Tinjauan Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan KabupatenKota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository ©2009 8 belanja modal alat-alat besar 9 belanja modal alat-alat angkutan 10 belanja modal alat-alat bengkel 11 belanja modal alat-alat pertanian 12 belanja modal alat-alat kantor dan rumah tangga 13 belanja modal alat-alat studio dan alat-alat komunikasi 14 belanja modal alat-alat kedokteran 15 belanja modal alat-alat laboratorium 16 belanja modal buku perpustakaan 17 belanja modal barang bercorak kesenian, kebudayaan 18 belanja modal hewan, ternak, serta tanaman 19 belanja modal alat-alat persenjataan keamanan. Halim, 2004 : 73

d. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

Menurut Halim 2004 : 73: “Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan berbentuk kegiatan pengalihan uang dan atau barang dari Pemerintah Daerah. Kelompok belanja bagi hasil dan bantuan keuangan terkhusus bagi kabupatenkota terdiri atas jenis belanja berikut hanya untuk bagian belanja pelayanan publik : 1 belanja bagi hasil retribusi kepada Pemerintah Desa, 2 belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa Kelurahan, 3 belanja bantuan keuangan kepada organisasi kemasyarakatan, 4 belanja bantuan keuangan kepada organisasi profesi.”

e. Belanja Tidak Tersangka

Menurut Halim 2004 : 73, “kelompok belanja tidak tersangka adalah belanja Pemerintah Daerah untuk pelayanan publik dalam rangka mengatasi bencana alam dan atau bencana sosial. Kelompok belanja ini terdiri atas jenis belanja tidak tersangka.”

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan KabupatenKota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository ©2009 Abdullah dan Halim 2003 melakukan penelitian untuk menguji pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Belanja Daerah di Indonesia dengan menggunakan sample sebanyak 70 Kabupaten dan 20 Kotamadya di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta serta Propinsi Bali. Pendapatan Daerah terdiri dari DAU, PAD dan Pajak Daerah. Sementara Belanja Daerah adalah jumlah total pengeluaran daerah selama satu tahun anggaran yang terdapat dalam APBD. Data yang dianalisis adalah data tahun 2001 dan 2002. Statistik yang digunakan dalam penelitian Abdullah dan Halim 2003 ini adalah regresi sederhana simple regression dan regresi berganda multiple regression. Regresi sederhana dipakai untuk melihat pengaruh jumlah DAU, pajak daerah dan PAD secara terpisah terhadap jumlah belanja. Regresi berganda digunakan dengan tujuan untuk memprediksi apakah komponen-komponen pendapatan daerah tersebut secara serentak mempengaruhi belanja daerah Hasil penelitian Abdullah dan Halim 2003 menunjukkan, bahwa secara terpisah dan atau bersama-sama DAU, PAD berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. Astuti dan Haryanto 2006, dalam jurnalnya Kemandirian Daerah : Sebuah Perspektif dengan Metode Path Analysis menyatakan bahwa esensi utama dari pelaksaanaan otonomi daerah yang sudah berjalan selama 4 tahun adalah mewujudka kemandirian daerah, dan selama ini kemandirian yang kuat diukur dari struktur PAD yang antara lain terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan BUMD. Tetapi dari hasil olah data dengan menggunakan metode path analysis dari 4 variabel yang dipilih untuk mendukung terwujudnya Kapasitas Fiskal Daerah yang kuat sebagai pencerminan kemandirian daerah yaitu Pajak Daerah, Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan KabupatenKota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository ©2009 Retribusi Daerah, PDRB jasa serta Bagi Hasil Pajak, didapatkan bahwa variabel Pajak Daerah PD dan Bagi Hasil Pajak BHP memiliki hubungan signifikan terhadap Kapasitas Fiskal Daerah. Sementara itu variabel Retribusi Daerah dan PDRB jasa tidak terbukti mempengaruhi Kapasitas Fiskal Daerah secara signifikan. Ester Afriani 2007 telah meneliti tentang “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Penerimaan Daerah Kabupaten Langkat”, penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil regresi berganda menunjukkan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara pajak daerah dan retribusi daerah terhadap penerimaan daerah, tetapi dilihat dari rata-rata kontrusi PAD terhadap penerimaan Daerah Kabupaten Langkat sebesar 3.59 maka dari aspek kemampuan keuangan daerah, Kabupaten Langkat belum dapat menjalankan otonomi secara konsekuen karena masih tergantung dari penerimaan lain diluar penerimaan dari PAD. Mohammad Riduansyah 2003 melakukan penelitian dengan mengangkat judul kontribusi Pajak daerah dan Retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor. Dan hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap perolehan PAD dan APBD Pemerintah Kota Bogor cukup signifikan dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,78 per tahun. Kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total perolehan penerimaan Pemda Bogor tercermin dalam APBD-nya, dikaitkan dengan kemampuannya untuk Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan KabupatenKota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository ©2009 melaksanakan otonomi daerah terlihat cukup baik. Komponen pajak daerah rata-rata pertahunnya memberikan kontribusi sebesar 7,81 per tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 22,89 pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang berasal dari komponen retribusi daerah, pada kurun waktu yang sama, memberikan kontribusi rata-rata per tahunnya sebesar 15,61 dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya sebesar 5,08 per tahun.

F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis