Fungsi Tembut-Tembut Sebagai Sarana Hiburan Fungsi Tembut-Tembut Sebagai Presentasi Estetis

74

IV.2 Fungsi Tembut-Tembut Sebagai Sarana Hiburan

Tembut-tembut juga memiliki fungsi sebagai sarana hiburan, hal ini terlihat ketika barisan tembut-tembut melewati jalan-jalan desa dengan iringan musik dan ini merupakan tontonan yang menarik bagi warga desa. Pada kesempatan ini kadang muncul kegembiraan ketika melihat orang ada yang terkejut dan takut melihat topeng tembut-tembut. Ketika acara inti dari upacara ndilo wari udan di pinggir desa selesai, dan topeng diarak kembali ke dalam desa, tembut-tembut sudah lebih dominan sebagai sara hiburan yang menyenangkan. Disamping karena adanya rasa lega karena acara telah berjalan lancar,warga juga telah berkurang rasa takutnya pada tembut- tembut. Hal ini dikarenakan tembut-tembut tersebut tidak lagi terkesan manakut- nakuti warga melainkan mengajak bermain-main sambil berjalan pulang. Dalam kesempatan lain, tembut-tembut juga sering dijadikan sebagai tontonan dalam perayaan hari besar seperti, HUT RI. Selain itu, tembut-tembut juga sering dimainkan sebagai hiburan dalam pertunjukan, misalnya pada acara Pesta Mejuah-Juah, Pesta Bunga dan Buah dan penyambutan tamu-tamu kehormatan. 75

IV.3 Fungsi Tembut-Tembut Sebagai Presentasi Estetis

Fungsi penghayatan estetis yang muncul dalam pertunjukan tembut-tembut dapat dilihat dari penampilan penyajiannya yang memakai kostum tertentu dan dalam gerakannya menirukan gerak tari Masyarakat Karo. Pakaian yang dipakai adalah pakaian yang di desain sedemikian rupa dalam bentuk jubah. Dalam hal ini menariknya, dimana ada aturan yang harus mengikuti orang menari, seperti saat bunyi gong, jinjitan kaki harus ke atas. Presentasi akan keindahan selanjutnya kelihatan dari penentuan karakter dan warna tokoh. Tokoh Panglima, topengnya berwarna hitam, berambut, berkumis dan jenggotnya putih melambangkan ketuaan, kekuatan ilmu dan kesepuhan. Topeng Kikir Labang berwarna kuning memudar melambangkan wanita yang sifatnya lembut, namun karena sudah tua maka giginya dikikir rata dan berwarna hitam. Selain Kikir Labang yang warna dasar wajah adalah kuning memudar, bibirnya juga diberi warna merah sebagai tanda bahwa dia pemakan sirih, yang merupakan kebiasaan wanita tua Karo. Sedangkan Topeng Anak Perana berwarna kuning melambangkan laki- laki yang masih muda. Untuk topeng Singuda-nguda juga berwarna kuning melambangkan gadis muda yang cantik, diperjelas dengan memakaikan kudung- kudung atau anting-anting. Manuk Si Gurda-Gurdi memiliki paruh yang panjang untuk melambangkan binatang buas yang mampu memangsa manusia. Seandainya warna dan bentuk tembut-tembut tersebut diganti dari masing- masing tokohnya, maka kemungkinan besar tidak sesuai lagi dengan karakternya. Walaupun secara umum karakter dari tembut-tembut dapat dikatakan menakutkan, namun sebenarnya ada keserasian dan inilah letak keindahannya. 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN