Model Pemenuhan Pandangan Paul F. Knitter Terhadap Agama-Agama Lain

menyelamatkan diri mereka sendiri tanpa mengakui atau menyadari karya Allah melalui Kristus. 11 Berkaitan dengan sikap teologis agama Kristen dengan agama- agama lain, model ini menyetujui adanya dialog. Namun, dialog pada akhirnya sampai pada perbedaan yang jelas-jelas berbeda antara agama Kristen dengan agama-agama lain. Hal ini yang menjadikan dialog bukan hanya saling berbagi informasi atau menyelesaikan masalah-masalah sosial, tetapi juga membicarakan apa yang menjadi kendala dalam hubungan antar agama, yaitu klaim kebenaran. Dengan begitu dialog menjadi ajang kompetisi suci, di mana setiap agama berusaha membuktikan bahwa dirinya lebih mampu menerangi kehidupan, menjawab berbagai masalah hidup dan kebutuhan rohani manusia. 12 Meskipun kedua model pergantian di atas berbeda, keduanya tetap bersikukuh bahwa tidak seorang pun akan diselamatkan kecuali mereka yang berada dalam hubungan khusus dengan Yesus dan injilnya.

2. Model Pemenuhan

Model pemenuhan merupakan satu langkah ke depan dalam usaha agama Kristen membangun satu pemahaman yang berimbang tentang agama- 11 Knitter, Pengantar Teologi Agama-Agama, h. 40-44. 12 Knitter, Pengantar Teologi Agama-Agama, h. 45-46. agama lain. Model ini menawarkan satu teologi yang dapat memberikan bobot yang sama kepada dua keyakinan dasar Kristen yaitu, bahwa kasih Allah itu universal, diberikan kepada semua bangsa, namun kasih itu juga partikular yang hanya diberikan secara nyata di dalam Yesus Kristus. Model pemenuhan mewakili pandangan mayoritas umat Kristen saat ini, yaitu gereja-gereja “aliran utama”: Lutheran, Reformasi, Methodis, Anglikan, Ortodoks Yunani, dan Roma Katolik. 13 Mereka percaya bahwa agama-agama lain memiliki nilai, Tuhan ada pada mereka, dan umat Kristen perlu berdialog dengan mereka, bukan sekedar memberitakan Injil. 14 Meskipun demikian, terdapat keterbatasan dalam model ini. Pandangan yang menyeimbangkan pengakuan kehadiran Tuhan di dalam agama-agama lain dan kehadiran Tuhan yang khusus melalui Yesus tidak dapat diperjelas lagi, sebab kalau beranjak terlalu jauh menuju pluralisme, menurut penulis, identitas Kristen akan hilang, keunikan Yesus sebagai penyelamat manusia dan inkarnasi Tuhan tidak berarti. 15 13 Pembahasan model pemenuhan memfokuskan pada komunitas Kristen yang pertama kali mengembangkan model ini, yaitu Gereja Roma Katolik. Jadi model pemenuhan mengakui adanya kebenaran dan keselamatan dalam agama- agama lain, namun agama-agama tersebut memiliki keterarahan kepada Kristus melalui Gereja inklusivisme. 14 Knitter, Pengantar Teologi Agama-Agama, h. 73. 15 Knitter, Pengantar Teologi Agama-Agama, h. 73-74. Karl Rahner dianggap sebagai tokoh yang membuka hubungan yang dialogis dengan agama-agama lain lihat bab II. Masalah utama teologi agama-agama Rahner berkaitan dengan Kasih Tuhan, di mana Rahner menjelaskan implikasi Kasih Tuhan bahwa kalau Tuhan mau merangkul dan menjangkau semua orang dan makhluk hidup dengan kasih-Nya, Tuhan akan bertindak melakukan apa pun agar maksud-Nya tercapai. Menurut Rahner, tindakan yang Tuhan lakukan adalah, Ia menyatakan diri-Nya kepada semua orang dengan memampukan tiap-tiap orang mengalami realitas –damai, penguatan, ketertarikan, perhatian ̶ dari kehadiran Tuhan. Dengan begitu Allah mengaruniakan rahmat keselamatan kepada setiap manusia. Kalau tidak, berarti Tuhan tidak mengasihi tiap-tiap orang. 16 Rahner mengungkapkan arti Tuhan itu kasih dengan keyakinan bahwa rahmat, atau kehadiran Allah penuh kasih, merupakan bagian dari tiap kodrat manusia. Oleh karena itu, rahmat harus selalu diwujudkan dalam bentuk materi, yaitu agama. kemudian ia menambahkan satu keyakinan Kristen ke teologi agama-agamanya sehingga menjadi teologi Kristen, yaitu bahwa semua rahmat adalah anugerah Kristus. 17 16 Knitter, Pengantar Teologi Agama-Agama, h. 79-80. 17 Knitter, Pengantar Teologi Agama-Agama, h. 80-84. Berbeda dengan penganut Evangelikal yang meyakini bahwa Yesus merupakan sebab efisien, 18 Rahner berkeyakinan lain, bahwa Yesus merupakan sebab final, yaitu bahwa mereka yang tidak mengenal Yesus masih bisa merasakan kasih Allah yang menyelamatkan, namun belum mampu melihat dengan jelas arah dan tujuannya belum sempurna. 19 Atas dasar itu, setiap umat Buddha, Hindu, dan Islam yang mengalami rahmat kasih Allah di dalam agama mereka maing-masing, sudah terhubung dengan Yesus yang adalah representasi dari tujuan rahmat kasih Allah yang Maha Sempurna. Mereka, komunitas yang memberitakan berita baik Yesus sepanjang sejarah, yang “dianugerahi” juga telah terorientasi pada gereja Kristiani, mereka dapat dikatakan sudah menjadi Kristen tanpa nama, atau umat Kristen anonym. 20 18 Artinya bahwa siapa saja yang tidak mengenal Yesus, tidak akan merasakan kasih Allah yang merangkul dan menyelamatkan. 19 Knitter, Pengantar Teologi Agama-Agama, h. 85. 20 Menurut Knitter bahwa pandangan Rahner tentang Kristen anonim hanya ditujukan untuk kalangan Kristen dengan tujuan agar umat Kristen terbebas dari pandangan negatif tentang mereka yang berada di luar gereja dan memampukan umat Kristiani untuk menyadari bahwa Tuhan bisa memanggil siapa pun untuk mengikuti Kristus, di mana pun dan kapan pun Ia kehendaki. Jadi Rahner tidak menghendaki umat Kriatiani mengatakan kepada mereka yang beragama Buddha atau Islam telah berada di dalam lingkungan Kristen. Lih Knitter, Pengantar Teologi Agama-Agama, h. 85-86. Menurut penulis, maksud Knitter dengan pandangan Rahner mengenai Kristen anonim adalah mereka yang berada di luar gereja Roma Katolik, sebab Rahner berbicara sebagai seorang teolog Katolik. Namun perspektif ini perlu dikaji lebih dalam lagi. Berbeda dengan model penggantian, Bagi model pemenuhan, berbagai perbedaan yang diterima umat Kristen dalam agama-agama lain harus diberi nilai, dihormati dan dipelajari, namun yang terpenting dalam model ini adalah kesamaan yang bisa dijumpai oleh umat Kristen dan umat agama-agama lain.

3. Model Mutualitas