yang rendah kadar konsensus nasionalnya, peran semacam ini dapat membahayakan stabilitas politik.
18
D. Ideaologi dan Sistem Partai Politik
Era reformasi memberikan dampak munculnya partai-partai baru baik non Islam atau yang berbendera Islam dengan sistem yang berbeda, diantaranya PPP
sebagai partai Islam yang berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI yang menganut sistem multi partai. Hal ini perlu dianalisis dan diteliti kembali
tentang prilaku partai-partai sebagai bagian dari suatu sistem, yang dinamakan “sistem kepartaian” party sistems. Duverger mengklasifikasikan sistem
kepartaian menjadi tiga kategori, yaitu sistem partai-tunggal, sistem dwi-partrai dan sistem multi-partai.
1. Sistem Partai-Tunggal
Ada beberapa pengamat yang berpendapat bahwa istilah sistem partai- tunggal merupakan istilah yang menyangkal diri sendiri contradiction in
terminis , karena suatu sistem selalu mengandung lebih dari satu bagian pars.
Namun demikian, istilah ini telah tersebar luas di kalangan masyarakat dan dipakai baik untuk partai yang benar-benar merupakan satu-satunya partai dalam
suatu negara maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan di antara beberapa partai lain. Dalam kategori terakhir terdapat banyak variasi.
19
18
Ibid., h. 410.
19
Ibid., h. 415-416.
2. Sistem Dwi-Partai
Pengertian sistem dwi-partai biasanya diartikan bahwa ada dua partai di antara beberapa partai, yang berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam
pemilihan umum secara bergiliran, dan dengan demikian mempunyai kedudukan dominant. Dewasa ini hanya beberapa negara yang memiliki ciri-ciri sistem dwi-
partai, yaitu Inggris, Amerika Serikat, Filipina, Kanada dan Selandia Baru. Oleh Maurice Duverger malahan dikatakan bahwa sistem ini adalah khas Anglo Saxon.
Dalam sistem ini partai-partai dengan jelas dibagi dalam partai yang berkuasa Karena menang dalam pemilihan umum dan partai oposisi karena
kalah dalam pemilihan umum. Dengan demikian jelas di mana letak tanggung jawab mengenai pelaksanaan kebijakan umum. Dalam sistem ini partai yang kalah
berperan sebagai pengecam utama tapi yang setia loyal opposition terhadap kebijakan partai yang duduk dalam pemerintahan, dengan pengertian bahwa peran
ini sewaktu-waktu dapat bertukar tangan. Dalam persaingan memenangkan pemilihan umum kedua partai berusaha untuk merebut dukungan orang-orang
yang ada di tengah dua partai dan yang sering dinamakan pemilihan terapung floating vote atau pemilihan di tengah median vote.
Sistem dwi-partai pernah disebut a convenient system for contented people dan memang kenyataannya ialah bahwa sistem dwi-partai dapat berjalan baik
apabila terpenuhi tiga syarat, yaitu komposisi masyarakat bersifat homogen social homogeneity, adanya konsensus kuat dalam masyarakat mengenai asasi
dan tujuan sosial dan politik political consensus, dan adanya kontinuitas sejarah histirical continuity.
20
20
Ibid., h. 416-418.
3. Sistem Multi-partai
Anggapan bahwa keanekaragaman budaya politik suatu masyarakat mendorong pilihan kearah sistem multi-partai. Perbedaan tajam antara ras, agama,
atau suku bangsa mendorong golongan-golongan masyarakat lebih cenderung menyalurkan ikatan-ikatan terbatasnya primordial dalam suatu wadah yang
sempit saja. Dianggap bahwa pola multi-partai lebih sesuai dengan pluralitas budaya dan politik daripada pola dwi-partai. Sistem multi-partai ditemukan antara
lain di Indonesia, Malaysia, Nederland, Australia, Prancis, Swedia dan Federasi Rusia. Prancis mempunyai jumlah partai yang berkisar antara 17 dan 28,
sedangkan di Federasi Rusia sesudah jatuhnya Partai Komunis jumlah partai mencapai 43.
Sistem multi partai, apalagi jika dihubungkan dengan sistem pemerintahan parlementer, mempunyai kecenderungan untuk menitik beratkan kekuasaan pada
badan legislative, sehingga peran badan eksekutif sering lemah dan ragu-ragu. Hal ini sering disebabkan karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk
membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan partai-partai lain. Dalam keadaan semacam ini partai yang berkoalisi harus
selalu mengadakan musyawarah dan kompromi dengan mitranya dan menghadapi kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan dari partai yang duduk dalam
koalisi akan ditarik kembali, sehingga mayoritasnya dalam perlemen hilang. Di lain pihak, partai-partai oposisi pun kurang memainkan peranan yang
jelas karena sewaktu-waktu masing-masing partai dapat diajak untuk duduk dalam pemerintahan koalisi baru. Hal semacam ini menyebabkan sering terjadinya siasat
yang berubah-ubah menurut kegentingan situasi yang dihadapi partai masing-
masing. Lagi pula, sering kali partai-partai oposisi kurang mampu menyusun suatu program alternatif bagi pemerintah. Dalam sistem semacam ini masalah
letak tanggung jawab menjadi kurang jelas.
21
Berbicara mengenai sistem kepartaian diantaranya sistem partai tunggal, sistem dwi partai dan sistem multi partai, Indonesia termasuk kedalam sistem
multi partai karena salah satunya Indonesia memiliki banyak partai. Di antara banyak partai itu salah satunya PPP yang memakai sistem kepartaian dengan pola
multi partai yang telah dibahas sebelumnya. Asas Partai Persatuan Pembangunan kabupaten Bogor adalah berasaskan
Islam. Tujuannya adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera, lahir batin dan demokrasi dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah Ridho Allah SWT. Untuk mencapai tujuan PPP kabupaten Bogor melakukan usaha-usaha
sebagai mana yang telah di atur dalam ADART sebagai berikut: a. Melaksanakan ajaran Islam dalam hidup perorangan, bermasyarakat,
bangsa dan bernegara. b. Mendorong terciptanya iklim yang sebaik-baiknya bagi terlaksananya
kegiatan-kegiatan peribadatan menurut syariat Islam. c. Merupakan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah
basyariyah untuk mengukuhkan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dalam segala kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan.
d. Menegakkan, membangun dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
21
Ibid., h. 418-420.
e. Memperjelas, memperdalam pengetahuan rakyat supaya lebih sadar akan hak dan kewajibannya selaku warga negara hukum yang merdeka,
berdaulat, demokratis, dan menghormati Hak Azasi Manusia. f. Menggairahkan partisipasi seluruh rakyat dalam pembangunan negara dan
mengusahakan adanya keseimbangan pembangunan rohani dan jasmani. g. Mengadakan kerjasama dengan partai-partai politik dan golongan
masyarakat lainnya untuk mencapai tujuan bersama atas dasar toleransi dan harga menghargai.
h. Memberantas paham komunismeatheisme dan paham-paham lainnya yang bertentangan dengan Islam dan Pancasila.
i. Turut memelihara persahaba
tan antara Republik Indonesia dengan negara-negara lain atas dasar hormat- menghormati dan kerjasama menuju terwujudnya perdamaian dunia
yang adil dan beradab. j. Melaksanakan usaha-usaha lainnya yang tidak bertentangan dengan asas
dan tujuan partai.
22
22
Wawancara Penulis dengan Ketua DPC PPP Kabupaten Bogor Bupati Terpilih Kabupaten Bogor. Drs. H. Rachmat Yasin, MM.
BAB III PONDOK PESANTREN DARUTTAFSIR