan tidak hanya meliputi tindakan ekonomi, tetapi juaga bisa meluas kedalam aspek sosial budaya dan politik.


(31)

Keterlekatan structural adalah keterlekatan yang terjadi dalam suatu jaringan hubungan yang lebih luas. Jaringan hubungan yang lebih luas, bisa merupakan institusi atau struktur sosial. Struktur sosial merupakan tatanan tuntutan sosial dalam berinteraksi dan berhubungan dengan individu dan kelompok lain. Struktur sosial menyadarkan kita bahwa hidup ini dicirikan dengan pengorganisasian dan stabil.

Untuk memahami keterlekatan structural lebih dalam, fenomena ekonomi dari pasar swalayan. Pasar swalayan merupakan suatu struktur sosial dimana terdapat pola interaksi antara penguasaha swalayan, karyawan, pemasok dan pembeli dalam aktivitas perdagangan terdapat aturan main, misalnya, jika ingin membawa suatu barang ke rumah, maka pembeli harus terlebih dahulu membayarnya di kasir. Atau terdapat aturan main antara pengusaha swalayan dan pemasok serta anatara pengusaha swalayan karyawan. Dalam hubungan antar pengusaha dan pemasok terjalin hubungan kepercayaan. (Damsar, 2009:150)

1.6. Hipotesis

Menurut pola umum metode ilmiah, setiap penelitian terhadap objek hendaknya dibawah tuntutan suatu hipotesis yang berfungsi sebagai pegangan sementara yang masih harus di buktikan kebenarannya di dalam kenyataan ,percobaan atau praktek (umar:80). Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan maka hipotesis yang diberikan peneliti adalah:

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif antara aktivitas pedagang pajak USU terhadap kunjungan pelajar di Medan melalui bekerjanya variabel antara daya tarik (X2)


(32)

Ha : Terdapat pengaruh yang positif antara aktivitas pedagang pajak USU terhadap pelajar di Medan melalui bekerjanya variabel antara Daya tarik (X2)

1.7. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006 : 46).

Defenisi operasional dari penelitian ini adalah :

A. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (X1) adalah segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel-variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain bahkan sama sekali tidak ada yang muncul (Nawawi, 1995 : 37).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aktivitas ekonomi (pedagang) pajak USU dengan indikator :


(33)

2. Promosi

3. Tawar-menawar

B. Variabel Antara ( Intervening Variable)

Variabel Intervening (X2) adalah Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat, tetapi Tidak Dapat Diamati dan Diukur. Variabel ini merupakan variabel Penyela/Antara yang terletak diantara Variabel Bebas dan Variabel Terikat, sehingga Variabel Bebas tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya Variabel Terikat.

Variabel intervening penelitian ini adalah daya tarik dengan indikator: 1. Kelengkapan jenis barang

2. Harga yang terjangkau

3. Tempat atau lokasi yang mudah dijangkau 4. Tempat strategis

C. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (Y) adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau munculnya atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995 : 57).


(34)

Variabel terikat penelitian ini adalah pelajar dengan indikator : 1. Kemampuan untuk membeli

2. Kesadaran akan kebutuhan hidup 3. Mengambil keputusan untuk berbelanja

1.9.Bagan akan variabel yang di operasional kan

Variabel bebas (X1) Variabel antara (X2) Variabel terikat (Y)

Indikatornya 1. Produksi 2. Promosi

3. Tawar-menawar

Indikatornya 1. Kelengkapan

jenis barang

2. Harga yang terjangkau

3. Tempat atau lokasi mudah dijangkau 4. Tempat

strategis

Indikatornya

1. Kemampuan untuk membeli

2. Kesadaran akan kebutuhan hidup. 3. Mengambil


(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Aktivitas Perdagangan Pajak USU

Kehidupan PKL (Pedagang Kaki Lima) bagi suatu kota merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan dan pertumbuhan kota. Kota menjadi daerah yang tumbuh dan berkembang dengan cepat karena kota mampu menjanjikan berbagai macamkehidupan bagi para penghuninya. Berbagai fasilitas yang ada di kota mampu menjanjikan berbagai pilihan untuk memenuhi kehidupan dan sekaligus menjadi media untuk mendapatkan pola kehidupan yang diinginkan warganya. Hal ini agak lain bila dibandingkan di wilayah pedesaan. Adanya kehidupan yang homogen dan cenderung statis,menjadikan desa kurang banyak diminati bagi warga yang keinginannya sangat bervariasi.

Di perkotaan seperti Medan, usaha kaki lima menjadi salah satu alternatifusaha yang bisa dijalankan dalam rangka mendapatkan kesejahteraan hidup.


(36)

Usaha ini menjadi pilihan karena selain tidak membutuhkan kualifikasi yang njlimet terkait dengan kompetensi juga tidak mengikat para pelakunya. Semua usaha yang dilakukan asalkan demi kemakmuran dan kesejahteraan warga, pemerintah selalu membolehkan dan bahwa mendorong.

Keberadaan PKL di Medan, melainkan sebagai salah satu usaha pemberdayaan PKL sehingga ada kesejajaran pemikiran dan penanganan, sehingga cita-cita kesejahteraan bisa diraih bersama. Pada makalah ini akan banyak mengungkap tentang aspek modal sosial ( Social Capital ) yang perlu dikembangkan dikalangan PKL. Social Capital menjadi masalh penting karena usaha ekonomi akan sukses tidak hanya berbekal modal semata, namun juga perlu adanya dukungan sumber daya manusia, dan Sosial Capital merupakan salah satu unsurnya.

Pajak USU merupakan salah satu pusat perbelanjaan (pasar) yang berada dilokasi kampus Universitas Sumatera Utara, pada awalnya pajak USU merupakan kumpulan dari beberapa pedagang yang memberikan tenda-tenda tempat untuk menjual berbagai makanan di bawah kelapa sawit. Kemudian pajak USU dikelola lebih baik lagi oleh universitas sumatera utara sehingga semakin berkembang.

Pajak USU dapat mempertahankan eksistensinya bahkan dapat semakin berkembang. Ini dapat dibuktikan dengan bertambahnya pedagangyang berjualan di pajak USU dengan beragam produk yang di perdagangkan produk yang tersedia seperti makanan, peralatan kantor, pakaian, produk komunikasi, voucher dan accesoris, serta barang-barang eloktronik. Pajak USU tidak hanya dikenal


(37)

dikalangan mahasiswa USU saja, tetapi juga oleh konsumen dari luar USU datang dari berbagai kalangan, konsumen tersebut tersiri dari mahasiswa, pelajar dan pegawai tetapi yang sangat mendominasi adalah pelajar. Tempat pajak USU sangat strategis sehingga mudah dijangkau oleh para konsumen.

2.2Teori trust / kepercayaan

Menurut kepercayaan (1995) bahwa kepercayaan merupakan produk dari komunitas-komunitas yang telah ada sebelumnya yang memiliki norma-norma atau nilai-nilai moral bersama. Ada beberapa elemen-elemen utama yang terkait dan isu trust, yakni kebijakan sosial.

Dijelaskan juga oleh fukuyama, kepercayaan adalah harapan yang tumbuh didalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama-sama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini, bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan –aturan sosial bersifat positif, hubungan-hubungan yang bersifat kerjasama.

Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai- nilai, harapan-harapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dibanun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama dimasa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (fukuyama, 2002). Norma-norma dapat merupakan prakondisi maupun produk dari kepercyaan sosial.

Fukuyama memandang trust sebagai komponen ekonomi yang melekat dalam kultur yang ada pada masyarakat. Qianhong fu membagi tiga tingkatan trust yaitu:


(38)

1. Pada tingkatan individual, trust merupakan keyakinan individual, merupakan variabel personal sebagi karakteristik individu.

2. Pada tingakat hubungan sosial, trust merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok.

3. Pada tingkat system sosial, trust merupakan nilai yang berkemabang menurut system sosial yang ada( hasbullah, 2006:12)

Trust dikedepankan dengan istilah kepercayaan, didefenisikan oleh fukuyama sebagai harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilaku koperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma-norma yang dianut oleh anggota komunitas.


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian pada penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanasi. Penelitian eksplanasi adalah penelitian yang dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel yang akan dihipotesakan. Pada jenis penelitian ini, jelas akan ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan dua atau lebih variabel, untuk mengetahui apakah suatu variabel disebabkan/dipengaruhi atau tidak oleh variabel lainnya (Faisal, 2005 : 21).

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi Penelitian ini dilakukan di pajak (pasar) USU yang berlokasi dikampus Universitas Sumatera Utara Medan. Peneliti memilih lokasi penelitian ini karena dapat memudahkan peneliti dalam melakukan dalam penelitian


(40)

3.3.1. Populasi

Menurut Nawawi populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala- gejala, nilai test atau peristiwa sebagai sumber data yang dimiliki karakteristik tertentu didalam penelitian. Populasi dalam penelitian yaitu:

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel purposif, yaitu sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Jadi, jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak kurang lebih 400 orang setiap hari. Sampel yang di pilih meneggunakan metode purposive sampling dimana sampel dipilih dengan pertimbangan tertentu ( Sugiyono 2006: 78). Kriterianya para pelajar mengunjungi pajak USU minimal 10 kali dari tahun 2009 hingga bulan juli 2010. Jumlah sampel yang diambil adalah 10 % dari populasi. Maka sampel yang digunakan untuk peneliti adalah sebanyak 40 orang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengumpulan data-data melalui :

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, serta tulisan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang akan diteliti.


(41)

2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang dipero tleh melalui penelitian dengan turun langsung kelokasi penelitian untuk mempelajari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebarkan angket berupa daftar pertanyaan tertutup dan terbuka untuk dijawab oleh responden.

4. Wawancara yaitu data variabel (kata-kata) yang diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1. Metode Analisis Deskriptif.

Merupakan metode penganalisaan data dengan cara menyusun data, mengelompokkannya dan menginterprestasikannya, sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai kondisi pajak USU

3.5.2. Metode Analisis Kuantitatif.

Teknik analisis data yang penulis gunakan berpedoman pada Sugiyono (2006 : 187) bahwa untuk menguji hipotesis dan menganalisis data penelitian yang berifat pengaruh maka dapat dianalisis dengan metode analisis kuantitatif.

Metode analisis kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Dalam hal ini, penulis menganalisis data dengan menggunakan metode analisis statistik Regresi Linear Berganda. Persamaan Regresinya adalah:


(42)

Dimana, Y = Kunjungan Para Pelajar a = Konstanta

b1, b2 = Koefisien regresi berganda X1 = Aktivitas sosial ekonomi X2 = Daya Tarik

Dalam penelitian ini hipotesis diuji dalam beberapa tahap, antara lain: 1. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji t yaitu secara parsial untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh aktivitas pedagang pajak USU sebagai variabel bebas terhadap kunjungan para pelajar sebagai variabel terikat.

Ho: b1= 0 artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha: b1= 0 artinya variabel independen secara parsial berpengaruh secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan :

Jika probabilitas > 0.05, maka Hoditolak. Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima 2. Uji Fhitung

Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel aktivitas perdagangan ( X1) dan variabel daya tarik (X2) secara bersama-sama atau serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pelajar yang mengunjungi pajak USU.


(43)

Model hipotesis yang digunakan dalam uji F ini adalah sebagai berikut:

Ho : b1 = b2= 0 artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : b1, b2 ≠ 0 artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai ftabel dengan tingkat kesalahan α= 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k) ,(k-i), dengan kreteria uji:

a. Ho ditolak bila Fhitung < Ftabel b. Ha diterima bilaFhitung > F tabel

3. Koefisien determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi (R2) akan menunjukkan besarnya konstribusi sumbangan variabel bebas terhadap variasi naik turunnya variabel terikat. Koefisien determinan berkisar antara 0 sampai dengan 1 (0< R2<1). Hal ini berarti bila R2 = 0

menunjukkan tidak adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dan bila R2 mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel bebas terhadap


(44)

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Pajak USU

Hiru pikuk gerakan reformasi reformasi menyebabkan hampir semua aktivitas pendidikan di USU berhenti. Hanya satu yang tidak pernah berhenti, yakni aktivitas ekonomi, khususnya aktivitas ekonomi para pedagang kaki lima (PKL) yang selalu mangkal di seantero kampus USU. Aktivitas mereka benar-benar sangat penting dalam mendukung kelancaransetiap ada gerakan reformasi, khususnya pada rapat-rapat massa di pendopo USU. Mereka adalah para pedagang yang sehari-hari berjualan di sekitar kampus USU yang menjajakan makanan dan minuman yang sangat dibutuhkan semua warga kampus.


(45)

Setelah jatuhnya Orde baru dan masa euphoria reformasi telah bergulir maka aktivitas PKL di lingkungan kampus USU semakin berkembang. Secara kuantitas keberadaan mereka semakin hari semakin banyak dan pada akhirnyamenimbulkan efek buruk bagi keberadaan kampus USU. Maksudnya aktivitas mereka yang yang berdagang di sembarang tempat mengganggu keindahan dan ketertiban kampus, dan melakukan instabilitas.

Di dalam kampus USU, karena para preman sudah masuk kekampus USU untuk memungut pajak siluman yang kadang menimbulkan konflik antara pedagang dan preman atau antara preman atau antara preman itu tersendiri, dan bahkan dengan mahasiswa serta aparat Security Kampus. Kondisi ini benar-benar tidak baik karena akan menggangu aktivitas belajar mengajar di dalam Kampus USU Medan.

Proses belajar mengajar di Kampus USU dapat berlangsung dengan baik tidak hanya di dukung adanya dosen dan mahasiswa, birokrasi akademik baik di biro Rektor dan Fakultas, tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaaan segala macam kebutuhan yang diperlukan oleh mahasiswa maupun dosen secara cepat dan terjangkau. Aktivitas mahasiswa dan segenap civitas akademika USU sangat membutuhkan segala macam prasarana seperti buku, alat tulis, computer, kertas foto copy dan juga makanan dan minuman. Aktivitas mahasiswa yang sibuk seharian di Kampus sangat terbantu dengan kehadiran pedagang kaki lima yang berjualan di Kampus USU. Mahasiswa tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam untuk pergi ke pusat kota Medan hanya untuk mencari keperluan sehari-hari mereka. Mereka sambil ke Kampus atau bahkan sedang kuliah jika terdesak dapat dengan cepat


(46)

membeli keperluanya yang ada di sekitar mereka. Tanpa mengeluarkan ongkos untuk pergi keluar Kampus USU.

Image USU di tengah masyarakat Sumatera Utara, khususnya kota Medan sebagai institusi pendidikan tinggi yang berkualitas sudah menjadi idaman para orang tua dan siswa sekolah menengah umum sejak dini. Ini adalah modal sosial yang sangat penting yang harus dijaga dan dibinasekaligus dimanfaatkan untuk menarik masyarakat datang ke kampus untuk berbelanja di Bursa Kampus USU.

Lagi pula ada sekitar 30.000 ribu warga Kampus USU yang hampir setiap hari melakukan aktivitas di USU. Apabila setiap orang mengeluarkan biaya rata-rata perhari Rp.10.000,- maka asumsi sekitar Rp.300.000.000,- perputaran uang di lingkungan Kampus USU setiap hari. Dari jumlah itu, diestimasikan sekitar 10% atau Rp 30.000.000,- dapat masuk ke Bursa Kampus USU dibelanjakan oleh waraga civitas akademika dan masyarkat lainnya. Dari asumsi ini berarti omset PKL diperhitungkan agak lumayan dan dapat dipergunakan untk membina para pedagang menigkatkan kesejahteraan mereka, termasuk Security USU dan menambah pendapatan USU dari retribusi para PKL tersebut.

Berdasarkan itulah maka hasil dari pihak Rektorat USU dalam membina upaya melakukan pembenahan USU agar kehidupan waraga Kampus lebih dinamis dan harmonis. Kajian tentang erterpreneurship mendorong untuk membina jiwa entrepreneurship para pedagang dengan disiplin sebagai seorang warga Negara yang baik, khususnya warga Kampus USU. Dua sikap mental inilah dikembangkan untuk


(47)

mendukung Kampus USU yang nyaman, harmoni dan dinamis. Konsep yang diimplementasikan adala Bina atau binasakan.”Bina” berarti diperbolehkan berniaga di kampus USU dengan syarat harus patuh dan tunduk pada aturan USU, sedangkan “Binasakan” berarti dikeluaran dari Kampus USU dengan kata lain tidak diperbolehkan berniaga di Kampus USU.

4.1.2 Tujuan dan Manfaat pajak USU

1. Membangun citra kampus USU sebagai Kampus harmonis dan dan dinamis yang mampu mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian pada masyarakat dengan mampu membina para pedagang kaki lima yang “barbar” menjadi pedagang yang disipilin dan dinamis dan bermartabat. Dengan demikian USU tidak hanya menjadi lembaga perguruan tinggi”Menara Gading”tetapi sudah mampu mengangkat derajat pedagang kaki lima yang selama ini dicitrakan sebagai “pengganggu” keteriban dan kenyamanan warga Kota.

2. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi sebagian alumni yang berniat jadi saudagar. Denga menyediakan lokasi berniaga bagi mereka yang secara sosio cultural sudah bagian dari kehidupannya sehari-hari ketika masih menjadi mahasiswa, sehingga mereka tau apa yang dibutuhkan para konsumennya.


(48)

3. Meningkatkan kemampuan tugas “Security USU”, hadirnya Bursa Kampus USU atau disebut juga “Pajak USU” secara tidak langsung telah menghilangkan konflik ditengah warga kampus dengan para preman yang sebelumnya sering terjadi. Ini tentu saja akan mengurangi beban tugas para security kampus USU.

4. Berkeinginan untuk menyetor hasil kontrubusi harian dan tuntutan yang diperoleh dari hasil retribusi dalam sebuah bentuk unit usaha di lingkungan Kampus Universita Sumatera Utara. Sebesar 50 % dari penghasilan akan disetor ke rekening USU, sedangkan siasanya akan ke rekening USU, sedangkan sisanya akan dijadikan untuk kesejahteraan para pegawai, pengelola dan dana perawatan dan operasioanal kebersihan.

4.1.3 Perjalanan Pedagang Kaki Lima Bursa Kampus USU

Bursa kampus USU mulai dibenahi sejak tiga tahun yang lalu yang tepatnya pada awal bulan ramadhan ke ramadhan berikutnya, tepatnya tahun pertama operasional mulai bulan oktober 2005 s/d November 2006. Sebagai kepala Keamanan dan ketertiban dan atas perintah lisan bapak Rektor mulai memmbina para pedagang kaki lima yang banyak berdagang secara tidak teratur di hampir setiap pojok kampus. Berdasarkan otoritas sebagai penaggung jawab utama masalah keamanan dan ketertiban mengumpulkan semua pedagang untuk diberi pengarahan dan pembinaan denga konsep “Bina dan binasakan”.sejak itu mulai lah membangun kesadaran para pedagang untuk berdagang secra tertib dan bermental entrepreneurship. Dari setiap pedagang yang masih berkeinginan untuk berdagang di


(49)

lingkungan USU, dikutiplah uang bervariasi antara 1.000.000 – 2.000.000 rupiah, sehingga terkumpul dana sebesar 102 juta rupiah. Dana ini kemudian dipergunakan untuk menimbun tanah rawa-rawa yang tidak produktif yang terletak diantara Fakultas Ekonomi dan Hukum, tepatnya msuk dari jalan. Abdul Hakim diatas seluas tana 40 x 80 meter. Dengan dana Swadaya inilah, tanpa dana bantuan dari pihak manapun mulai dibangun lapak-lapak ( tempat berdagang) para pedagang yang dibuat dari tenda dan tianga-tiang dari besi dengan system knock down (buka tutup). Masing-masing lapak luasnya 4 x 4 m. para pedagang yang bersedia berniaga di lokasi ini harus mengikat perjanjian dengan pihak pengelola yang mewakili USU secara tertulis, ysng isinya bahwa kapan saja para pedagang dapat dipersilahkan meninggalkan lokasi (lapak) nya apabila pihak USU, tanpa ada tuntutan apapun”. Disamping itu para pedagang juga diwajibkan membayar retribusi yang ditentukan oleh pihak Security antara lain: keamanan, parkir, jaga malam, air, genset listrik dan lain-lain.

Dalam perkembangan kemudian, ternyata prospek Bursa Kampus, atau dari awal lebih dikenal oleh kalangan mahasiswa sebagai “ Pajak USU” atau”Pajus” demikian prospeknya bagi para pedagang dan menjadi tempat berbelanja keperluan mahasiswa yang efesien, murah dan cepat. Kondisi ini menyebabkan pihak pengelola kewalahanmelayani permintaan para pedagang lainnya yang ingin berdagang di lokasi tersebut.

Berdasarkan hal itu, awal maret 2007 kemudian pengelola menambah sebanyak dua puluh lapak dan menyemen semua lantai lokasi Bursa Kampus agar


(50)

tidak becek di musim hujan dan berdebu di musim kemarau, juga mendirikan pos jaga lokasi parkir yang nyaman. Untuk mengatasi masalah kebutuhan listrik di tiap lapak yang selama ini dilakukan oleh masing-masing pedagang dengan mesin genset sehingga menimbulkan suara bising dan selalu mengganggu kenyamanan para konsumen, akhirnya pengelola dengan dana pribadi membeli dua buah genset besar sehingga Rp 100.000.000-, ditambah pemasangan intalasi jaringan listrik ke seluruh lapak yang embutuhkan. Agar tidak menimbulkan suara bising, genset diletakkan dalam sebuah tempat yang permanen dari batu di pojok kiri depan lokasi Bursa Kampus. Sejalan dengan demikian maju dan lengkapnya perasarana untuk berdagang diloksi ini. Maka pengelola mulai menata lebih baik lagi masalah-masalah persyaratan berdagang dan besarnya tarif restribusi. Mulai sejak ramadhan 2007 ditetapkan restribusi tahunan Rp 2.000.000 per tahun.

4.1.4 Pelaksanaan Keamanan

Para pedagang yang berjualan di pajak USU mendapatkan jaminan sepenuhnya untuk berjualan. Untuk itu para pedagang diwajibkan untuk membayar keamanan kepada pihak SATPAM USU sebesar Rp 5000 ( Lima ribu) per hari untuk tiap tempatnya. Lima ribu (Rp 5000 per hari untuk jaga malam). Pembayaran ini dilakukan setiap harinya oleh pihak SATPAM USU dengan mendatangi tiap-tiap tempat berjualan para pedagang yang berada di pajak USU maupun yang bukan di pajak USU tetapi lokasi para pedagang berjualan masih di dalam USU.


(51)

Sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang bersih, pihak USU mewajibkan kepada para pedagang untuk membuang samapah pada tempat-tempat yang sudah di sediakan di sepanjang jalan utama pajak USU. Pihak juga memberikan fasilitas kamar mandi dengan beberapa kran air untuk para pedagang mengambil air bersih yang tujuan pihak USU adalah menciptakan pajak USU yang mandiri tidak membuat pihak-pihak lain merasa terganggu dengan ketentuan para pedagang membayar uang air dan listrik sebesar Rp 35.000 (tiga puluh lima ribu) tiap bulan.

4.1.6 Gambaran umum pedagang

Para pedagang di pajak USU memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut meliputi jenis usaha, lama berusaha. Secara umum gambarannya dapat dilihat pada penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi yang dilkkukan untuk penulis skripsi ini yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Pedagang di pajak USU

Nama Pedagang No

kios

Jenis usaha

1. Lestari Afflah 1 Aksesoris

2. Wara Sinuhaji 2 Digital printing/ minyak wangi

3 Rustina Br sitepu 3 Voucher / pulsa 4. Indah sinuhaji 4 Jam/ pulsa/ baju 5. Dicky Mario purba 5 Aksesoris


(52)

6 Togar 6 Aksesoris

7 Eni kurnia 7 Aksesoris

8 Zulkifli 8 Aksesoris / baju

9 Rahmad gutardo 9 Digital printing/ download 10 Rafika suryani 10 Aksesoris/ jam

11 Muhammad irwan 11 Aksesoris/kaca mata

12 Nazli siregar 12 Pulsa /voucher

13 Kairunnisa 13 Kaca mata/ download lagu

14 Ahmad ibsyi 14 Baju

15 Sony de kock 15 Digital printing

16 Ramida 16 Aksesoris

17 Bungsu 17 Minyak wangi/ pulsa

18 M. Idris lubis 18 Baju

19 M. Irwan 19 Baju

20 Ahmad yani 20 Alat tulis

21 M. Irwan 21 Aksesoris

22 Ismul Azmy 22 Alat tulis

23 Rosdiana 23 Aksesoris

24 Iswan 24 Café

25 Yuni 25 Café

26 Jan sardi 26 Café

27 Jornata gura 27 Aksesoris

28 Herianto 28 Jam

29 Morina ginting 29 CD

30 Juliwati 30 CD

31 Magdalena padang 31 Aksesoris

32 Sampurna 32 CD

33 Said muddin 33 CD

34 Anjas aces srgh 34 Jam

35 Eryanti 35 Aksesoris

36 Lsintarina damanik 36 CD

37 Jan sudiaman 37 CD

38 Dahlan martondi 38 Jam

39 Debby meizy 39 Jam

40 Abdul manan 40 Aksesoris

41 Marlan saragih 41 Aksesoris

42 Nurul mawaddah 42 Sepatu/ sandal 43 Rabiatul adawiyah 43 Alat-alat tulis

44 Simson barus 44 Buku-buku bekas

45 Suryahadi 45 Aksesoris

46 M. mardiaman 46 Aksesoris


(53)

48 Theresia A. 48 Café

49 Theresia 49 Café

50 Budiman 50 Café

51 Samsul 51 Café

52 Rosmini 52 Café

53 Reza 53 Café

54 Reza 54 Café

55 Supriani 55 Café

56 Edi sahputra 56 Café

57 Nurul zaman 57 Software

58 Hartono 58 Poster

59 Anim asfiyati 59 Aksesoris

60 Rajimen 60 Aksesoris

61 Junaidi 61 Poster

62 Asriyanti 62 Baju

63 Mhd. Gandhy 63 Casing hp/ charger

64 Hidayat 64 Aksesoris

65 Isma 65 Aksesoris

66 Edwin renaldo 66 Sepatu/ download lagu

67 Nita nilawati 67 Baju

68 M.Ade syahputra 68 Majalah

69 Priyono 69 Café

70 Pariyani 70 Café

71 Sri suherni 71 Café

72 Sri suherny 72 Café

73 Irman saragih 73 Casing hp/ charger

74 Sutar ningsih 74 Aksesoris

75 Sri peni 75 Aksesoris

76 Nora vera dona 76 Casing hp

77 Elvy astute lubis 77 Café

78 Maijurni 78 Café

79 Rini astute 79 Tas / baju/ senadal

80 Zulfah 80 Casing hp

81 Olivia Kristi 81 Aksesoris

82 Bernadetta 82 Casing hp

83 Malik Ibrahim 83 Aksesoris

84 Misba 84 Baju/sandal/ sepatu

85 Kasmawati 85 Café

86 Kasmawati 86 Café

87 Salbiah 87 Café

88 Kajat prayogi 88 Café


(54)

90 Sri suryani 90 Café

91 Sri suryani 91 cafe

92 Elmaniati 92 Café

93 Elita vera nababan 93 Café

94 Ahmad hilman 94 Aksesoris

95 Syafii ritonga 95 Aksesoris

96 J. hendra H.L 96 Tas/ baju

97 Hendrik 97 Aksesoris

98 Endang florenza 98 Aksesoris

99 Sarno 99 Café

100 Sarno 100 Café

101 Batara manihuruk 101 Café 102 Batara manihuruk 102 Café

103 Lage suwandi 103 Café

104 Helena T 104 Café

105 Neli suryani 105 Digital printing 106 Dhieni irmaliza 106 Poster

107 Chairani sitompul 107 Sepatu/sandal 108 Bustami Ibrahim 108 Café

109 M. Muhajir 109 Café

110 Sumihar luban 110 Aksesoris

111 Ahmad syaifudin 111 Parfum

112 Victor lumban 112 Café

113 Shinta 113 Café

114 Aslin 114 Café

115 Lugispa 115 Poster

116 Surya ningsih 116 Aksesoris 117 Basita sembiring 117 Digital printing

118 Irma 118 Café

119 Zulfan 119 Café

120 Menny tiara 120 Café

121 Juliadi 121 Aksesoris

4.2 Analisis Deskriptif


(55)

Metode ini merupakan analisis dimana data yang dikumpulkan pertama disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang sedang diteliti. Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penejelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa koesioner yang telah diiisi oleh responden penelitian. Koesioner yang digunakan dalam penelitian ini diukur dalam skal likert untuk menanyakan pengaruh aktivitas perdagangab pajak USU terhadap kunjungan para pelajar. Variabel aktivitas perdagangan( X1) terdiri dari 13 pertanyaan, variabel daya tarik (X2) terdiri 11

pertanyaan dan variabel kunjungan pelajar (Y) terdiri dari 5 pertanyaan. Jumlah pertanyaan adalah 29 butir. Responden penelitian adalah pelajar yang berkunjung ke pajak USU.

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2

Jenis kelamin responden

Jenis kelamin Frekuensi Presentasi

Laki-laki 14 35%

Perempuan 26 65%

Jumlah 40 100%

Sumber: hasil pengelolaan kuesioner ( agustus 2010)

Tabel menunjukkan bahwa dari 40 responden, mayoritas jenis kelamin responden adalah responden perempuan sebanyak 26 orang atau 65%, sedangkan responden laki-laki hanya sebanyak 14 orang atau 35%. Hal ini menunjukkan bahwa


(56)

pada pajak USU yang lebih banyak berkunjung adalah perempuan. Karena pada umumnya perempuan itu lebih senang berbelanja dan tawar menawar serta di dukung oleh adanya berbagai macam barang atau asecoris yang cantik yang sering digunakan oleh kaum perempuan.

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.3 Usia responden

Usia Frekuensi Persentasi

< 11 Tahun 1 2,5%

12-13 Tahun 12 30%

14-15 Tahun 10 25%

16-17 Tahun 14 35%

>18 Tahun 3 7,5%

Jumlah 40 100%

Sumber : hasil pengelolaan kuesioner (agustus 2010)

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari 40 responden, mayoritas usia responden adalah usia 16-17 tahun sebanyak 14 orang atau 35%, usia 12-13 orang tahun sebanyak 12 orang atau 30%, 14-15 tahun sebanyak 10 orang atau 25%, usia 18 tahun sebanyak 3 orang atau 7,5%, usia 11 tahun sebanyak 1 orang atau 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengujung pajak USU lebih banyak yang ber usia 16-17 tahun. Karena umur yang ber usia 16-17 tahun sudah mulai beranjak dewasa dan


(57)

mulai mencari sendiri keperluan-keperluan yang mereka butuhkan misalnya membeli perlengkapan alat-alat tulis.

4.2.4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.4

Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase

SMP 17 42,5

SMA 23 57,5

Jumlah 40 100

Sumber : hasil pengelolaan kuesioner (agustus 2010).

Tabel menunjukkan bahwa dari 40 responden, mayoritas tingkat pendidikan responden adalah usia SMA sebanyak 23 orang atau 57,5% dan SMP sebanyak 17 orang atau 42,5%. Hal ini menunjukkan bahwa yang lebih mendominasi ke pajak USU adalah SMA. Pelajar SMA sudah lebih banyak mengetahui tentang style, Maka dari hal itu mereka suka berburu produk-produk yang murah tapi cantik terutama yang berada di pajak USU. Apalagi pajak USU tempat dan lokasi nya mudah dijangkau dari berbagai arah.


(58)

4.3Metode Analisis Statistik

4.3.1 Analisis jawaban responden untuk variabel aktivitas pedagang (X1)

Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Aktivitas Perdagangan (X1)

Item STS TS R S SS Total

F % F % F % F % F % F %

1 3 7,5 5 12,5 9 22,5 15 37,5 8 20 40 100

2 3 7,5 10 25 15 37,5 11 27,5 1 2,5 40 100

3 1 2,5 8 20 25 62,5 6 15 0 0 40 100

4 2 5 7 17,5 12 30 13 32,5 6 15 40 100

5 2 5 7 17,5 12 30 13 32,5 6 15 40 100

6 4 10 1 2,5 0 0 20 50 15 37,5 40 100

7 4 10 3 7,5 7 17,5 17 42,5 9 22,5 40 100

8 1 2,5 1 2,5 10 25 17 42,5 11 27,5 40 100

9 5 12,5 5 12,5 7 17,5 17 42,5 6 15 40 100

10 5 12,5 8 20 7 17,5 11 27,5 9 22,5 40 100

11 2 5 12 30 12 30 10 25 4 10 40 100

12 2 5 1 2,5 5 12,5 23 57,5 9 22,5 40 100


(59)

1. Pada pertanyaan yang pertama, dari 40 responden, 8 responden (20%) menyatakan sangat setuju bahwa jenis barang pajak USU ( pajus) lengkap, 15 responden (37,5%) menyatakan setuju, 9 responden (22,5%) menyatakan ragu-ragu, 5 responden (12,5%) menyatakan tidak setuju, 3 responden (7,5%) menyatakan sangat tidak setuju. Tabel 4.5 pada pertanyaan pertama ini menyebutkan bahwa jenis barang pajak USU lengkap, Menurut dari data hasil penelitian jelas terlihat bahwa banyaknya responden menjawab setuju dan ragu. Dominan responden menjawab setuju dengan frekuensi 15 ( 37,5%) karena menurut Responden apa yang mereka cari di pajak USU mudah diperoleh. Tanggapan dominan responden ragu dengan frekuensi 9 (22,5%) karena pada saat responden berbelanja ke Pajak USU, barang yang di cari berketepatan habis.

2. Pada pertanyaan yang kedua, dari 40 responden, 1 responden (2,5%) menyatakan sangat setuju bahwa produk-produk yang dibutuhkan dipajak USU tersedia, 11 responden (27,5%) menyatakan setuju, 15 respoden (37,5%) menyatakan ragu-ragu, 10 responden (25%) menyatakan tidak setuju, 3 responden ( 7,5%) menyatakan sangat tidak setuju. Tabel 4.5 pada pertanyaan ke dua menyebutkan bahwa jenis produk-produk yang di butuhkan tersedia. Menurut dari data hasil penelitian jelas terlihat bahwa responden menjawab ragu dan setuju. Dominan responden menjawab ragu dengan frekuensi 15 (37,5%) karena menurut responden, mereka dapat mencari barang yang mereka butuhkan namun, terkadang ada yang tidak temukan. Tanggapan


(60)

responden setuju dengan frekuensi 11 (27,5%) karena mereka selalu memperoleh barang yang mereka inginkan.

3. Pada pertanyaan yang ketiga, dari 40 responden, tidak ada responden yang menyatakan sangat setuju bahwa mutu kualitas produk pajak USU (pajus) terjamin, 6 responden (15%) menyatakan setuju, 25 reeponden (62,5%) menyatakan ragu-ragu, 8 responden (20%), 1 responden (2,5%) menyatakan sangat tidak setuju. Tabel 4.5 pada pertanyaan ke tiga menyebutkan bahwa mutu kualitas pajak USU (pajus). Menurut dari data hasil penelitian jelas terlihat bahwa responden menjawab ragu dan setuju. Dominan responden menjawab ragu dengan frekuensi 25 (62,5%) karena menurut responden, terkadang barang yang mereka beli kualitasnya bagus dan terjamin namun terkadang ada barang yang mereka beli kualitasnya rendah. Tanggapan responden tidak setuju dengan frekuensi 8 ( 20%) karena responden selalu mendapatkan kualitasnya buruk.

4. Pada pertanyaan yang keempat, dari 40 responden, 6 responden (15%) mentayakan sangat setuju bahwa penjualan produk yang di jual di pajak USU dalam kondisi baik dan tidak rusak, 13 reponden (32,5%) menyatakan setuju, 12 responden (30%) menyatakan ragu-ragu, 7 responden (17,5%) menyatakan tidak setuju, 2 responden (5%) menyatakan sangat tidak setuju. Tabel 4.5 pada pertanyaan keempat menyebutkan bahwa penjualan produk yang dijual di pajak USU dalam kondisi baik dan tidak rusak. Menurut dari data hasil penelitian jelas terlihat bahwa responden menjawab setju dan ragu. Dominan


(61)

responden menjawab setuju dengan frekuensi 13 (32,5%) karena menurut responden, barang yang mereka beli di pajak USU selalu dalam kondisi baik dan tidak rusak. Tanggapan responden ragu dengan frekuensi 12 ( 30%) karena respoden terkadang mendapatkan barang dalam kondisi baik dan terkadang pula mendapatkan barang dalam kondisi tidak baik.

5. Pada pertanyaan yang kelima, dari 40 responden, 6 responden (15%) menyatakan sangat setuju bahwa promosi yang dilakukan pedagang pajak USU menarik minat pembelian, 13 reponden (32,5%) menyatakan setuju, 12 responden (30%) menyatakan ragu-ragu, 7 responden (17,5%) menyatakan tidak setuju, 2 responden (5%) menyatakan sangat tidak setuju. Tabel 4.5 pada pertanyaan kelima menyebutkan bahwa promosi yang dilakukan pedagang pajak USU menarik minat pembelian. Menurut dari data hasil penelitian jelas terlihat bahwa responden menjawab setuju dan ragu. Dominan responden menjawab setuju dengan frekuensi 13 (32,5%) karena menurut responden, barang yang mereka beli di pajak USU selalu mendapat promo dari pedagang pajak USU menarik untuk di beli misalnya saja seperti promo kartu, makanan dan minuman, minyak wangi, modem. Tanggapan responden ragu dengan frekuensi 12 ( 30%) karena menurut respoden promo di Pajak USU tidak menarik untuk dibeli.

6. Pada pertanyaan yang keenam, dari 40 responden, 15 responden (37,5%) menyatakan sangat setuju bahwa selalu melakukan tawar-menawar apabila membeli suatu barang, 20 responden (50%) menyatakan setuju, tidak ada


(62)

responden yang menyatakan ragu-ragu, 1 responden (2,5%) menyatakan tidak setuju, 4 responden (10%) menyatakan sangat tidak setuju. Tabel 4.5 pada pertanyaan keenam bahwa responden selalu melakukan tawar-menawar apabila membeli suatu barang. Menurut dari data hasil penelitian jelas terlihat bahwa responden menjawab setuju dan sangat setuju. Dominan responden menjawab sangat setuju dengan frekuensi 20 (50%) karena menurut responden, mereka selalu melakukan tawar-menawar apabila melakukan pembelian. Tanggapan responden sangat setuju dengan frekuensi 15 (37,5%) karena menurut responden apabila tidak melakukan tawar-menawar kurang afdhal dan merasa rugi

7. Pada pertanyaan yang ketujuh, dari 40 responden, 9 responden (22,5%) menyatakan sangat setuju bahwa penjualan alat-alat tulis di pajak USU sangat lengkap, 17 responden (42,5%), 7 responden (17,5%) menyatakan ragu-ragu, 3 responden (7,5%) menyatakan tidak setuju, 4 responden (10%) menyatakan sangat tidak setuju. Tabel 4.5 pada pertanyaan ketujuh bahwa mengatakan alat-alat tulis di pajak USU lengkap. Menurut dari data hasil penelitian jelas terlihat bahwa responden menjawab setuju dan sangat setuju. Dominan responden menjawab sangat setuju dengan frekuensi 17 (42,5%) karena menurut responden, mereka selalu membeli perlengkapan alat-alat tulis di pajak USU selalu ada apabila mereka ingin membeli. Tanggapan responden sangat setuju dengan frekuensi 9 (22,5%) karena mereka selalu memperoleh perlengkapan alat-alat tulis dengan mudah.


(1)

A. Aktivitas pedagang ( variabel bebas )

No. Indikator variable

STS (1)

TS (2)

R (3)

S (4)

SS (5) 1. Jenis barang yang di pajak USU

lengkap

2. Produk-produk yang dibutuhkan tersedia

3. Mutu dan kualitas produk terjamin 4. Produk yang dijual di pajak USU

dalam kondisi baik dan tidak rusak 5. Promosi yang di lakukan pedagang

pajak USU menarik minat pembelian

6. Saya selalu melakukan tawar-menawar apabila saya ingin membeli suatu barang di pajak USU

7. Penjualan alat-alat tulis di pajak USU sangat lengkap

8. Penjualan berbagai aksesoris sangat lengkap

9. Banyak berbagai macam makanan yang dijual di pajak USU

10. Saya menyukai model produk sepatu/sandal yang dijual di pajak USU

11. Baju-baju yang dijual di pajak USU model terbaru

12. Jam tangan yang dijual di pajak USU berbagai macam model


(2)

13 Di pajak USU menjual casing berbagai macam tipe

B. Daya tarik ( variabel antara ) No

Indikator variable

STS (1)

TS (2)

R (3)

S (4)

SS (5) 1. Merk dari berbagai jenis barang di

pajak USU lengkap

2. Harga barang yang dijual di pajak USU terjangkau oleh pembeli

3. Tempat atau lokasi pajak USU mudah di jangkau oleh pengunjung 4. Tempat atau lokasi pajak USU

strategis dari berbagai arah

5. Lokasi pajak USU mudah dijangkau oleh pengunjung

6. Alat-alat tulis yang dijual di pajak USU harganya terjangkau

7. Makanan/minuman yang dijual di pajak USU harganya terjangkau

8. Download lagu/cetak fhoto harganya terjangkau

9. Keamanan dan kenyamanan di pajak USU terjamin


(3)

C. Kunjungan pelajar (variabel terikat)

No. Indikator variable STS (1)

TS (2)

R (3)

S (4)

SS (5) 1. Saya menyadari kebutuhan hidup .

untuk itu, saya aktif untuk mencari informasi mengenai informasi mengenai produk sebelum saya memutuskan melakukan pembelian 2. Saya melakukan pembelian di

pajak USU karena harga yang stabil dan terjangkau

3. Saya melakukan pembelian di pajak USU karena tempatnya yang strategis dan mudah dijangkau

4. Saya melakukan pembelian di pajak USU karena harga yang lebih murah,stabil dan terjangkau

5. Saya melakukan pemeblian di pajak USU karena pelayanan yang diberikan oleh pedagang terhadap pembeli memuaskan


(4)

(5)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Daya_Tarik,

Aktivitas_Pe daganga

. Enter

a. All requested variables entered.

Uji Coefficientsa (uji –t)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .605 2.194 -.276 .784

Aktivitas_Pedagan g

.234 .075 .457 3.123 .003

Daya_Tarik .200 .070 .415 2.837 .007

Uji Fhitung

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 372.349 2 186.174 37.513 .000a

Residual 183.626 37 4.963

Total 555.975 39

Tabel 4.10

Uji koefesien determinan Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .818a .670 .652 2.22775


(6)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 372.349 2 186.174 37.513 .000a

Residual 183.626 37 4.963

Total 555.975 39

Tabel 4.10

Uji koefesien determinan Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .818a .670 .652 2.22775