untuk bagian belanja pelayanan publik : “1 belanja bagi hasil retribusi kepada Pemerintah Desa, 2 belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa
Kelurahan, 3 belanja bantuan keuangan kepada organisasi kemasyarakatan, 4 belanja bantuan keuangan kepada organisasi profesi.”
5 Belanja Tidak Tersangka Menurut Halim 2004 : 73, “kelompok belanja tidak tersangka adalah belanja
Pemerintah Daerah untuk pelayanan publik dalam rangka mengatasi bencana alam dan atau bencana sosial. Kelompok belanja ini terdiri atas jenis belanja tidak
tersangka.”
2. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
Salah satu analisis rasio pada sektor publik khususnya APBD menurut Widodo dalam Halim 2004 : 150 adalah rasio kemandirian keuangan daerah.
Kemandirian keuangan daerah otonomi fiskal merupakan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Adapun tujuan
kemandirian keuangan daerah ini mencerminkan suatu bentuk pemerintahan daerah apakah dapat menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Kemandirian
keuangan daerah juga menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern.
Dalam mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah ini, Yunita 2008 mengukurnya dengan membandingkan PAD dengan total pendapatan yang
diperoleh daerah tersebut yang diperoleh dari Laporan realisasi APBD. Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana
eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal terutama Pemerintah
pusat dan Provinsi semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang
merupakan komponen PAD. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
semakin tinggi. Penggunaan dari analisis rasio pada sektor publik khususnya terhadap
APBD memang belum banyak dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Meskipun
demikian dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis efektif, efisien dan akuntabel, analisis rasio terhadap APBD perlu
dilaksanakan, meskipun kaidah pengakuntansian dalam APBD berbeda dengan laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan swasta.
Salah satu analisis rasio pada sektor publik khususnya APBD menurut Widodo dalam Halim 2004:150 adalah rasio kemandirian keuangan daerah.
Kemandirian keuangan daerah otonomi fiskal merupakan kemampuan
Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan
retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.
3. Hubungan Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Belanja Modal