Kecelakaan, Terbentur Benda Keras dan Olah Raga

selaput dara yang disebabkan oleh perbuatan zina tidak menjadi suatu masalah karena dapat tertutupi. 12

B. Pemakaian Selaput Dara Tiruan Dilihat Dari Penyebab Robeknya Selaput

Dara Menurut Hukum Islam Mengenai pemakaian selaput dara tiruan menurut hukum Islam memang termasuk suatu permasalahan baru yang harus dikaji dan ditelaah secara detail agar pembahasannya dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, untuk menganalisa pemakaian selaput dara tiruan menurut hukum Islam, maka harus dilihat dari penyebab robeknya selaput dara itu sendiri. Dalam hal ini terbagi kepada tiga jenis penyebab robeknya selaput dara yang terjadi pada kaum perempuan, yakni sebagai berikut :

1. Kecelakaan, Terbentur Benda Keras dan Olah Raga

Selaput dara yang robeknya disebabkan oleh kecelakaan, terbentur benda keras dan olah raga tidak dianggap sebagai bentuk perbuatan maksiat. Dan dalam hal ini perempuan yang robek selaput daranya disebabkan oleh faktor tersebut di atas tetap dikategorikan sebagai perempuan perawan. 13 Hal ini senada dengan penjelasan yang diberikan oleh Ibn Hâmid, bahwa jika seorang perempuan robek selaput daranya disebabkan oleh olah raga, terbentur benda keras, memasukkan jari maupun haid yang berlebihan, maka 12 “Awas Tertipu Beredar Alat Pemalsu Keperawanan”, artikel diakses pada 17 Oktober 2009 dari http:www.nusantaraku.com 13 Boyke Dian Nugraha, Problema Seks dan Solusinya Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 98. perempuan tersebut tetap disebut sebagai perempuan perawan. Karena sebab- sebab robeknya selaput dara tersebut di atas bukan termasuk dalam kategori perbuatan jima’ ﻏ ْـ ﺮ و ْﻃ ﺌﻬ ـ ﻓ ﺎ ـ ﻘﻟا ﻰ ـﺒ ـ . 14 Robeknya selaput dara yang terjadi pada perempuan karena sebab- sebab di atas tidak mempengaruhi keperawanan atas dirinya. Keperawanan atas dirinya masih tetap ada dan tidak hilang jika disebabkan oleh faktor- faktor di atas, kecuali jika perempuan tersebut melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya melakukan persetubuhan baik halal maupun haram. 15 Pemakaian selaput dara tiruan bagi perempuan yang robek selaput daranya karena faktor-faktor di atas, merupakan suatu upaya atau tindakan aktif untuk mewujudkan suatu kemaslahatan yang berupa menstabilkan keadaan jiwa seorang perempuan, menutup ‘aib yang terdapat dalam dirinya, menciptakan hubungan suami-istri yang harmonis dan menghindari kemudharatan yang berupa menghilangkan prasangka maupun tuduhan yang tidak berdasar dan reaksi adat masyarakat yang berlebihan. Terdapat beberapa kaidah ushuliyah yang digunakan sebagai dasar dalam mewujudkan suatu kemashlahatan, diantaranya : ْ ﻟا ـﻟﺎ و د ْر ء ﻟا ـ ﺎ ـﺪ Artinya : 14 Abî Muhammad ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudâmah, al-Mughnî Kairo: Hajr, 1989, Juz 9, h. 411. 15 Muhammad bin Qâsim al-Ghazî, Fathul Qarîb al-Mujîb Semarang: Toha Putra, h. 44-45. “Meraih kemaslahatan dan menolak kerusakan” . 16 ﱠﻀﻟا ـ ﺮ ر ـ ﺰ لا Artinya : “Kemudharatan harus dihilangkan” . 17 Jika perempuan tersebut tidak melakukan tindakan aktif dengan memakai selaput dara tiruan, maka dapat timbul suatu mudharat bagi dirinya ketika hendak menikah yakni tidak mau menikah dikarenakan merasa bahwa dirinya tidak dapat membahagiakan suami dan takut dituduh sudah tidak perawan. Kemudharatan seperti ini jika terus dibiarkan berkembang di masyarakat, maka dapat membawa akibat buruk yang berkepanjangan, merusak martabat dan kehormatan kaum perempuan. Oleh karena itu guna menciptakan suatu kemashlahatan dan menghilangkan kemudharatan, maka pemakaian selaput dara tiruan ini sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan hubungan suami-istri yang harmonis, menghilangkan tuduhan yang tidak berdasar dan mengangkat kehormatan kaum perempuan. 18 Hal ini berdasarkan hadits dari Ummi Kultsum RA yang pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda 19 : ﺣ ﱠﺪﺛ ـ ﺎ ـﺒ ْـﺪ ﻌﻟا ـ ﺰ ْـ ﺰ ْـ ـﺒ ْـﺪ ﻟا ـ ـ لﺎ ﺣ ﱠﺪﺛ ـ ا ﺎ ْـ ﺮ ها ـ ْـ ْـ ﻌْـ ﺪ ـ ْ ﺻ ـﻟﺎ ـ ْ ا ْـ ـﻬ بﺎ ا ﱠن ﺣ ـ ْـﺪ ْـ ـﺒ ْـﺪ ﱠﺮﻟا ﺣ ْْـ ـ ا ْـﺒ ـ ﺮ ا ﱠن اﻣ ـ اﱠم آـ ْـ ـْﻮ م ـ ْـ ـﻘ ْـﺒ ـﺔ ا ْـﺒ ـ ﺮ ْـ 16 H. A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih “Kaidah-kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan Masalah-masalah Praktis” Jakarta: Kencana, 2007, h. 70. 17 Muchlis Usman, Kaidah-kaidah Istinbath Hukum Islam: Ushuliyah dan Fiqhiyah Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002, h. 143. 18 Abdullah Faqih, Indahnya Bercinta Sesuai Syari’ah “120 Fatwa Kontemporer Hubungan Suami-Istri” . Penerjemah M. Lili Nur Aulia, Jakarta: Tarbawi Press, 2008, h. 157. 19 Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismâil bin Ibarâhîm al-Bukhârî, Shahih al-Bukhârî Beirut: Alima al-Kutub, T.Th, Juz 4, No. 3, h. 19. اﱠ ﻬـ ﺎ ـ ـﻌ ـ ْ ر ـْﻮ ل ﻟا ـ ﺻ ـﱠ ﻟا ﻰ ـ ْـ و ﱠ ـﻘ ـْﻮ ل : ﻟْ ـ ﻜﻟا ـﱠﺬ با ﻟاـ ﺬ ى ْـ ـ ـ ْـ ﻟا ـ سﺎ ﻓـ ـ ْـ ﻰ ـ ْـ ًﺮ ا ا ْو ـﻘ ـْﻮ ل ـ ْـ ًﺮ ا ﺒﻟا اور ـ ىرﺎ Artinya : “Tidak termasuk pendusta orang yang mendamaikan hubungan antara manusia yang menginginkan kebaikan atau mengatakan kebaikan” . HR. Bukhari Di dalam Riwayat lain juga ditambahkan 20 : ـ لﺎ ا ْـ ـﻬ ـ بﺎ : وﻟ ـْ ا ْـ ـ ْ ـ ﺮ ـ ﻓـ ﻰ ـ ﺊ ﻣ ـ ﺎ ـﻘ ـْﻮ ل ﻟا ـ سﺎ آـ ﺬ ب اﻟ ﻓ ﺎ ـ ﺛ ﻰ ثﺎ : ﺤﻟا ـ ْﺮ ب , و ﺣ ـﺪ ْـ ﻟاـ ﱠﺮ ـ اﻣ ْـ ﺮ ا ـ , و ﺣ ـﺪ ْـ ﻟا ـ ْﺮ اة ز ْو ـﻬ ـﺎ . Artinya: “Aku tidak mendengar Rasulullah SAW membolehkan suatu kedustaan dikatakan kepada manusia kecuali dalam tiga hal yakni dalam peperangan,bicara seorang suami kepada istrinya dan istri kepada suaminya” . Jadi untuk terwujudnya suatu kemashlahatan dan menghilangkan kemudharatan, maka pemakaian selaput dara tiruan bagi perempuan yang robek selaput daranya disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas tidak dianggap sebagai suatu bentuk penipuan terhadap suami. Karena pada dasarnya perempuan tersebut masih perawan atau masih suci.

2. Perbuatan Zina