Pendidikan Akhlak KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

A. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian dan Dasar Pendidikan Akhlak a. Pengertian Pendidikan Akhlak Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabiat, watak dasar, kebiasaan, sopan dan santun agama. 6 Secara linguistik kebahasaan kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak atau khuluq kedua- duanya dijumpai pemakaianya di dalam al-Quran maupun Hadits sebagai terlihat berikut: ݉ݛﻈܲ ܽ݇܎ ﻰ݆݇ܳ ﻚڰݎإو ݆݉݇ܿا : Artinya: Dan sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang agung . Q.S.Al-Qalam, 66: 4. ݍݛ݆ڰوﻷا ܽ݇܎ ڰݢإ اﺬه نإ ءاﺮܳܟ݆ا : ٧ Artinya: Agama kami ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu. Q.S. Al-Syuara, 26: 137. 7 Adapun menurut istilah para ahli, akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. 8 6 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001, cet Ke-12, h. 25 7 Ibid. h.25 Para ahli mengemukakan berbagai pendapat tentang pengertian akhlak. Al Ghazali mendefinisikan: ܺ ﺔ۳ݛه ݍܲ ةرﺎ۹ܲ ݍ݊ ﺮܛݚو ﺔ݆ﻮﻬܛ۸ لﺎܳܺﻷا رﺪܣ۾ ﺎﻬݏܲ ﺔ܏ܚار ܙܻڰݏ݆ا ﻰ ﺔڰݚورو ﺮﻜܺ ﻰ݆ا ﺔ܆ﺎ܊ ﺮݛﻏ , لﺎܳܺﻷا ﺎﻬݏܲ رﺪܣ۾ ܁ݛ܋۸ ﺔ۳ݛﻬ݆ا ۽ݎﺎآ نﺈܺ ﻬ݆ا ﻚ݇۾ ۽ݛ݋ܚ ﺎܲﺮܞ و ݣܿܲ ةدﻮ݋܋݋݆ا ﺔ݇ݛ݋܇݆ا نﺎآ نإو ﺎݏܛ܊ ﺎܿ݇܎ ﺔ۳ݛ ﺎ۳ݛܚ ﺎܿ݇܎ رﺪܣ݋݆ا ݙه ﻰۿڰ݆ا ﺔ۳ݛﻬ݆ا ۽ݛ݋ܚ ﺔ܋ݛ۹݆ܿا لﺎܳܺﻷا ﺎﻬݏܲ ردڰﺎܣ݆ا Artinya: Akhlak adalah suatu sikap bay’ah yang mengakar dalam jiwa yang dirinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut di sebut akhlak yang buruk”. . 9 Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan langsung dan berturut-turut. ﺔ ور ﻻو ﺮْﻜ ﺮْﻏ ْﻦﻣ ﺎﻬ ﺎ ْ أ إ ﺔ اد ﺲْ ﱠﻨ ا لﺎﺣ ﻮه ﻖ ﺨْا Artinya: Khuluk ialah keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memerlukan kepada pemikiran dan penelitian . 10 Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak adalah suatu kondisi atau keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan secara spontan atau tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran atau suatu 8 Ismail Thib, Risalah Akhlak, Yogyakarta: CV. Faizan ,Jilid 4, 1986, h. 143 9 Moh. Ardani, Op. Ci.h.28-29 10 Moh. Ardani, Alquran dan Sufisme Mangkunegara IV, Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf, 1995 h. 2-3 keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memerlukan pemikiran. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alami yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukannya seperti rasa takut dan sebagainya. Definisi-definisi akhlak secara substansial tampak saling melengkapi, dan kita dapat melihat ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu: 1 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadianya. 2 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakanya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. 3 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. 4 Sejalan dengan ciri yang ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian. 11 Adapun induk seluruh akhlak dan yang merupakan sendi-sendinya itu ada 4 yaitu: 1 Hikmah 2 Keberanian 3 Kelapangan dada dan 4 Keadilan 11 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2000, cet ke-3, h.5 Hikmah ialah suatu keadaan yang denganya itulah dapat ditemukannya hal-hal yang benar dengan menyisihkan mana-mana yang salah dalam segala urusan yang dihadapi secara ikhtiariah. Keberanian adalah keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dilahirkan atau dikekang. Kelapangan dada ialah mendidik kekuatan syahwat atau kemauan dengan didikan yang bersendikan akal fikiran serta syariat agama. Keadilan ialah suatu kekuatan dalam jiwa yang dapat membimbing kemarahan dan dan membawanya ke arah yang sesuai dengan hikmat dan kebijaksanaan. Ada kalanya dibiarkan dan adakalanya dikekang dan semua ini dengan mengingat keadaan dan suasana yang sedang dihadapinya. Dari keempat macam sendi-sendi pokok itulah timbulnya semua akhlak yang baik dan terpuji. Alquran telah mengisyaratkan perihal akhlak-akhlak ini dalam memberikan sifat kepada kaum mukminin, sebagaimana firman Allah : ݆݉ ڰ݉܂ ݑ݆ﻮܚرو ﷲﺎ۸ اﻮݏ݊ﺁ ݍݚﺬڰ݆ا نﻮݏ݊ﺆ݋݆اﺎ݋ڰݎا ݉ﻬ݆اﻮ݊ﺄ۸اوﺪهﺎ܆واﻮ۸ﺎ۾ﺮݚ تاﺮ܇܋݆اۤ نﻮܾدﺎڰܣ݆ا ݉ه ﻚ۳݆وا ﷲا ݅ݛ۹ܚ ݙܺ ݉ﻬܛܻݎاو : ۵ ۣ Artinya: Bahwasanya orang-orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya, kemudian tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwanya untuk sabilillah. Mereka itulah orang-orang yang benar. QS. Al-Hujarat: 15 12 12 AlAllamah almarhum Asysyaikh Muhammad Jalaluddin Al qasimi Addimasyqi, Ringkasan dari Ihya Ulumuddin , Jakarta: Al-Maktabah At-tijjariyyah Al-kubro Akhlak merupakan suatu sikap yang melekat pada jiwa seseorang yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang berdasarkan keimanan dan pilihanya baik dan buruk, terpuji dan tercela. Dengan demikian akhlak termasuk suatu bidang ikhtiar manusia yang dapat diubah dari yang jahat menjadi baik dan dari yang baik menjadi jahat. b. Dasar Pendidikan Akhlak Yang dimaksud dengan dasar pendidikan akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercelanya akhlak. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlak adalah al-Qur’an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Seperti dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai dari baik dan buruk, terpuji dan tercela, semata-mata karena syara’ al-Qur’an dan Sunnah. 13 Di dalam Agama Islam, baik akhlak terhadap khalik, sesama manusia maupun terhadap alam telah dijelaskan dalam al-Qur’an dan Sunnah, sehingga manusia dapat menjadikan kedua sumber tersebut sebagai pedoman dalam berakhlak.Yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk ialah al- Qur’an dan Sunnah. Firman Allah: ﺮ܎ݢا مﻮݛ݆او ﷲااﻮ܆ﺮݚ نﺎآ ݍ݋݆ ﺔݏܛ܊ ةﻮܚا ﷲا لﻮܚر ﻰܺ ݉ﻜ݆ نﺎآ ﺪ݆ܿ اﺮݛ܃آ ﷲاﺮآذو ط ۤ باﺰ܊ﻷا : ۣ 13 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI,1999, Cet. Ke-1, h.2 Artinya: ”Sesungguhnya pada diri Rasulullah SAW itu terdapat contoh teladan yang baik bagi kamu sekalian, yaitu bagi orang yang mengharapkan keridhaan Allah dan berjumpa dengan-Nya di hari kiamat dan selalu banyak menyebut nama Allah”. Q.S.al-Ahzab, 33:21 14 Nabi Muhammad sebagai teladan bagi umat Islam, karena perilaku kesehariannya mencerminkan pada empat sifat. Sifat-sifat tersebut adalah: pertama, Siddiq jujur dan lawanya yaitu Kadzab dusta. Sifat yang kedua Amanah, yaitu sikap mental untuk menyampaikan sesuatu kepada yang berhak menerimanya. Lawannya adalah Khiyanat, yaitu tidak dapat dipercaya. Sifat yang ketiga adalah Tabligh , artinya apa yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk disampaikannya secara keseluruhan tanpa dikurangi atau diselewengkan. Lawannya Khitman, artinya menyembunyikan. Sedangkan sifat yang keempat adalah Fathonah, yang artinya cerdas. Lawannya Baladah, artinya dungu. 15 Perhatian Islam terhadap pendidikan dan pembinaan akhlak dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin. 16 Dalam firman Allah surat Al-Hujarat, 49:15 14 Depag RI, Op. Cit., h. 670 15 Saifuddaulah dkk, Akhlak Ijtimaiyah, PT. Pamator, Cet. I,1998h.16-18 16 Muhammad al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, Semarang : wicaksana,1999, Cet. IV, h.13. ﻮܚرو ﷲﺎ۸ اﻮݏ݊ا ݍݚﺬڰ݆ا نﻮݏ݊ﺆ݋݆ا ﺎ݋ڰݎا ݉ﻬ݆اﻮ݊ﺄ۸ اوﺪﻬ܆و اﻮ۸ﺎ۾ﺮݚ ݆݉ ڰ݉܂ ݑ݆ ﷲا ݅ݛ۹ܚ ﻰܺ ݉ﻬܛܻݎاو ط نﻮܾﺪܣ݆ا ݉ه ﻚ۳݆وا ۤ تاﺮ܇܋݆ا : ۵ ۣ Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang beriman kepada Allah SWT, dan Rosul-Nya, kemudian itu mereka tidak ragu-ragu dan senantiasa berjuang dengan harta dan dirinya di jalan Allah. Itulah orang-orang yang benar imanya . Q.S.Al-Hujarat, 49:15 Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa iman yang dikehendaki Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran yang dibawa Rasul SAW, mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang di jalan Allah SWT dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat mendambakan terwujudnya akhlak yang mulia. 17 Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Berkenaan dengan ini imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk itu al- Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus membiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat 17 Ibid, h.848 pemurah, hingga murah hati dan murah tangan itu menjadi tabiatnya yang mendarah daging. 18 Cara yang lain dalam pembinaan akhlak adalah dengan keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. 19 Dengan demikian, maka jelaslah bahwa akhlak yang patut dan harus diperbuat adalah yang sesuai dengan tuntutan al-Qur’an yang merupakan pedoman bagi seoarang muslim dalam segala aspek kehidupan dan al-Sunnah yang berfungsi menjelaskan dan menerangkan hal-hal yang kurang jelas dalam al-Qur’an. 2. Macam-macam akhlak a. Akhlak Al-Karimah Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dapat dibagi menjadi tiga bagian, pertama, akhlak kepada Allah, kedua akhlak terhadap diri sendiri, dan ketiga akhlak mulia terhadap sesama manusia. b. Akhlak Al-Mazmumah 18 Abuddin Nata,Op. Cit, h.162 19 Ibid. Akhlak yang tercela Akhlak Al-Mazmumah secara umum adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Namun ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Agama Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, diantaranya : a. Berbohong Bohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya. b. Takabur Takabur adalah salah satu akhlak yang tercela pula. Arti takabur adalah merasa atau mengaku diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa diri serba hebat. c. Dengki Dengki atau kata arabnya “Hasad” jelas termasuk akhlak Al-Mazmumah. Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain, dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain tersebut, baik dengan maksud supaya kenikmatan itu berpindah ke tangan sendiri atau tidak. d. Bakhil Bakhil artinya kikir. Orang yang kikir ialah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya demikian sangat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya untuk diberikan kepada orang lain. 20 Lebih lanjut keadaan jiwa itu adakalanya menampakan sifat labil didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan perbuatan seperti takut dan lain-lain. Selain itu suasana jiwa adakalanya dipengaruhi adat istiadat, seperti orang terbiasa jujur, dermawan dan lain-lain. Berbeda dengan etika dan moral yang lebih menampakan aspek lahiriyah, maka akhlak mencakup perbuatan atau keadaan lahir maupun batin, dalam hubungan ini Allah berfirman dalam al-Qur’an sebagai berikut : Artinya : “Katakanlah Tuhan hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan Hujjah untuk itu, dan mengharamkan kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui. Q.S. Al-A’raf :33 21 3. Tujuan Pendidikan Akhlak Tujuan merupakan penentu arah dari suatu kegiatan yang kita lakukan dalam pendidikan. adanya tujuan merupakan hal yang mutlak dan harus ada, karena tanpa adanya tujuan pelaksanaan program pendidikan menjadi tidak terarah dan tidak tidak berjalan sebagaimana mestinya. Adapun akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna yang membedakanya dari makhluk lainya. Akhlak hendak 20 Moh. Ardani, Op. cit.h. 49-60 21 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung Gema Risalah Press, 1992. h. 583 menjadikan manusia orang yang berkelakuan baik bertindak baik sesama manusia, terhadap sesama makluk dan terhadap Allah. Sedangkan Pendidikan akhlak bertujuan mengetahui perbedaan-perbedaan perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai yang jahat sehingga tercapailah tata tertib dalam pergaulan sehari-hari Selain itu juga akhlak berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa manusia mamiliki jasmani dan rohani. Jasmani dibersihkan secara bathiniyah melalui akhlak. 22 Akhlak juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia di segala bidang. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang maju yang disertai dengan akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang akan ia milikinya akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan dan sebagainya namun disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana di muka bumi. Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui 22 M. Athiyah al-Arbasyi, dasar-dasar pokok pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, Cet. Ke-6. h. 15 perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia berusaha untuk menghindarinya. 23 Dari uraian di atas menunjukkan bahwa, tujuan pendidikan akhlak ialah agar manusia dapat mengetahui penetapan batasan antara yang baik dengan yang buruk dan dengan menetapkan sesuatu pada proporsinya yang sebenar-benarnya, sehingga kita diharapkan dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik,indah, mulia dan terpuji serta dapat menghindari atau meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk, hina, jelek dan tercela. 4. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Ruang lingkup pembahasan Ilmu akhlak adalah membahas tentang perbuatan- perbuatan manusia, kemudian menetapkanya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau buruk. Ilmu akhlak juga disebut sebagai Ilmu yang yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal sikap dan tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai-nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut baik atau buruk. 24 Adapun ruang lingkup akhlak itu sendiri adalah: a. Akhlak kepada Allah Yang dimaksud dengan akhlak kepada Allah SWT adalah sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai khaliq. Akhlak kepada Allah adalah beribadah kepada allah 23 Ibid. 24 Abuddin Nata, Op.Cit,h.8 SWT, cinta kepada-Nya, cinta karena-Nya, tidak menyekutukan-Nya, bersyukur hanya kepada-Nya dan lain sebagainya. Sunardi mengatakan bahwa; beriman kepada Allah SWT dibagi atas dua macam: 1 Ibadah umum, adalah segala sesuatu yang dicintai oleh Allah SWT dan diridhoinya, baik berupa perkataan maupun perbuatan dengan cara terang- terangan ataupun tersembunyi. Seperti berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada tetangga, teman dan terutama berbuat dan hormat kepada guru. 2 Ibadah khusus, seperti shalat, zakat, puasa dan haji. b. Akhlak kepada sesama manusia Akhlak kepada sesama manusia adalah sikap atau perbuatan yang satu memperlakukan manusia lainya dengan baik. Akhlak kepada sesama manusia meliputi akhlak kepada kedua orang tua, akhlak kepada saudara, akhlak kepada tetangga, akhlak kepada sesama muslim dan akhlak kepada kaum lemah. 25 c. Akhlak kepada lingkungan Yaitu akhlak kepada segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi 25 Sunardi, Islam Pengatur Akhlak, Jakarta: Media Da’wah, 1996, Cet. Ke-1,h.11-27 antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti penganyoman, pemeliharaan serta hubungan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya. 26 Adapun perbuatan-perbuatan manusia yang dimasukkan dalam perbuatan akhlak, yaitu: a. Perbuatan-perbuatan yang timbul dari seseorang yang melakukanya dengan sengaja, dan dia sadar di waktu itu dia melakukanya. Inilah yang disebut perbuatan-perbuatan yang dikehendaki atau perbuatan yang disadari. b. Perbuatan-perbuatan yang timbul dari seorang yang tiada dengan kehendak, dan sadar di waktu dia berbuat, tetapi dapat diikhtiarkan perjuangannya, untuk berbuat di waktu dia sadar. Inilah yang disebut perbuatan-perbuatan samar yang ikhtiari. Dalam menetapkan suatu perbuatan bahwa ia lahir dengan kehendak dan disengaja hingga dapat dinilai baik atau buruk ada beberapa syarat yang harus diperhatikan, diantaranya: a. Situasi yang memungkinkan adanya pilihan bukan karena paksaan, adanya kemauan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan sengaja. b. Tahu apa yang dilakukan, yakni mengenai nilai baik dan buruknya. 27 Suatu perbuatan dapat dikatakan baik dan buruk manakala memenuhi syarat- syarat di atas. Kesengajaan merupakan faktor dasar penilaian terhadap tindakan 26 Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta:Bumi Aksara,1991, h.70 27 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Cet.ke- 3, h.11 seseorang. Dalam Islam faktor kesengajaan merupakan penentu dalam menetapkan nilai tingkah lakutindakan seseorang. Seorang muslim tidak berdosa karena ia melanggar syariat jika tidak tahu bahwa ia berbuat salah menurut hukum Islam. Maka ruang lingkup pendidikan akhlak ialah segala perbuatan manusia yang timbul dari orang yang melaksanakan dengan sadar dan sengaja serta ia mengetahui waktu melakukanya akan akibat dari apa yang dia perbuat. Demikian pula perbuatan yang tidak dengan kehendak tetapi dapat diikhtiarka penjagaanya pada waktu sadar. Dari uraian diatasmemperlihatkan memperlihatkan bahwa akhlak dalam Islam sangat komprehensif, menyeluruh dan mencakup berbagai makhlik yang diciptakan Tuhan. Karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan maka punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan akan berdampak negatif bagi makhluk lainya.

B. Pendidikan Agama Islam