• Jika p
0,05, berbeda bermakna. •
Jika p 0,05, tidak berbeda bermakna.
Kadar MDA plasma mencit dari kelompok-kelompok yang mendapat Pb dengan konsentrasi berbeda, berdasar uji statistik di atas tidak berbeda secara bermakna.
Pada penelitian ini diperoleh kadar MDA plasma dari mencit-mencit perlakuan yang cendrung meningkat mulai dari rentang konsentrasi terendah sampai
yang paling tinggi bila dibandingkan dengan mencit-mencit yang bebas dari Pb, meskipun secara statistik nilainya tidak berbeda secara bermakna. Kelompok yang
bebas Pb dengan kadar MDA 27,69 µM, kelompok yang mendapat Pb 0,05 dengan
kadar MDA 33,92 µM, kelompok yang mendapat Pb 0,1 mempunyai kadar MDA
36,79 µM, kelompok yang mendapat Pb 0,2 mempunyai kadar MDA 41,08 µM dan
kelompok yang mendapat Pb 0,4 mempunyai kadar MDA tertinggi yaitu 46,53 µM.
4.5 Uji Statistik Perbedaan Jumlah Eritrosit
Analisis statistik untuk mencari perbedaan rerata jumlah eritrosit diantara kelompok-kelompok dalam penelitian ini, berdasar distribusi datanya adalah uji
Anova satu arah. Data lebih dahulu diuji homogenitas variannya. Data jumlah eritrosit berdasar uji di atas mempunyai varian yang sama, dengan demikian data
tersebut memenuhi syarat dianalisis menggunakan uji Anova. Uji statistik ini dapat dilihat pada tabel berikut.
T.Helvi Mardiani : Pengaruh Pemberian Timbal Pb Terhadap Kadar Malondialdehyde MDA Plasma Dan Jumlah Eritrosit Mencit, 2008.
USU Repository © 2008
Tabel 7. Uji Anova Jumlah Eritrosit df
F Sig.
Antar kelompok 5
2.158 .105
Dalam kelompok 18
. .
__________________________________________________________________ •
Jika p 0,05, berbeda bermakna.
• Jika p
0,05, tidak berbeda bermakna. Rerata jumlah eritrosit mencit dalam kelompok-kelompok yang mendapat Pb dengan
berbagai konsentrasi, berdasar analisis statistik di atas tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Jumlah eritrosit pada mencit-mencit perlakuan dalam penelitian ini secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna, tetapi rerata jumlah eritrosit
kelompok yang bebas dari Pb nyata lebih tinggi dibanding kelompok-kelompok yang mendapat Pb. Jumlah eritrosit paling rendah didapati berturut-turut pada kelompok
yang mendapat Pb dengan konsentrasi 0,4 dan 0,8. Hal ini tampaknya sejalan dengan beberapa literatur yang menjelaskan bahwa hemolisis dan anemia adalah
tanda klinis yang dijumpai pada keracunan Pb Pagliuca et al, 1990.
4.6 Korelasi Kadar MDA dan Jumlah Eritrosit
Peningkatan kadar MDA plasma dengan terjadinya penurunan jumlah eritrosit dalam darah mencit yang mendapat pemberian Pb, diuji dengan menggunakan uji
T.Helvi Mardiani : Pengaruh Pemberian Timbal Pb Terhadap Kadar Malondialdehyde MDA Plasma Dan Jumlah Eritrosit Mencit, 2008.
USU Repository © 2008
korelasi Product Moment Pearson. Uji statistik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Uji Korelasi Kadar MDA dan Jumlah Eritrosit MDA
Eritrosit MDA
Korelasi Pearson 1
- .415 Sig. 2 tailed
.044 N
24 24
Eritrosit Korelasi Pearson
- .415 1
Sig. 2 tailed .044
N 24
24 __________________________________________________________________
• Jika p
0,05, bermakna. •
Jika p 0,05, tidak bermakna
Uji statistik antara kadar MDA dan jumlah eritrosit dalam penelitian ini menunjukkan adanya korelasi negatif r = -.415 dan korelasi tersebut bermakna p =
0,044. Hal ini menunjukkan bahwa peroksidasi lipid yang berlangsung dalam darah mencit menyebabkan terjadinya lisis eritrosit atau hemolisis yang menyebabkan pula
penurunan jumlah eritrosit. Peroksidasi pada fosfolipid membran eritrosit menyebabkan destabilitas membran dan menurunkan fluiditasnya, yang kemudian
meningkatkan kecepatan hemolisis. Hemolisis menjadi dampak akhir dari peroksidasi lipid oleh karena reactive oxygen species di membran eritrosit. Pb juga berikatan
langsung dengan fosfatidil kolin membran eritrosit yang menyebabkan kadar fosfolipid membran menurun. Selain hal tersebut, Pb juga menyebabkan hemolisis
oleh karena memicu oksidasi hemoglobin dalam eritrosit. Anemia yang timbul akibat
T.Helvi Mardiani : Pengaruh Pemberian Timbal Pb Terhadap Kadar Malondialdehyde MDA Plasma Dan Jumlah Eritrosit Mencit, 2008.
USU Repository © 2008
hemolisis pada keracunan Pb secara mikroskopis adalah anemia normokrom atau hipokrom.
Peningkatan kadar molekul ALA oleh karena dihambatnya kerja enzim DALAD, dapat memicu terbentuknya hidrogen peroksida, radikal superoksid dan
radikal hidroksil. Molekul-molekul reactive oxygen species yang meninggi oleh karena Pb ini diikuti pula dengan menurunnya hampir semua enzim dan molekul
pertahanan anti oksidan seperti glutation, glutation peroksidase, katalase, superoksid dismutase, glutation reduktase dan glukosa 6 fosfat dehidrogenase. Enzim terakhir ini
membentuk molekul pereduksi NADPH di luar mitokondria, sehingga menjadi satu- satunya sumber NADPH pada eritrosit Gurer Ercal, 2000.
Anemia pada keracunan Pb juga disebabkan oleh terhambatnya sintesis heme yang membentuk hemoglobin, dikarenakan Pb mengikat DALAD, enzym kunci
dalam biosintesa heme. Hal ini tampaknya dapat menjelaskan hasil hitung jumlah eritrosit dalam penelitian ini, khususnya pada kelompok mencit yang mendapat Pb
0,8. Pada kelompok mencit yang mendapat Pb 0,8, tingkat peroksidasi lipid atau stres oksidatif lebih ringan dibandingkan kelompok mencit yang mendapat Pb 0,2
dan 0,4, akan tetapi jumlah eritrosit pada kelompok 0,8 adalah yang paling rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menurunnya jumlah eritrosit pada
kelompok 0,8 tersebut tidak hanya disebabkan oleh stres oksidastif tetapi dapat juga oleh karena gangguan sintesis hemoglobin. Peroksidasi lipid yang berlangsung di
eritrosit dan pemeriksaan mikroskopis eritrosit sangat disayangkan tidak dilakukan dalam penelitian ini.
T.Helvi Mardiani : Pengaruh Pemberian Timbal Pb Terhadap Kadar Malondialdehyde MDA Plasma Dan Jumlah Eritrosit Mencit, 2008.
USU Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN