• Studi Kepustakaan yakni dengan cara mengumpulkan, mengutip dan memperoleh landasan teoritis berupa konsep dari buku-buku, artikel-
artikel maupun sumber lainnya yang terkait dengan pokok bahasan yang diangkat penulis.
12
4. Analisis Data
Seluruh data yang penulis peroleh dari kepustakaan, setelah itu penulis melakukan klasifikasi data. Setelah diklasifikasi lalu dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif yakni analisis dengan menggunakan penafsiran hukum, penalaran hukum dan argumentasi rasional.
13
5. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Yang Diterbitkan Oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”
E. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan studi terdahulu yang sudah dilakukan oleh penulis terhadap beberapa skripsi, bahwa belum ada yang membahas secara khusus tentang
pemakaian selaput dara tiruan dalam tinjauan hukum Islam. Adapun penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Nama
: Nur Rohmiyati NIM
: 9943116906
12
Tommy H. P, Metodologi Penelitian Hukum Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2007, h. 28.
13
Ibid., h. 29.
Prodi :
PMH Tahun
: 2003 Judul Skripsi :
Hak Reproduksi Perempuan Menurut Hukum Islam dan Hukum Internasional
Dalam skripsi ini, penulis menjelaskan bahwasannya: Hak reproduksi menurut hukum Internasional ialah merupakan bagian dari
hak azasi manusia yang harus kita lindungi, jaga, hormati dan junjung tinggi. Hak ini sebagaimana tercantum dalam dokumen, piagam dan hasil
konferensi Internasional. Sedangkan hak reproduksi menurut hukum Islam ialah lebih menitik
beratkan hak perempuan selaku istri dan ibu. Hal ini tertera dalam:
a. Menikmati hubungan seksual.
b. Mengatur kehamilan.
c. Jaminan keselamatan.
Letak perbedaannya : 1
Sisi Positif dan negatif dari pemakaian selaput dara tiruan. 2.
Nama : Siti Maemah
NIM :
0043219260 Prodi
: PMH
Tahun : 2005
Judul Skripsi : Operasi Penyempurnaan dan Penggantian Alat Kelamin Dalam Tinjauan
Hukum Islam Serta Pengaruhnya Terhadap Status Perkawinan dan Kewarisannya
Dalam skripsi ini, penulis menjelaskan bahwasannya: Dalam hukum Islam, operasi penyempurnaan alat kelamin adalah
dibolehkan mubah, karena operasi ini untuk mempertegas dan memperjelas alat kelamin yang sudah ada. Sedangkan hukum operasi
penggantian alat kelamin adalah haram, karena operasi ini mengakibatkan organ kelamin luar tidak sesuai dengan organ kelamin dalam dan termasuk
perbuatan mengubah ciptaan Allah SWT. Status hukum perkawinan setelah melakukan operasi penyempurnaan
kelamin bagi khunsa wadih adalah tetap seperti semula sesuai dengan kejelasan status sebelumnya, bahkan dengan dilakukan operasi akan
mempertegas statusnya. Sedangkan status hukum perkawinan setelah melakukan operasi penggantian alat kelamin adalah tidak sah bahkan
haram jika ia melakukan perkawinannya dengan kondisi jenis kelamin yang baru, karena operasi penggantian kelamin dari laki-laki menjadi
perempuan atau sebaliknya tidak merubah status jenis kelaminnya ia tetap berstatus dengan jenis kelaminnya ia tetap berstatus dengan jenis
kelaminnya yang asli yang normal pada waktu lahirnya.
Status hukum kewarisannya setelah melakukan operasi penyempurnaan bagi khunsa wadih adalah tetap sesuai dengan kejelasan status
sebelumnya. Operasi ini tidak merubah kedudukannya sebagai ahli waris, bahkan lebih menguatkan statusnya setelah melakukan operasi
penyempurnaan tersebut. Sedangkan status hukum kewarisan setelah melakukan operasi penggantian kelamin bagi waria banci kejiwaan
adalah tidak merubah kedudukannya sebagai ahli waris, ia tetap berkedudukan sebagai ahli waris seperti jenis kelaminnya yang asli yang
normal pada waktu lahirnya sebelum operasi. Letak perbedaannya :
1 Pada sisi hukum pemakaian selaput dara tiruan menurut hukum Islam
Artificial Virginity Hymen .
F. Sistematika Penulisan