Sifat-sifat Adsorpsi Lempung Terpilar

70 Adsorpsi isoterm tipe I merupakan isoterm Langmuir dengan penutupan satu lapis atau hanya beberapa lapis molekul yang khas pada padatan mikropori. Isoterm tipe II, adsorpsi terjadi bila frekuensi kontak antara adsorben dengan adsorbat relatif tinggi. Adsorpsi tipe ini umumnya terjadi pada padatan dengan diameter pori lebih besar dari diameter mikropori. Adsorpsi ini sesuai dengan mekanisme isoterm BET, yaitu diawali terjadinya adsorpsi satu lapis kemudian dengan peningkatan tekanan relatif, lapisan kedua dan seterusnya tertutupi secara merata sampai keadaan jenuh tercapai. Isoterm adsorpsi tipe III yaitu terjadinya adsorpsi karena interaksi antara adsorbat dan lapis adsorben lebih besar dibandingkan interaksi dengan permukaan adsorben. Isoterm adsorpsi tipe IV, adsorpsi terjadi pada adsorben yang memiliki jejari pori antara 15–1000 Å, sedangkan isoterm adsorpsi Tipe V, adsorpsi terjadi bila interaksi yang dihasilkan dari adsorbat-adsorben sangat kecil. Hal ini terjadi karena adanya assosiasi dengan pori Lowell dan Shields, 1984.

2.7. Sifat-sifat Adsorpsi Lempung Terpilar

Kapasitas adsorpsi diharapkan berubah dengan metode kering. Pada reaksi penukaran ion dengan cara kering, sejumlah cuplikan lempung dicampurkan dengan garam tertentu, misalnya garam alkali, kemudian dipanaskan hingga titik lebur garam alkalinya. Reaksi penukaran ion berlangsung pada suhu titik lebur, dalam hal ini garam yang digunakan bertitik lebur cukup rendah sebab jika titik lebur tinggi struktur lempung dapat rusak. Dalam suatu kasus ideal, struktur pori dari lempung terpilar ditentukan oleh ukuran pilar menghasilkan Minto Supeno: Bentonit Alam Terpilar Sebagai Material Katalis Co-Katalis Pembuatan Gas Hidrogen Dan Oksigen Dari Air, 2007. USU e-Repository © 2008 71 porositas fraksi dari volum pori terhadap volum total dua dimensi seperti zeolit, dengan pori terbuka 8 – 9 Å untuk pilar–Al dan pilar–Zr 9 – 11 Å. d 3 d 2 d 1 Agen pemilar d1 = jarak antar layer dalam kristal d2 = jarak bebas di antara lapisan d3 = jarak bebas antara pilar Gambar 2.15. Struktur Lapisan Terpilar Pori diklasifikasikan kedalam dua tipe, yaitu pori terbuka dan pori tertutup. Dalam pori terbuka fluida dapat masuk dan menembus ke dalam, oleh karena itu pori terbuka ini utamanya digunakan sebagai filter penyaring. Perbedaan antara pori-pori mikro dan pori makro dapat dilihat melalui pengelompokan material berpori yang didasarkan pada ukuran pori menurut IUPAC The International of Pure and Applied Chemistry penamaan material berpori sebagai berikut : Mikropori, bila diameter pori 2 nm Mesopori, bila 2 nm diameter pori 50 nm Makropori, bila 50 nm diameter pori Minto Supeno: Bentonit Alam Terpilar Sebagai Material Katalis Co-Katalis Pembuatan Gas Hidrogen Dan Oksigen Dari Air, 2007. USU e-Repository © 2008 72 Gambar 2.16. Penggambaran ideal dari sampel yang diperoleh melalui a Udara Kering b Beku Kering Burch, R.,1997 Umumnya tumpukan dari lapisan menghasilkan mikroporositas seperti zeolit, struktur house-ofcards untuk lempung terdelaminasi. Pada gambar b menggabungkan mikropori dan makropori dengan tipe berbeda dari tumpukan lapisan. Minto Supeno: Bentonit Alam Terpilar Sebagai Material Katalis Co-Katalis Pembuatan Gas Hidrogen Dan Oksigen Dari Air, 2007. USU e-Repository © 2008 73

2.8. Titania TiO