Peranan pendidikan Agama Islam dalam mengatasi krisis akhlak siswa (studi kasus di SMA Darussalam Ciputat)

(1)

Skripsi

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Abdul Azis

NIM: 106011000043

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.


(2)

i

(Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: Abdul Azis NIM: 106011000043

Dibawah Bimbingan:

Dr. Khalimi, M.A. NIP: 19650515 199403 1 006

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH

Skripsi berjudul “Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa (Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 15 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 15 Desember 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M.Ag ... ... NIP:19680307 199803 1 002

Sekretaris(Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA. ... ... NIP: 19670328 200003 1 001

Penguji I

Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D ... ... NIP:19591020 198603 2 001

Penguji II

Drs. Abdul Haris, M.Ag. ... ... NIP: 19660901 199503 1 001

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP: 19571005 198703 1 003


(4)

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 29 November 2010


(6)

v (Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)

Skripsi ini mengkaji tentang peranan Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi krisis akhlak siswa. Pembahasan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui peranan Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam dalam mengatasi krisis akhlak siswa.

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar untuk membimbing, mengajar dan mengasuh anak didik untuk mencapai kecerdasan sesuai dengan ajaran Islam dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran agama tersebut sebagai pedoman hidupnya, untuk meraih keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Disinilah peran Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi krisis akhlak. Karena salah satu faktor utama penyebab terjadinya krisis akhlak adalah kurang tertanamnya jiwa agama dalam hati setiap anak serta tidak dilaksanakannya ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dalam keluarga maupun masyarakat.

Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu untuk memberikan gambaran tentang peranan pendidikan agama Islam dalam mengatasi krisis akhlak siswa di SMA Darussalam Ciputat. Sedangkan penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti secara langsung objek penelitian yang ditentukan, dan ditunjang oleh referensi-referensi yang berkaitan dengan tema yang dibahas di skripsi ini (library research). Adapun teknik yang digunakan adalah penentuan sampel secara simpel random sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam itu berperan penting dalam mengatasi krisis akhlak siswa di SMA Darussalam Ciputat, sehingga perilaku siswa menjadi lebih baik setelah mempelajari Pendidikan Agama Islam.


(7)

vi

Kata Pengantar





Penulis mengawali pembuatan skripsi ini dengan segala kelapangan hati dan keikhlasan. “Alhamdulillah” atas berkat rahmat Allah swt, Tuhan semesta alam yang selalu memberikan limpahan karunia kepada hambanya. Skripsi yang berjudul „Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Krisis Akhlak

Siswa (Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)” ini telah berhasil penulis selesaikan tepat waktu. Guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Salawat serta salam tak lupa selalu penulis curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang selalu setia pada syafaatnya hingga akhir zaman. Terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Atas bantuan baik itu berupa dukungan, tenaga, maupun waktu dan materi. Tiada kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih penulis selain “Jazakumullah Khairan

Katsira” semoga kebaikan dari semua pihak dibalas Allah dengan berlipat ganda. Adapun pihak-pihak yang berjasa itu diantaranya:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam menyelesaikan studi di Fakultas ini.

2. Bapak Bahrissalim, M.Ag sebagai Kepala Jurusan PAI, yang juga selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

3. Dr. Khalimi, M.A sebagai dosen pembimbing skripsi, yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.


(8)

vii

4. Prof. Dr. H. Abdurrahman Ghazali, M.A sebagai penasehat akademik, yang memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis, untuk menyelesaikan studi tepat waktu.

5. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK, yang turut memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Marul Wa’id, S.Ag sebagai kepala sekolah SMA Darussalam Ciputat

yang telah bersedia membantu penulis melakukan penelitian di sekolah.

7. Kedua orang tua penulis yaitu, Ibunda dan Ayahanda tercinta, beserta keluarga besar yang selalu setia memberikan dukungkan kepada penulis baik secara moril dan materil, serta kasih sayang yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar.

8. Teman-temanku (Naseh, S.Pd.I, Goni, S.Pd.I, Ansori “Kacong” , Mas Arif, Deden RB. S.Pd.I, Roni Gojel, Yoedi, Ikank, Abbaz, Dilah) dan semua Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan PAI angkatan 2006 khususnya kelas B yang senantiasa memberikan support dan motivasi kepada penulis.

9. Bang Iqbal ”Darsal” yang membantu penulis dalam melengkapi kekurangan pada skripsi yang penulis buat

Tak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan apa yang dibuatnya. Maka dari itu, saran, kritik dan masukan yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di massa mendatang. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, November 2010


(9)

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Peranan Pendidikan Agama Islam ... 8

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 8

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 9

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 10

4. Materi Pendidikan Agama Islam ... 11

B. Krisis Akhlak Siswa ... 13

1. Pengertian Krisis Akhlak ... 13

2. Bidang-bidang Akhlak ... 16

C. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Krisis Akhlak Siswa ... 18

D. Cara Mengatasi Krisis Akhlak ... 19

E. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa ... 20


(10)

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30

A. Gambaran Umum SMA Darussalam Ciputat ... 30

1. Sejarah Berdirinya SMA Darussalam Ciputat ... 30

2. Visi dan Misi SMA Darussalam Ciputat ... 30

3. Keadaan Guru SMA Darussalam Ciputat ... 31

4. Figur Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat ... 32

5. Interaksi dan Komunikasi Guru agama Islam dengan Pihak Sekolah ... 33

6. Keadaan Karyawan dan Siswa SMA Darussalam Ciputat ... 34

7. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Darussalam Ciputat ... 35

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat ... 36

1. Target Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 36

2. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat ... 37

3. Bentuk-bentuk Krisis Akhlak yang ditemukan di SMA Darussalam Ciputat ... 38

4. Upaya-upaya Guru dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa di SMA Darussalam Ciputat ... 39

C. Deskripsi Data ... 40

D. Analisis dan Interpretasi Data ... 41

BAB V PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa ... 27

Tabel 2 Kriteria Perhitungan ... 29

Tabel 3 Keadaan Guru SMA Darussalam Ciputat Tahun 2010-2011 ... 31

Tabel 4 Keadaan karyawan SMA Darussalam Ciputat Tahun 2010-2011 ... 35

Tabel 5 Keadaan Siswa SMA Darussalam Ciputat Tahun 2010-2011 ... 35

Tabel 6 Sarana dan prasarana SMA Darussalam Ciputat Tahun 2010-2011 ... 36

Tabel 7 Ikut aktif dalam kegiatan keagamaan ... 41

Tabel 8 Bersikap baik ketika berada dimana saja dalam rangka mengamalkn pelajaran PAI yang di terima di sekolah ... 41

Tabel 9 Siswa mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam ... 42

Tabel 10 Setelah belajar PAI siswa menjadi rajin beribadah ... 43

Tabel 11 PAI membantu memahami prilaku terpuji dan tercela ... 43

Tabel 12 Pelajaran PAI baik untuk kehidupan ... 44

Tabel 13 PAI mengajarkan untuk berbakti kepada kedua orang tua ... 44

Tabel 14 PAI itu penting ... 45

Tabel 15 Menghargai orang lain ... 45

Tabel 16 Bersungguh–sungguh dalam melaksanakan nilai-nilai agama ... 46


(12)

Tabel 20 PAI merubah prilaku siswa menjadi lebih baik ... 48

Tabel 21 Takut melakukan hal-hal yang tidak baik... 49

Tabel 22 Enggan berbuat baik jika tidak ada imbalan dan selalu mengharapkan imbalan ... 49

Tabel 23 Mengambil barang-barang milik orang lain tanpa izin ... 50

Tabel 24 Melalaikan nasehat guru dan orang tua ... 50

Tabel 25 Berbohong kepada teman ... 51

Tabel 26 Meminta uang dengan paksa kepada teman ... 51

Tabel 27 Malas belajar ilmu agama ... 52

Tabel 28 Berkelahi atau tawuran di jalan ... 52

Tabel 29 Berkata sopan kepada siapa saja ... 53

Tabel 30 Takut kepada Allah jika melakukan perbuatan dosa ... 53

Tabel 31 Merasa lebih hebat dari yang lain ... 54

Tabel 32 Berperilaku adil kepada siapa saja dalam pergaulan ... 54

Tabel 33 Menghindari dari yang dilarang agama ... 55

Tabel 34 Mengejek Teman ... 55

Tabel 35 Tidak menghargai orang lain ... 56


(13)

xiii

Lampiran 1 Bimbingan skripsi dari Fakultas

Lampiran 2 Surat permohonan izin penelitian dari fakultas Lampiran 3 Surat izin mengadakan riset atau wawancara Lampiran 4 Surat keterangan wawancara dan riset dari sekolah Lampiran 5 Berita wawancara


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ditinjau dari sisi agama dan peradaban manapun, penekanan terhadap pendidikan akhlak merupakan titik paling penting untuk menjaga stabilitas kehidupan, baik sesama manusia maupun sesama makhluk di bumi. Akhlak merupakan bagian integral dari identitas sebuah umat dan bangsa. Masing-masing memiliki parameter dan standar tersendiri dalam menerapkan sistem akhlak di dalam kehidupan.

Persoalan pendidikan akhlak di dalam agama Islam mendapat porsi yang sangat besar. Dalam ajaran Islam, kaidah untuk mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk telah tertera dalam sumber agama tersebut, yaitu al-Qur'an dan Hadist. Dalam hal ini, Rasulullah saw. adalah teladan yang baik. Hal tersebut telah dinyatakan Allah swt. dalam firman-Nya:





 

 



     



 



Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. al-Ahzab: 21)1

1


(15)

Sementara itu, dalam sebuah Hadisnya, Rasulullah saw. bersabda:

يَا َ ينع يا يضر ييا َ ْ َل َ ي ي َ يْ َ َ

ي:

يملس ينيل يا يىلصيينَل َ يُاوُسَ يَا َ

ي يِيٍاْضَشيْ يمي َم

ي يقُلَُْْ يي ْسُحيْ يميُلَقْ ثَ يين َزييمْ َ

)

يي

يُييذيمْرِ ت َ َ يَ ُ َ يوُبَ يُنَجَرْخَ

ُ َ َ َ َ

Artinya: “Dari Abu Darda' Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: „Tidak ada suatu amal perbuatan

pun dalam timbangan yang lebih baik daripada akhlak yang baik.’” (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi)2

Akhlak memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang berakhlak mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan tekanan syahwat hawa nafsu, berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan. Itu semua sudah tertuang dalam akhlak Rasulullah saw. Oleh karenanya, dalam kehidupan sehari-hari Rasul menjadi panduan beretika.3 Dengan demikian akan terbentuklah generasi muda yang berkepribadian tinggi dan mulia. Karena hal itu menjadi tujuan Rasul diutus ke dunia ini.

Sementara itu, pendidikan di sisi lain juga memiliki posisi yang sangat penting dan strategis. Karena pendidikan merupakan upaya untuk mengoptimalkan semua potensi manusia, yaitu dalam masalah moral (akhlak), intelektual, juga jasmani. Dalam proses pendidikan, segala potensi tersebut dibina dan diarahkan ke dalam koridor positif, melalui pembiasaan-pembiasaan dan latihan.4

Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasiona, yaitu: “Pendidikan nasional berupaya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

2

Bambang Trim, Menginstall Akhlak Anak (Jakarta: Hamdallah, 2008), h. 5. 3

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 350.

4


(16)

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dari kutipan di atas dapat dibuktikan bahwa permasalahan akhlak adalah sebuah hal yang penting, sehingga dalam salah satu tujuan pendidikan dirasa perlu untuk turut memasukkan unsur akhlak di dalamnya.

Tampaknya akhlak peserta didik merupakan salah satu problema pendidikan yang ada di Indonesia, sebagaimana yang diutarakan oleh pakar pendidikan H.A.R. Tilaar. yang menyebutkan delapan problema pendidikan di Indonesia, sebagai berikut5:

1. Merosotnya akhlak dan moral peserta didik.

2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pemerataan kualitas.

3. Rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang dan jenis pendidikan. 4. Masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan.

5. Masih rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan

6. Kelembagaan pendidikan dan pelatihan yang kaku dan simpang siur 7. Manajemen pendidikan dan pelatihan nasional yang belum sejalan

dengan pembangunan nasional.

8. Sumber daya manusia yang belum profesional.

Ternyata problem utama pendidikan di Indonesia adalah merosotnya akhlak dan moral peserta didik. Ini disebabkan karena untuk mewujudkan pembangunan pendidikan nasional dan membentuk akhlak masyarakat Indonesia tidak mudah. Disebabkan masyarakat kita kini mengalami krisis multidimensional, khususnya krisis etika, moral, dan akhlak. Di samping itu, banyak pendidik yang belum memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki tanggung jawab, bukan hanya mencerdaskan peserta didik, tetapi juga membentuk akhlak mereka. Dalam proses pembelajaran, para pendidik saat ini lebih fokus pada transformasi ilmu. Sebaliknya, pembinaan akhlak sangat kurang. Akibatnya, banyak generasi muda kita saat ini yang terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Misalnya, narkoba, tawuran antar pelajar, dan perkelahian antar mahasiswa.

5

Arif Rohman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2009), h. 87.


(17)

Kemorosotan akhlak sudah terlihat jelas di masyarakat akhir-akhir ini. Hal ini ditunjukkan dengan semakin mudahnya masyarakat terutama generasi muda mengkonsumsi minuman keras, narkoba, dan obat terlarang lainnya, pergaulan bebas yang tidak lagi mengindahkan batasan antara laki-laki dan perempuan, banyaknya kasus tawuran dan bentrokan antar siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Kemerosotan moral tidak saja terjadi pada orang dewasa, akan tetapi telah menjalar sampai kepada tunas-tunas muda yang diharapkan dapat membela nama baik bangsa dan negara. Akhir-akhir ini kita banyak mendengar keluhan-keluhan orang tua, ahli pendidik dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial, tentang anak-anak terutama yang sedang berumur belasan tahun dan mulai remaja, banyak yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, berbuat keonaran, maksiat, dan hal-hal yang mengganggu ketenteraman umum.6

Mengingat salah satu faktor penyebab timbulnya krisis akhlak siswa adalah kurangnya pendidikan agama, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keharusan yang ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Agama sangat diperlukan bagi kehidupan manusia, baik bagi orang tua maupun bagi anak-anak, agama merupakan bibit terbaik yang diperlukan dalam pembinaan kepribadian. Sebagaimana yang diungkapkan Zakiah Daradjat, bahwa anak yang tidak pernah mendapatkan pendidikan agama di waktu kecilnya, tidak akan merasakan kebutuhan terhadap agama dikala dewasa nanti.7

Pendidikan agama di lembaga pendidikan formal (sekolah), akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada siswa. Namun besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada berbagai faktor

6

Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf : Nilai-Nilai Akhlak / Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf (Jakarta: Mitra Cahaya Utama, 2005), h. 1.

7

Zakiah Daradjat, Peran Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990), Cet. IX, h. 62.


(18)

yang dapat memotivasi siswa untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititik beratkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntutan agama.8

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diberikan kepada siswa di sekolah bertujuan untuk mewujudkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, taqwa dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat, serta mampu menghindarkan diri dari berbagai perilaku negatif.

Disinilah peran Pendidikan Agama Islam dibutuhkan bagi perkembangan kepribadian anak, baik dari cara bertingkah laku maupun bertutur kata kepada sesamanya. Karena salah satu faktor utama penyebab terjadinya krisis akhlak adalah kurang tertanamnya jiwa agama dalam hati setiap anak serta tidak dilaksanakannya ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dalam keluarga maupun masyarakat. Agama merupakan wadah atau sarana untuk melatih iman dan sumber akhlak yang baik, kurangnya pendidikan agama yang tertanam pada jiwa anak akan mudah bagi mereka terkena pengaruh buruk dari berbagai faktor yang berakibat pada kegoncangan jiwanya.

Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam merupakan salah satu lembaga pendidikan swasta dengan status terakreditasi “A” yang berada di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan. Sekolah ini didirikan sebagai suatu wujud turut serta dalam pembangunan generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan baik di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) maupun Iman dan Taqwa (IMTAQ).

Selain itu, didasarkan atas keprihatinan melihat krisis akhlak siswa yang akhir-akhir ini mengkhawatirkan, maka salah satu langkah yang ditempuh untuk mengatasi krisis akhlak tersebut SMA Darussalam terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan agama Islam dan pembinaan

8


(19)

akhlak siswa. Namun berdasarkan hasil pengamatan penulis, masih dijumpai beberapa bentuk krisis akhlak, antara lain siswa yang sering mengejek teman, berkelahi, mengambil hak milik orang lain, tidak menghargai orang lain, berbohong dan melakukan perilaku tercela lainnya, meskipun tidak sampai kepada taraf yang menghawatirkan, namun jika hal ini terus dibiarkan maka akan merugikan bagi siswa tersebut.

Melihat kenyataan yang ada di lapangan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa (Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang diambil oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat. 2. Pendidikan Agama Islam dapat mengatasi krisis akhlak di SMA

Darussalam Ciputat.

3. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi krisis akhlak di SMA Darussalam Ciputat.

4. Siswa SMA Darussalam Ciputat memiliki keluarga yang peduli dengan pendidikan agama.

5. Cara memperbaiki mutu pendidikan di SMA Darussalam Ciputat dan hubungannya dengan usaha sekolah untuk mengatasi krisis akhlak siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi permasalahan yang ada dengan lebih memfokuskan pada: “Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Krisis Akhlak di SMA Darussalam Ciputat”.


(20)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, agar lebih terarah maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Krisis Akhlak di SMA Darussalam Ciputat?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Ingin mengetahui akhlak siswa di SMA Darussalam Ciputat.

2. Ingin mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat.

3. Ingin mengetahui bagaimana peranan Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi krisis akhlak siswa di SMA Darussalam Ciputat.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memberi gambaran krisis akhlak siswa di SMA Darussalam Ciputat.

2. Dapat berdaya guna terutama bagi pihak pengelola pendidikan dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan bidang keagamaan demi menanggulangi krisis akhlak siswa.

3. Dapat memberikan informasi pada orang tua murid agar memperhatikan anaknya dalam pergaulan sehari-hari.

4. Sedangkan manfaat bagi penulis sendiri adalah untuk menambah pengetahuan bagi peneliti tentang peranan pendidikan agama islam dalam mengatasi krisis akhlak siswa.


(21)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Peranan Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum penulis menjelaskan mengenai pendidikan agama Islam, terlebih dahulu dijelaskan tentang pendidikan secara umum. Dalam bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pe- dan akhiran –an yang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.1

Menurut ketentuan umum, Bab I pasal I Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dijelaskan bahwa:

Pendidikan nasional berupaya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Selanjutnya mengenai definisi pendidikan agama Islam, Prof. Dr. Zakiah Daradjat mengemukakan definisi pendidikan agama Islam, yaitu sebagai berikut:

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 204.

2

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Fokus Media, 2003), Cet. VI, h. 6.


(22)

a. Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikan dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.

b. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.

c. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Islam itu sebagai suatu pandangan hidup di dunia dan di akhirat kelak.3

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing, mengajar dan mengasuh anak didik untuk mencapai kecerdasan sesuai dengan ajaran Islam dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran agama tersebut sebagai pedoman hidupnya, untuk meraih keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Islam merupakan agama yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada manusia sebagai jalan keselamatan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk mencapai hal itu, diperlukan adanya usaha manusia. Usaha merupakan suatu kewajiban bagi manusia dan untuk melaksanakannya haruslah berpedoman pada aturan-aturan yang telah ditentukan oleh Allah swt..

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan siswa kearah pencapaian pendidikan.

3


(23)

Oleh karena itu dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan hadis.4

Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan aqidah,

Syari’ah, dan akhlak, dengan jalan meletakan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut. Hal ini dikarenakan agama Islam merupakan jalan hidup yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan akhirat kelak. Ia mempunyai satu sendi utama yang esensial yang berfungsi untuk memberi petunjuk yang sebaik-baiknya.5

Alasan hadis dijadikan sebagai dasar pendidikan agama Islam karena seluruh umat Islam telah menerima paham, bahwa hadis Rasulullah saw. dijadikan sebagai pedoman hidup yang kedua setelah al-Qur’an. Tingkah laku manusia yang telah ditegaskan keterangan hukumnya, tidak diterangkan cara mengamalkannya, tidak diperincikan menurut petunjuk dalil yang masih utuh, tidak dikhususkan menurut petunjuk ayat yang masih mutlak dalam al-Qur’an, maka dicarikan pemecahannya dalam hadis.6

Jadi dapatlah disimpulkan bahwa dasar pendidikan agama Islam adalah identik dengan dasar ajaran agama Islam itu sendiri, keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu al-Qur’an dan hadis.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan dan dijadikan sasaran oleh setiap pendidik yang melaksanakan suatu pendidikan. Oleh karena itu setiap kegiatan atau tindakan pendidikan yang dilakukan oleh seorang pendidik harus diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Dr. Armai Arief M.A, berdasarkan kepada pengertian pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan

4

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis dan Praktis) (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 34.

5

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003), Cet. XXVI, h. 33.

6

Fathur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1974), Cet. I, h. 15.


(24)

manusia-manusia seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada al-Qur’an dan hadis, maka tujuan pendidikan agama Islam dalam konteks ini berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.7

Mengutip pendapat Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman dalam bukunya menjelaskan tentang tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan agama Islam, yaitu tercapainya kesempurnaan di dunia dan akhirat. Manusia dapat mencapai kesempurnaan melalui pencaharian keutamaan dengan menggunakan ilmu. Keutamaan itu akan memberi kebahagiaan di dunia serta dapat mendekatkannya kepada Allah swt., sehingga ia akan mencapai kebahagiaan pula di akhirat.8

Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam adalah memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang agama Islam untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan, dan pengamalan mereka tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4. Materi Pendidikan Agama Islam

Materi pendidikan agama Islam di sekolah dikelompokan menjadi sub bidang studi atau mata pelajaran, Karena pada penelitian ini yang menjadi objeknya adalah siswa kelas XI SMA Darussalam Ciputat, maka penulis akan menguraikan silabus pendidikan agama Islam yang akan dipelajari, yaitu:9

a. Al-Qur’an

Untuk SMA kelas XI semester I pelajaran al-Qur’an membahas masalah pemahaman ayat-ayat al-Qur’an tentang perintah menyantuni kaum dhuafa

7

Armai Arif, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 16.

8

Fathiyah Hasan Sulaiman, Alam Pikiran al-Ghazali Mengenai Pendidikan dan Ilmu (Bandung: CV. Diponogoro, 1986), h. 66.

9

Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas XI Semester 1 dan 2 SMA Darussalam Ciputat Tahun Pelajaran 2010/2011


(25)

sesuai dengan isi kandungan al-Qur’an surat al-Isra ayat 26-27 dan al-Baqarah ayat 177. Dari materi ini diharapkan siswa mampu mengidentifikasi perilaku menyantuni kaum dhuafa, mampu mempraktikkan perilaku menyantuni kaum dhuafa serta mampu menunjukan perilaku menyantuni kaum dhuafa.

Kemudian di semester II pelajaran al-Qur’an membahas masalah tentang perintah untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup yang terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 41-42, Q. S. Al-A’raf: 56-58 dan Q. S. As-Shad: 27, dari materi ini siswa mampu membaca dan menterjemahkan ayat-ayat tersebut, kemudian siswa mampu mengidentifikasi, mempraktikan dan menunjukan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup.

b. Akidah

Semester I menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah, menunjukan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah dan menampilkan perlaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dan meneladani sifat-sifat mulia Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Semester II materi pembelajaran tentang iman kepada kitab-kitab Allah dan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah. Dari materi ini diharapkan siswa dapat menjelaskan pengertian iman kepada kitab-kitab Allah, menunjukan iman kepada kitab-kitab Allah dan siswa mampu menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah.

c. Akhlak

Semester I menjelaskan tentang membiasakan berperilaku terpuji. materi yang diajarkan adalah taubat dan raja’, tujuan yang dicapai adalah siswa mampu menjelaskan, menunjukan dan terbiasa berperilaku bertaubat dan raja’ dalam kehidupan sehari-hari.

Semester II juga masih menjelaskan mebiasakan perilaku terpuji. Materi yang diajarkan yaitu mengenai menghargai karya orang lain. Dari materi ini diharapkan siswa mampu menjelaskan, menampilkan dan membiasakan perilaku menghargai karya orang lain. Kemudian membahas masalah


(26)

menghindari perilaku tercela, materi pembelajarannya tentang dosa besar, dari materi ini diharapkan siswa dapat menjelaskan, menyebutkan serta menghindari diri dari perbuatan dosa besar.

d. Fiqih

Semester I menjelaskan tentang pemahaman hukum Islam tentang mu’amalah. Materi yang diajarkan yaitu tentang transaksi ekonomi dalam Islam. Tujuannya adalah siswa dapat menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam hal jual beli, simpan pinjam, dan sewa menyewa.

Semester II materi pembelajaran tentang tata cara pengurusan jenazah. Dari materi ini siswa diharapkan mampu menjelaskan dan memperagakan tata cara mengurus jenazah. Kemudian materi tentang pengertian dan tata cara khutbah, tabligh dan dakwah. Dari materi ini diharapkan siswa mampu menjelaskan tata cara khutbah, tabligh dan dakwah, serta siswa mampu menyusun teks khutbah dan dakwah agar dapat diperagakan.

e. Tarikh dan Kebudayaan Islam

Semester I materi yang diajarkan adalah perkembangan Islam pada abad pertengahan. Tjuan dari materi ini diharapkan siswa mampu menjelaskan dan menyebutkan peristiwa perkembangan Islam pada abad pertengahan.

Semester II materi pembelajarannya adalah tentang perkembangan Islam pada masa modern dan contoh-contoh peristiwa perkembangan Islam pada masa modern. Dari materi ini diharapkan siswa mampu menjelaskan dan menyebutkan beberapa contoh dari peristiwa perkembangan Islam pada masa modern.

B. Krisis Akhlak Siswa 1. Pengertian Krisis Akhlak

Sebelum penulis menjelaskan pengertian dari krisis akhlak, terlebih dahulu dijelaskan mengenai pengertian krisis dan pengertian akhlak. Krisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya keadaan yang berbahaya,


(27)

keadaan yang genting, kemelut dan suram (tentang ekonomi, moral dan sebagainya).10

Sedangkan kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.11 Sedangkan Ahmad Amin mengemukakan bahwa: “akhlak adalah kebiasaan kehendak.”12

Adapun pengertian akhlak dari segi terminologi, diantaranya sebagaimana yang tertulis dalam ensiklopedi pendidikan bahwa: “Akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran, etika dan moral), yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap yang benar terhadap sesama manusia”.13

Menurut K.H. Abdullah Salim, “Akhlak adalah perangkat tata nilai bersifat samawi dan azali yang mempunyai cara berfikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya dan lingkungannya”.14

Imam Ghazali menuturkan bahwa: “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.15

Menurut Sahilun A. Nasir akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.16

Jelaslah, bahwa sumber penggerak akhlak yang dapat menimbulkan perbuatan adalah jiwa. Jiwa yang tidak bersih akan menimbulkan perbuatan

10

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), Cet. III, h. 465.

11

A Mustafa, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Pustaka Setia, 1999), Cet. III, h. 11. 12

Ahmad Amin, Ilmu Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), Cet. Ke VI, h. 62. 13

Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1976), h.9 14

Abdullah Salim, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat (Jakarta: PT.

Media Da’wah, 1994), Cet. IV, h.11.

15

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 4.

16


(28)

tercela atau tidak baik. Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi, yaitu suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa krisis akhlak adalah merosotnya tingkah laku atau budi pekerti manusia dari kaidah-kaidah yang telah ditetapkan agama.

Krisis akhlak yang menimpa kalangan pelajar terlihat dari banyaknya keluhan orang tua, ahli didik dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial berkenaan dengan ulah sebagian pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, sering membuat keonaran, tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obat terlarang, bergaya hidup seperti hippies, bahkan sudah melakukan pembajakan’ pemerkosaan, pembunuhan dan perilaku kriminal lainnya.17

Dunia pendidikan benar-benar tercoreng wajahnya dan tampak tidak berdaya untuk mengatasi krisis tersebut. Hal ini bisa dimengerti, karena pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas, dan secara moral memang harus berbuat demikian. Itulah sebabnya belakangan ini banyak sekali seminar yang digelar kalangan pendidik yang bertekad mencari solusi untuk mengatasi krisis akhlak. Para pemikir pendidikan menyerukan agar kecerdasan akal diikuti dengan kecerdasan moral, pendidikan agama dan pendidikan moral harus siap menghadapi tantangan global, pendidikan harus memberikan kontribusi yang nyata dalam mewujudkan masyarakat yang semakin berbudaya (masyarakat madani) dan sebagainya. 18

Dari penjelasan tersebut diatas, dapat penulis simpulkan bahwa krisis akhlak yang melanda pada siswa di lingkungan pendidikan terjadi karena kurangnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama serta tidak ada

17

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Bogor, Kencana, 2003), hal. 218.

18


(29)

motivasi dari tiap individu untuk mempelajari pendidikan agama Islam dengan baik.

2. Bidang-bidang Akhlak

Akhlak itu terbagi menjadi dua macam yaitu:19

1) Akhlak al-karimah atau akhlak yang mulia, amat banyak jumlahnya namun jika dilihat dari segi hubungan dengan Tuhan dan Manusia dengan manusia akhlak mulia dapat dibagi kepada tiga bagian, pertama akhlak mulia terhadap diri sendiri, dan ketiga akhlak akhlak mulia ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Akhlak terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik kepada Allah. Diantaranya adalah hal-hal sebagai berikut:

a) Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang suah diciptakan sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya.

b) Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera hati nurani dan naluri kepada manusia.

c) Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yana terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, bintang dan lain sebagainya. Semua itu tunduk kepada kemauan manusia atau siap untuk dimanfaatkan.

b. Akhlak yang baik terhadap diri sendiri

Berakhlak kepada diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya.

19Hamzah Ya’kub,

Etika Islam Pembina Akhlakul Karimah (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), Cet. II, h. 97.


(30)

c. Akhlak yang baik terhadap sesama manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu ia perlu bekerjasama dan saling tolong menolong dengan orang lain. Oleh karenanya ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu dan yang lainnya saling berakhlak yang baik.

d. Akhlak dengan makhluk lain

Meliputi antara lain menyayangi binatang, merawat tumbuh-tumbuhan dan memelihara kelestarian alam.

2) Akhlak al-Mazmumah atau akhlak yang tercela

Akhlak al-Mazmumah (akhlak yang tercela) adalah kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut diatas. Namun ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat difahami dengan benar dan dapat difahami cara-cara menjauhinya.

Berdasarkan petunjuk Islam dapat dijumpai berbagai macam akhlak tercela, diantaranya:

a. Berbohong

Berbohong adalah memberikan atau menjumpai informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya. Berbohong ada tiga macam: berdusta dengan perbuatan, berdusta dengan lisan, berdusta dalam hati.20

b. Takabur (sombong)

Takabur merupakan salah satu akhlak yang tercela juga, arti takabur ialah merasa mengaku diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa diri lebih hebat.

c. Dengki

Dengki atau kata arabnya hasad jelas termasuk akhlak al-Majmumah. Dengki itu ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain, dan berusaha untuk

20

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LIPPI), 1970), Cet. I, h. 208.


(31)

menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain, tersebut, baik dengan maksud supaya kenikmatan itu ketangan sendiri atau tidak.21

d. Bakhil

Pada umumnya sifat bakhil dihubungkan dengan hak milik berupa harta benda. Kebakhilan termasuk sifat yang buruk, dan termasuk akhlak al-Mazmumah.

C. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Krisis Akhlak Siswa

Akar-akar penyebab timbulnya krisis akhlak tersebut cukup banyak. Yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:22

1. Krisis akhlak terjadi karena longgarnya pegangan terhadap agama yang menyebabkan hilangnya pengontrol diri dari dalam (self control). Selanjutnya alat pengontrol berpindah kepada hukum dan masyarakat. Namun karena hukum dan masyarakat juga sudah lemah, maka hilanglah seluruh alat kontrol. Akibatnya manusia dapat berbuat sesuka hati dalam melakukan pelanggaran tanpa ada yang menegur.

2. Krisis akhlak terjadi karena pembinaan moral yang dilakukan oleh orang tua, sekolah dan masyarakat sudah kurang efektif. Ketiga institusi pendidikan ini sudah terbawa oleh arus kehidupan yang lebih mengutamakan materi tanpa diimbangi dengan pembinaan mental spiritual.

3. Krisis akhlak terjadi disebabkan karena derasnya arus budaya hidup materialistik, hedonistik, dan sekularistik. Derasnya arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dengan memanfaatkan para remaja tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan akhlak. Berbagai produk budaya yang bernuansa demikian itu dapat dilihat dalam bentuk semakin banyaknya tempat-tempat hiburan yang mengundang selera biologis,

21

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak ..., h. 161. 22

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia…, h. 221-222.


(32)

peredaran obat-obatan terlarang, buku-buku porno, alat-alat kontrasepsi dan sebagainya.

Dari faktor-faktor penyebab timbulnya krisis akhlak tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa krisis akhlak yang terjadi pada kalangan pelajar diakibatkan oleh kurangnya pendidikan agama Islam dan pembinaan akhlak oleh para pendidik, orang tua dan masyarakat kepada generasinya baik di sekolah maupun di masyarakat.

D. Cara Mengatasi Krisis Akhlak

Sejalan dengan sebab-sebab timbulnya krisis akhlak yang melanda kalangan pelajar perlu dicarikan solusi untuk mengatasinya, caranya dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:23

1. Pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan menetapkan pelaksanaan pendidikan agama baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Hal yang demikian diyakini, karena inti dari ajaran agama adalah akhlak yang mulia yang bertumpu pada keimanan kepada Tuhan dan keadilan sosial. Zakiah Daradjat lebih lanjut mengatakan, jika kita ambil ajaran agama, maka akhlak adalah sangat penting, bahkan yang terpenting, dimana kejujuran, kebenaran, keadilan dan pengabdian adalah diantara sifat-sifat yang terpenting dalam agama. Fazlur Rahman berpendapat bahwa agama adalah moral yang bertumpu pada kepercayaan kepada Tuhan, dan hubungan dengan manusia. Tentang eratnya hubungan agama dan akhlak dapat dianalisis dari seluruh ajaran dalam agama.

2. Dengan mengintegrasikan antara pendidikan dan pengajaran. Hampir semua ahli pendidikan sepakat, bahwa pengajaran hanya berisikan pengalihan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang ditujukan untuk mencerdaskan akal dan memberikan keterampilan. Sedangkan pendidikan tertuju kepada upaya membantu kepribadian, sikap dan pola hidup yang berdasrkan nilai-nilai luhur.

3. Pendidikan akhlak bukan saja menjadi tanggung jawab guru agama saja, melainkan menjadi tanggung jawab seluruh guru bidang studi. Mereka dapat ikut serta dalam membina akhlak para siswa melalui nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada seluruh bidang studi yang diajarkannya. 4. Pendidikan akhlak harus didukung oleh kerjasama yang kompak dan

usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua (keluarga), sekolah dan masyarakat. Orang tua di rumah harus meningkatkan perhatiannya kepada anak-anaknya dengan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, keteladanan dan pembiasaan yang baik. Orang tua juga harus

23

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di


(33)

berupaya menciptakan rumah tangga yang harmonis, tenang dan tentram, sehingga si anak akan merasa tenang jiwanya dan dengan mudah dapat diarahkan kepada hal-hal yang positif.

5. Selanjutnya sekolah harus berupaya menciptakan lingkungan yang bernuansa religius, seperti pembiasaan melaksanakan salat berjama’ah, menegakan disiplin, memelihara kebersihan, ketertiban, kejujuran, tolong menolong, dan sebagainya, sehingga nilai-nilai agama menjadi kebiasaan,tradisi dan budaya seluruh siswa. Sikap dan perilaku guru yang kurang terpuji atau menyimpang dari norma-norma akhlak hendaknya tidak segan-segan untuk ditindak.

6. Masyarakat juga harus berupaya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan akhlak, seperti menciptakan lingkungan yang tertib, bebas dari obat-obatan terlarang, perkumpulan perjudian dan sebagainya. Masyarakat harus membantu menyiapkan tempat bagi kepentingan pengembangan bakat, hobi, keterampilan dan kesejahteraan bagi para remaja dan warganya.

7. Pendidikan akhlak harus menggunakan seluruh kesempatan, berbagai sarana termasuk tekhnologi modern. Kesempatan berekreasi, pameran, kunjungan, berkemah dan sebagainya harus dilihat sebagai peluang untuk membina akhlak. Demikian pula berbagai sarana peribadatan seperti masjid, mushala, lembaga-lembaga pendidikan, surat kabar, majalah, radio, televisi, internet dan sebagainya dapat di gunakan sebagai sarana untuk membentuk akhlak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, usaha mengatasi krisis akhlak merupakan keinginan setiap insan dan seluruh masyarakat. Mereka selalu berusaha agar krisis akhlak tersebut dapat diatasi, yaitu dengan membatasi tempat-tempat yang dapat menjadi sumber krisis akhlak yang terbagi kedalam tiga faktor utama, yaitu, lingkungan rumah atau keluarga, lingkungan sekolah atau pendidikan, dan lingkungan masyarakat.

E. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa Kemerosotan akhlak adalah akibat langsung dari kegoncangan jiwa. Orang yang sehat mentalnya akan berusaha selalu mencari ketenangan dan kebahagiaan bersama, bukan untuk dirinya saja, tetapi juga untuk orang lain. Tingkah lakunya akan diatur dan dikendalikannya sedemikian rupa, supaya tidak ada orang yang merasa kecil hati olehnya. Maka orang yang sehat, merasa bahwa ia harus menghindari akhlak yang tidak baik, seperti


(34)

penyelewengan-penyelewengan, merusak hak atau kepentingan dan harta orang lain.

Pendidikan akhlak yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama, karena nilai-nilai akhlak yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari luar datangnya dari keyakinan beragama. Keyakinan itu harus ditanamkan dari kecil, sehingga menjadi kepribadian bagi si anak. Karena itu pendidikan akhlak tidak lepas dari pendidikan agama. Pendidikan agama haruslah dilakukan secara intensif, agar ilmu dan amal dapat dirasakan oleh siswa di sekolah. Karena apabila pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterimanya di rumah tidaklah berkembang, bahkan mungkin terhalang.

Hendaknya segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran (baik guru-guru, pegawai-pegawai, buku-buku, peraturan-peraturan dan alat-alat) dapat membawa peserta didik kepada akhlak yang baik, dan sekolah harus dibersihkan dari tenaga-tenaga (baik tenaga administratif maupun staf pengajar) yang kurang baik akhlaknya dan kurang mempunyai keyakinan akan agamanya.

Krisis akhlak yang melanda kalangan pelajar di sekolah terjadi karena kurangya penanaman nilai-nilai agama dan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari serta kurangnya ketauladanan guru-guru yang akan dijadikan contoh oleh para peserta didik.

Jika kita melihat tujuan dari Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan mengatasi krisis akhlak yaitu memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang agama Islam untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan, dan pengamalan mereka tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam memiliki peranan sebagai berikut:24

24

Zakiah Daradjat, Peran Agama dalam Kesehatan Mental (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1995), Cet. XIV, h. 56 – 57.


(35)

1. Agama memberikan bimbingan dalam hidup

Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul. Karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam. Ia tidak mau mengambil hak orang lain atau menyelewengkan sesuatu, bukan karena ia takut akan kemungkinan ketahuan dan hukuman pemerintah atau masyarakat, akan tetapi ia takut akan kemarahan dan ridho Allah yang dipercayainya itu. 2. Agama adalah penolong dalam kesukaran

Dalam hidup ini tidak sedikit kesukaran dan problem yang harus dihadapi. Menurut para ahli ilmu jiwa, sikap dan cara orang menghadapi kesukaran itu berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan kepribadiannya dan kepercayaannya terhadap lingkungannya. Apabila kepribadiannya cukup sehat dan lingkungan tempat hidupnya menyokong dan memberikan rasa aman kepadanya, maka kesukaran itu akan kurang terasa olehnya, sehingga ia akan panik menghadapinya. Tetapi apabila kepribadiannya kurang sehat dan suasana lingkungan sering pula mengancam kebahagiaannya, maka ia akan merasakan sekali kesukaran tersebut. Bahkan barangkali akan menyebabkan ia menjadi bingung dan kehilangan akal dalam menghadapi kesukaran tersebut, yang mungkin dirasakannya sangat berat baginya.

3. Agama menentramkan batin

Agama sangat perlu dalam kehidupan manusia, baik bagi orang tua, maupun bagi anak-anak. Untuk anak-anak agama merupakan bibit terbaik yang diperlukan dalam pembinaan kepribadiannya. Anak yang tidak pernah mendapat pendidikan agama diwaktu kecilnya, tidak akan merasakan kebutuhan terhadap agama dikala dewasa nanti. Kegelisahan-kegelisahan batin yang dideritanya akan diatasinya dengan cara-cara dan


(36)

praktek-praktek yang diajarkan orang yang tidak dihubungkan kepada agama.

4. Agama adalah pengendali moral

Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pendidikan moral dan pembangunan mental, karena itu pendidikan agama harus dilaksanakan secara intensif di rumahtangga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan moral tidak terlepas dari pendidikan agama dan keduanya harus sama-sama dilaksanakan dalam praktek hidup, pergaulan sehari-hari, disamping pengertian-pengertian tentang agama dan moral.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam sangat berperan penting dalam mengatasi krisis akhlak siswa. Agama merupakan sebuah keharusan yang dimiliki oleh setiap manusia, karena hanya dengan agama sajalah seluruh aspek kehidupan dapat berjalan dengan baik. Agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup, agama sebagai penolong manusia dalam kesulitan, agama dapat memberikan kesejukan dan ketentraman batin sehingga manusia merasa takut jika melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama dan ini juga merupakan peran agama sebagai pengendali moral sehingga tercipta akhlak yang baik sesuai dengan tujuan agama Islam yaitu memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat.


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian

Sekolah yang di jadikan tempat untuk melakukan kegiatan penelitian adalah SMA Darussalam Ciputat. Penulis memilih sekolah tersebut dengan pertimbangan:

1. Penulis mengenal keadaan sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam observasi.

2. Sekolah tersebut memungkinkan dalam melaksanakan penelitian serta menunjang penulis baik dari segi jarak maupun informasi yang dibutuhkan.

3. Penulis ingin memberikan kontribusi kepada semua pihak yang terlibat pada proses pendidikan agama di lingkungan penulis tinggal.

B. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu untuk memberikan gambaran tentang peranan pendidikan agama Islam dalam mengatasi krisis akhlak siswa di SMA Darussalam Ciputat.


(38)

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan objek penelitian.1 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Siswa kelas XI SMA Darussalam Ciputat. Adapun siswanya terbagi dalam 3 rombongan belajar, yang keseluruhannya berjumlah 167 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu sebanyak 30 siswa. Adapun teknik yang digunakan adalah penentuan sampel secara simpel random sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan karena populasi dianggap homogen.2 Yang menjadi sampel disini adalah kelas XI 3 IPS yang berjumlah 30 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data skripsi ini menggunakan metode penelitian berikut: 1. Penelitian pustaka (library research), yaitu menelaah buku-buku yang

relevan dengan pembahasan untuk memperoleh informasi dan data mengenai Pendidikan Agama Islam dan krisis akhlak.

2. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan di SMA Darussalam Ciputat, dengan teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Penulis melakukan penelitian ke lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan secara langsung terhadap subjek (siswa dan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam) yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM).

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Cet. 1, h. 115.

2


(39)

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi atau data dari terwawancara.3 Penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk memperoleh informasi tentang seputar permasalahan mengenai krisis akhlak yang biasa terjadi di SMA Darussalam.

c. Angket

Menurut Suharsimi Arikunto angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan untuk mendapat keterangan dari sampel dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal yang diketahui. Dengan menggunakan angket ini penulis ingin mendapat data yang objektif dari responden melalui sejumlah pertanyaan yang telah diberikan alternatif jawabannya.

d. Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau data-data berupa catatan, transkrip, agenda dan sebagainya. Teknik ini penulis pergunakan untuk memperoleh data-data guru, pegawai dan siswa SMA Darussalam Ciputat, yang berhubungan dengan penelitian ini.

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Cet. 1, h. 128.


(40)

Kisi-kisi instrument penelitian

Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa

No. Variabel dimensi Indikator No. Item 1. Peranan

pendidikan agama Islam

 Penanaman nilai-nilai agama

2, 8, 23

 Pengembangan diri 5  Perbaikan dan

perubahan tingkah laku

4, 14,  Pencegah perbuatan

buruk

6, 15, 24, 27 2. Macam-macam

Krisis akhlak siswa

 Menolong dengan meminta imbalan

16  Enggan belajar agama 13, 21,  Mengambil hak milik

orang lain

17, 20

 Berbohong 19

 Melalaikan nasehat guru dan orang tua

18

 Sombong 25, 29

 Mengejek orang lain 28

 Berkelahi 22

3. Cara mengatasi krisis akhlak

 Mengikuti kegiatan keagamaan

1  Mengikuti pelajaran

PAI

3  Melatih kebiasaan baik 7, 9, 11, 13, 26  Melaksanakan

nilai-nilai agama


(41)

1. Teknik Pengolahan Data

Dalam pengolahan data, penulis menempuh beberapa cara sebagai berikut:

a. Editing

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan responden, setelah angket diisi oleh responden dan diserahkan kepada penulis, lalu penulis memeriksa satu persatu angket tersebut. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan. b. Tabulating

Tabulating adalah mengolah data dengan memindahkan jawaban yang terdapat di dalam angket dan telah dikelompokan kedalam bentuk tabel frekuensi yang tujuannya memudahkan penulis dalam mengolah data yang telah diedit. Tujuan dari tabulasi untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan.4 Untuk itu dibuatlah tebel yang mempunyai kolom setiap bagian angket sehingga terlihat jawaban yang satu dengan yang lain. 2. Analisis Data

Sebelum membuat tabel frekuensi, maka terlebih dahulu nilai pada tiap-tiap alternatif jawaban angket yang dipilih responden, penulis memberikan skor setiap pilihan sebagai berikut:

Apabila orientasi angket yang digunakan bersifat positif, maka skornya sebagai berikut:

a. Pilihan A dengan skor = 4 b. Pilihan B dengan skor = 3 c. Pilihan C dengan skor = 2 d. Pilihan D dengan skor = 1

Sedangkan untuk orientasi angket yang bersifat negatif, maka skornya adalah kebalikan dari skor yang positif yaitu:

4

Anas Sujiono, Pengantar Statistik Penelitian, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), cet. VII, h. 178.


(42)

b. Pilihan B dengan skor = 2 c. Pilihan C dengan skor = 3 d. Pilihan D dengan skor = 4

Sedangkan jumlah pertanyaan dalam bentuk angket adalah 30 pernyataan, dengan skor tertinggi adalah 120 dan skor terendah adalah 30. Lalu data yang diperoleh dari hasil wawancara, angket dianalisa dengan deskriptif analisis yaitu menggambarkan apa adanya, kemudian dianalisis dengan membuat tabel frekuensi dan dilengkapi dengan prosentase.

Setelah didapatkan hasil prosentase dari angket yang disebarkan kepada responden, maka untuk menentukan kategori penelitian dari hasil penelitian tersebut peneliti merumuskan sebagai berikut:

Tabel 2

Kriteria Perhitungan

No Prosentase Penafsiran

1 100% Seluruhnya

2 90% - 99% Hampir seluruhnya 3 60% - 89 % Sebagian besar 4 51% - 59% Lebih dari setengahnya

5 50% Setengahnya

6 40% - 49% Hampir setengahnya 7 20% - 39% Sebagian kecil

8 10% - 19% Sedikit

9 1% - 9% Sedikit sekali

10 0% Tidak ada sama sekali

Dalam hal ini rumus yang digunakan adalah : x 100% Keterangan:

P = Angka prosentase untuk setiap jawaban F = Frekuensi jawaban

N = Jumlah responden


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Darussalam Ciputat 1. Sejarah Berdirinya SMA Darussalam Ciputat

SMA Darussalam didirikan pada tahun 2000 dengan SK pendirian sekolah Nomor: 125/102/07/1987 oleh Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darussalam. Sekolah ini didirikan sebagai suatu wujud turut serta dalam pembangunan generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan, baik dibidang IPTEK maupun IMTAQ, serta membekali siswa dengan keterampilan melalui penyaluran minat dan pengembangan bakat, sebagai bekal masa depan siswa. Untuk itu, sejalan dengan penerapan Kurikulum Terpadu Satuan Pendidikan (KTSP), YPI Darussalam telah menyediakan serana dan prasarana untuk menyelenggarakan pendidikan yang senantiasa membina prestasi siswa dan syarat dengan aktivitas.

2. Visi dan Misi SMA Darussalam Ciputat

Untuk mencapai tujuan didirikannya SMA Darussalam Ciputat, maka sekolah tersebut memiliki Visi dan Misi. Visi dan Misi SMA Darussalam adalah Cerdas, Inovatif, Nalar, Taqwa dan Aktif (CINTA), dan untuk mewujudkan visi tersebut maka SMA Darussalam memiliki misi sebagai berikut:


(44)

b. Mengembangkan daya nalar siswa dan melatih sikap percaya diri. c. Membentuk siswa yang beriman dan berbudi pekerti.

d. Menumbuh kembangkan minat dan bakat siswa baik di dalam maupun di luar sekolah.

e. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. 3. Keadaan Guru SMA Darussalam Ciputat

Untuk mewujudkan misinya, SMA Darussalam Ciputat telah mempersiapkan tenaga pengajar sebanyak 26 orang. Dengan mayoritas latar belakang pendidikan S1, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Keadaan Guru SMA Darussalam Ciputat Tahun 2010-20111

No. Nama Guru Lulusan/Jurusan Bidang Studi

1. Marul Wa’id, S. Ag. S1/PAI Kepala Sekolah/ PAI 2. Dasuki, S. Pd, MM. S2/Sejarah Sejarah

3. Haryanto, S. Pd. S1/Matematika Matematika 4. Nazaharuddin, S. Sos. S1/A4 Sosiologi 5. Drs. Riswadi, SE. S1/Ekonomi Ekonomi

6. Bambang Adi Rustam. YASMI Pendidikan Seni 7. Nur Asma, SE, MM. S2/Ekonomi Ekonomi

8. Drs. Pepen Efendi S1/Sosial PPKN dan Tata Negara 9. Nugroho Setyo Pantoro, S. SI S1/Kimia Kimia

10. Drs. Marfuddin S1/Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia 11. Drs. Ardilla S1/Filsafat Sosiologi

12. Firman Hardiansyah, S. Pd S1/Bahasa Inggris Bahasa Inggris 13. Sophan Sophian, S. Kom S1/Komputer Computer

14. Drs. Albadri S1/Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia 15. M. Ridwan, A. Md D3/Ekonomi Penjaskes

16. Yati Rochayati, S. Pd S1/Ekonomi Geografi dan Ekonomi 17. Ubaidillah, S. S S1/A4 PAI dan al-Qur’an

1


(45)

18. Ismail fahmi, ST S1/Tekhnik Fisika dan Matematika 19. Wisa Dwi Tiara, S. Si, Apt S1/A4 Geografi dan B. Inggris 20. Edi Haryono, S. Pd S1/Bahasa Inggris Bahasa Inggris

21. Najmuddin SMA Olahraga

22. Mulyadi SMA Biologi

23. Riska Anggraini SMA Bahasa Inggris

24. Azye Murni, SS S1/Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia 25. M. Yahya, S. Pd. I S1/PAI Al-Qur’an

26. Tita Nur Hidayah, S. Pd S1/Matematika Matematika

SMA Darussalam Ciputat memiliki guru Pendidikan Agama Islam sebanyak 2 orang, yaitu Bapak Marul Wa’id, S. Ag., dan M. Yahya, S. Pd.I. Keduanya memiliki kemampuan mengajar yang cukup kompeten di bidangnya karena berlatar belakang sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I). Selain mengajar di sekolah ini, guru PAI dituntut untuk dapat membina akhlak para siswa, hal ini terlihat dari kegiatan keagamaan yang dibimbing langsung oleh guru tersebut.

4. Figur Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat Tugas guru selain mengajar adalah menjadi contoh yang baik bagi para siswa. Karena salah satu cara membina akhlak siswa yaitu dengan menjadikan guru sebagai pemberi contoh yang baik sesuai dengan misi yang dibawanya. Terlebih guru agama yang sudah jelas bertugas menanamkan ide keagamaan kedalam jiwa anak. Perasaan cinta yang terdapat pada guru, berpengaruh besar terhadap perasaan cinta anak kepada apa yang diberikan olehnya. Oleh karena itu guru agama harus memiliki sifat-sifat yang baik. Secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya haruslah bertaqwa kepada Allah swt., berilmu, sehat jasmani, baik akhlaknya, bertanggung jawab serta berjiwa nasional.


(46)

Krisis akhlak yang melanda kalangan pelajar pada saat ini adalah karena kurangnya sosok yang baik yang menjadi figur untuk kehidupan siswa sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

5. Interaksi dan Komunikasi Guru Agama Islam dengan Pihak Terkait Mengatasi krisis akhlak juga harus didukung oleh kerjasama yang kompak dan usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. Adanya proses interaksi dan komunikasi yang baik antara guru agama, orang tua murid, siswa, guru, dan seluruh masyarakat sekolah akan mampu mengantisipasi krisis akhlak siswa. Berikut ini akan dijelaskan mengenai interaksi dan komunikasi guru agama dengan pihak terkait, yaitu: a. Dengan Orang Tua

Hubungan antara guru agama Islam dengan orang tua, dengan tujuan untuk mengamati dan mengarahkan proses perkembangan akhlak murid di rumah. Orang tua akan sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak anaknya, karena para siswa memiliki waktu lebih lama di rumah.

Di SMA Darussalam Ciputat pihak sekolah dan guru agama melakukan pertemuan tiap tiga bulan sekali guna membahas dan melaporkan perkembangan prestasi belajar dan perkembangan kepribadian siswa. Hal ini dilakukan karena mengingat hanya sedikit waktu yang diluangkan oleh guru kepada siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dan banyaknya waktu luang siswa di rumah, sehingga segala aktivitas siswa dapat di awasi di rumah.

b. Dengan Siswa

Guru agama Islam harus berinteraksi dan berkomunikasi kepada para siswa dengan baik. Seorang guru harus percaya kepada anak didiknya, ini berarti bahwa guru harus mengakui bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan, mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk menyesali perbuatannya yang buruk dan menimbulkan kemauan untuk mencegah perbuatan yang buruk. Proses interaksi yang baik


(47)

membantu siswa dalam memahami pelajaran dan dapat mengamalkan pelajaran yang diterima di sekolah.

c. Dengan Sesama Guru

Tingkah laku dan budi pekerti siswa sangat banyak dipengaruhi oleh suasana dikalangan guru-guru. Jika guru-guru saling bertentangan, bukan tidak mungkin akan ditiru oleh anak didiknya.

Suasana baik diantara guru-guru dapat dilihat dari pergaulan mereka di sekolah. Mereka saling tolong-menolong kunjung-mengunjungi dalam keadaan suka dan duka. dan mereka merupakan satu keluarga besar yaitu keluarga sekolah.

d. Dengan Masyarakat

Interaksi dan komunikasi guru agama juga harus dilakukan pada masyarakat. Masyarakat yang baik akan membantu sistem pembelajaran dengan baik di sekolah, guru agama akan melakukan pengamatan terhadap lingkungan masyarakat dan melakukan pencegahan terhadap penyebab timbulnya krisis akhlak yang ada pada masyarakat, karena masyarakat berpengaruh terhadap pembentukan siswa jadi masyarakatpun harus membantu menciptakan masyarakat yang baik dan bersih dari tempat-tempat penyebab timbulnya krisis akhlak.

6. Keadaan Karyawan dan Siswa SMA Darussalam Ciputat

Lancarnya kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak terlepas dari peran karyawan yang membantu terlaksananya kegiatan tersebut. Yang dimaksud dengan karyawan di SMA Darussalam Ciputat adalah orang-orang yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membantu terlaksananya pendidikan di sekolah dengan baik, di antaranya staf tata usaha, staf kebersihan, dan satpam. Selanjutnya untuk mengetahui keadaan karyawan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(48)

Tabel 4

Keadaan karyawan SMA Darussalam Ciputat Tahun 2010-2011 2

No. Nama Jabatan/Lulusan L/P

1. Hendra Wijaya, S. Kom TU/S1 L

2. Dra. Hj. Sri Kasih TU/S1 P

3. Albet Legi Satpam/SMA L

4. M. Aminullah Satpam/SMA L

5. Suparman Petugas Kebersihan L

Tabel 5

Keadaan Siswa SMA Darussalam Ciputat Tahun 2010-20113

No. Kelas L P Jumlah

1. Kelas X 101 27 128

2. Kelas XI 67 31 98

3. Kelas XII 115 52 167

Jumlah 283 110 393

7. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Darussalam Ciputat

SMA Darussalam Ciputat didirikan sebagai suatu wujud turut serta dalam pembangunan generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan baik dibidang IPTEK maupun IMTAQ. Untuk mencapai tujuan tersebut sekolah ini telah menyediakan sarana dan fasilitas yang memadai. Adapun sarana dan prasarana yang disediakan antara lain dapat dilihat pada table dibawah ini:

2

Sumber: Dokumentasi SMA Darussalam Ciputat 3


(49)

Tabel 6

Sarana dan prasarana SMA Darussalam Ciputat Tahun 2010-20114

No. Ruang Bangunan Jumlah Keadaan

1. Ruang Belajar 15 Baik

2. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

3. Ruang Guru 1 Baik

4. Ruang BP 1 Baik

5. Ruang Komputer 1 Baik

6. Ruang WC Guru 1 Baik

7. Ruang WC Siswa 2 Baik

8. Laboratorium Bahasa 1 Baik

9. Masjid 1 Baik

10. TV 1 Baik

11. VCD Player 1 Baik

12. Radio 1 Baik

Berdasarkan tabel diatas maka sarana dan prasarana di SMA Darussalam Ciputat bias dikatakan cukup memadai dan berkondisi baik untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, belum dijumpai adanya sarana bagi siswa untuk menungkatkan wawasan ilmu pengetahuan yaitu perpustakaan.

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat 1. Target Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

SMA Darussalam Ciputat memiliki target pembelajaran pendidikan agama Islam, karena dengan target pembelajaran keberhasilan pendidikan agama Islam dalam mencapai tujuannya dapat tercapai. Target pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Darussalam Ciputat antara lain:

a. Siswa memiliki pengetahuan fungsional tentang agamanya.

4


(50)

b. Siswa memiliki pribadi yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti yang luhur.

c. Siswa dapat mentaati peraturan yang ada di sekolah.

d. Siswa mampu membaca kitab suci al-Qur’an dan berusaha memahaminya.

e. Siswa giat belajar, rajin belajar, dan gemar berbuat baik

f. Siswa mampu menciptakan suasana hidup rukun antar umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dari macam-macam target diatas menjadi harapan besar untuk para guru di SMA Darussalam Ciputat guna terlaksananya keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam yang diajarkan kepada siswa didalam kelas.

2. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat

Pada pelaksanaannya, pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Darussalam Ciputat dalam membentuk akhlak siswa berdasarkan kurikulum yang telah dibuat oleh pihak sekolah dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang ada. Pendidikan agama Islam di SMA Darussalam di tunjukan untuk menimbulkan kesadaran siswa untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. serta membiasakan kepada tingkah laku, sikap dan pandangan hidup yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

SMA Darussalam melaksanakan pengajaran agama Islam dua jam perminggu, materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di SMA Darussalam berupa sejumlah bahan materi tentang akhlak, misalnya mengenai akhlak terpuji kepada Allah, sifat terpuji bagi diri sendiri dan terhadap orang lain serta akhlak terpuji kepada lingkungan. Pembelajaran pendidikan agama Islam ini bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengamalan peserta didik tentang akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah swt.


(51)

Agar tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak tercapai maka seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memilih cara yang tepat dalam penyampain pelajaran. Guru harus mampu menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan. Berbicara mengenai metode, dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, metode pengajaran yang digunakan di SMA Darussalam adalah metode ceramah, metode diskusi, tanya jawab, penugasan dan observasi atau kunjungan kesuatu tempat yang relevan dengan materi pendidikan agama Islam.5

Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, guru pendidikan agama Islam melakukan sistem penilaian dengan menilai ketiga ranah belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mengukur ranah kognitif siswa, guru menggunakan pertanyaan lisan di kelas, tugas rumah, tugas individu atau kelompok, ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Sedangkan ranah afektif dan psikomotorik siswa, guru menilai perkembangan perilaku siswa setelah mendapatkan pembelajaran. 3. Bentuk-bentuk krisis akhlak yang ditemukan di SMA Darussalam

Ciputat

Usaha-usaha untuk mengoptimalkan pendidikan agama Islam dan berbagai usaha untuk mengatasi krisis akhlak telah dilakukan oleh SMA Darussalam Ciputat, namun berdasarkan hasil pengamatan penulis, masih dijumpai beberapa bentuk krisis akhlak siswa antara lain:

a. Siswa yang berbohong kepada sesama temannya. b. Siswa yang melalaikan nasehat guru dan orang tua.

c. Siswa yang tidak memiliki tutur kata yang baik dan sopan. d. Siswa yang melalaikan nasehat guru dan orang tua.

e. Meminta uang dengan paksa kepada teman (memalak). f. Siswa yang mengambil hak milik orang lain tanpa izin. g. Berkelahi atau tawuran di jalan.


(1)

60

60

Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,, Bogor, Kencana, 2003.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Poerbakawatja, Soegarda. Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1976. Rahman, Fathur. Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1974. Rohman, Arif. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan ,Yogyakarta: Laksbang

Mediatama, 2009.

Salim, Abdullah. Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, Jakarta: PT. Media Da’wah, 1994.

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Penelitian, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996. Sulaiman, Fathiyah Hasan. Alam Pikiran al-Ghazali Mengenai Pendidikan dan Ilmu,

Bandung: CV. Diponogoro, 1986.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Trim, Bambang. Menginstall Akhlak Anak, Jakarta: Hamdallah, 2008.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Fokus Media, 2003.


(2)

ANGKET DAFTAR ISIAN

Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa (Studi kasus di SMA Darussalam Ciputat)

Nama : Kelas : Jenis kelamin : L/P

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah “Bismillahirahmanirrahim” sebelum mengisi jawaban.

2. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda cheklist (√) pada salah satu alternatif jawaban yang telah tersedia sesuai dengan pendapat anda.

* SL = Selalu * SR = Sering

* KD = Kadang-kadang * TP = Tidak Pernah

3. Akhirilah pengisian angket ini dengan membaca “Alhamdulillah”. 4. Kami ucapkan terima kasih atas kesediaan anda mengisi angket ini. A. Peranan Pendidikan Agama Islam

1. Ketika disekolah saya ikut aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan

2. Saya bersikap baik ketika berada dimana saja dalam rangka mengamalkan ajaran agama yang saya terima disekolah

3. Saya mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam 4. Setelah belajar PAI saya menjadi rajin beribadah 5. PAI membantu saya memahami perilaku terpuji

dan tercela

6. Pelajaran PAI menurut saya baik untuk kehidupan saya

Pilihan Jawaban


(3)

7. PAI mengajarkan saya untuk berbakti kepada kedua orang tua

8. Menurut saya Pendidikan Agama Islam itu penting 9. Saya dapat menghargai orang lain setelah belajar

PAI

10. Saya bersungguh-sungguh dalam melaksanakan nilai-nilai agama dimana saja berada

11. Saya mengatakan sesuatu dengan hal yang sebenarnya sesuai dengan pelajaran PAI sekolah 12. PAI mengajarkan saya untuk menjadi orang yang

sabar

13. Saya jenuh mempelajari PAI

14. Setelah mempelajari Pendidikan Agama Islam perilaku saya menjadi lebih baik

15. Setelah belajar PAI saya takut melakukan perbuatan yang tidak baik

B. Krisis akhlak

16. Saya enggan berbuat baik jika tidak ada imbalan 17. Saya mengambil barang-barang teman saya tanpa

izin

18. Saya melalaikan nasehat orang tua 19. Saya berbohong kepada teman saya

20. Saya meminta uang dengan paksa kepada teman-teman saya disekolah

21. Saya malas belajar ilmu agama

Pilihan Jawaban


(4)

22. Saya berkelahi/tawuran dijalan 23. Saya berkata sopan kepada siapa saja

24. Saya takut kepada Allah jika melakukan perbuatan dosa

25.Saya merasa lebih hebat dari yang lain

26.Saya berperilaku adil kepada siapa saja dalam pergaulan

27.Saya menghindari diri dari yang dilarang agama 28.Saya mengejek teman saya

29.Saya tidak menghargai hasil karya orang lain 30.Tanpa berfikir panjang, pertolongan saya berikan

kepada siapa saja yang membutuhkan

Pilihan Jawaban


(5)

Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa (Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)

Oleh: Abdul Azis (106011000043)

BERITA WAWANCARA Nama : Marul Wa’id, S.Ag.

Jabatan : Kepala SMA Darussalam Ciputat dan Guru PAI Tempat wawancara : Ruang kepala SMA Darussalam Ciputat

Waktu : Senin, 25 Oktober 2010

1. Apa yang dilakukan guru agama Islam agar tujuan PAI dapat tercapai? Jawaban: Yang dilakukan guru PAI agar proses pembelajaran dapat berjalan dalam rangka pembentukan akhlak yang baik untuk peserta didik yaitu dengan melaksanakan kurikulum yang sudah dibuat sekolah sesuai dengan keadaan dan kondisi para siswa dengan memperhatikan ranah afektif, kognitif dan psikomotorik dan mengadakan evaluasi.

2. Bagaimana metode pembelajaran PAI yang digunakan oleh guru agama Islam agar dapat membentuk akhlak siswa dengan baik?

Jawaban: Metode pembelajaran yang digunakan agar dapat membentuk akhlak karimah yaitu dengan metode ceramah, penugasan, diskusi dan observasi atau kunjungan kesuatu tempat yang relevan.

3. Bagaimana upaya guru agama dalam membentuk akhlak siswa?

Jawaban: Upaya guru agama dalam membentuk akhlak siswa, pertama dengan pembiasaan yang baik seperti mengucap salam, membayar infaq, shalat berjamaah, kedua, memberikan bimbingan dan penyuluhan keagamaan kepada mereka, dan ketiga memberikan teguran langsung kepada siswa jika melakukan pelanggaran atau berkelakuan tidak baik.

4. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam mengatasi krisis akhlak?

Jawaban: Upaya-upaya untuk mengatasi krisis akhlak di sekolah antara lain:


(6)

a. Melakukan bimbingan. Bimbingan dilakukan oleh semua guru di sekolah, tidak hanya melibatkan guru BP/BK saja, tetapi menjadi keharusan bagi tiap-tiap guru untuk melakukan bimbingan untuk membentuk kepribadian siswa yang sehat mental dan spiritual.

b. Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, yaitu orang tua, sesama guru, dan masyarakat lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari tiap tiga bulan sekali diadakan pertemuan untuk membahas perkembangan anak-anak mereka di sekolah.

c. Sekolah secara intensif melakukan panggilan, peringatan dan hukuman kepada siswa yang melakukan pelanggaran dan kenakalan di sekolah. 5. Bagaimana cara mengevaluasi dan mengantisipasi kembali terhadap krisis

akhlak siswa?

Jawaban: Cara mengevaluasi dan mengantisipasi terhadap krisis akhlak sebagai berikut:

a. Mengintensifkan pelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Mengadakan pembenahan dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan.

c. Penerapan metodologi mengajar dan belajar yang efektif, yaitu dengan menggunakan metode ceramah, penugasan, diskusi dan observasi atau kunjungan kesuatu tempat yang relevan.

d. Dalam pelaksanaan kurikulum hendaknya memperhatikan keseimbangan aspek kognitif, apektif, dan psikomotorik yang memadai.

e. Peningkatan pengawasan dan disiplin terhadap tata tertib sekolah.

f. Mengadakan identifikasi dan bimbingan mengenai bakat, minat, kemampuan dan penyalurannya.

g. Melatih atau membiasakan siswa untuk dapat bekerja sama, berorganisasi dengan bimbingan guru melalui kegiatan organisasi sekolah, misalnya olah raga, OSIS, ROHIS dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan di sekolah.