Hasil temuan masalah yang diperoleh dari penelitian terhadap kelima BMT diatas, maka umumnya factor penyebab timbulnya sengketa adalah dikarenakan
pembiayaan macet atau nasabah tidak dapat melaksanakan kewajibannya atau ingkar janji wanprestasi, hal ini dapat dikarenakan nasabah ditimpa musibah,
nasabah kena tipu, nasabah bangkrut dan karena itikad nasabah yag tidak baik.
C. Penyelesaian sengketa BMT di kota Medan
Pada umumnya penyelesaian sengketa diatur secara tegas dalam akad, adapun pola penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi dua macam yaitu : Litigasi
melalui pengadilan atau non litigasi diluar pengadilan. 1.
Litigasi melalui pengadilan Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh keterangan bahwa seluruh
BMT yang menjadi sampel dalam penelitian ini
170
tidak pernah menempuh jalur hukum dalam menangani nasabah yang tidak melaksanakan kewajibannya.
171
Hal ini disebabkan karena penyelesaian melalui pengadilan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar, sedangkan pada umumnya nasabah yang
mengajukan permohonan pembiayaan kepada BMT adalah pengusaha kecil yang besarnya jumlah pembiayaannya juga kecil. Oleh karena itulah apabila ada
nasabah yang tidak melaksanakan kewajibannya akan diusahakan
170
Lihat BMT-BMT yang menjadi sampel dalam penelitian ini pada BAB IV Sub Bab A.
171
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
penyelesaiannya secara kekeluargaan, selain untuk menghemat biaya juga untuk tetap menjaga hubungan baik antara BMT dan nasabah.
172
Penyelesaian melalui jalur hukum merupakan jalan paling akhir yang dipilih oleh BMT dalam menangani nasabah yang tidak melaksanakan kewajibannya,
namun sampai saat ini sengketa yang timbul antara nasabah dan BMT belum pernah ditempuh melalui jalur hukum.
173
2. Non Litigasi
Di Indonesia Alternatif Penyelesaian Sengketa alternative dispute resolution
174
diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Khusus untuk lembaga-lembaga
ekonomi syari`ah, pada umumnya lembaga penyelesaian sengketa di luar pengadilan terutama adalah melalui Badan Arbitrase Syari`ah Nasional
BASYARNAS. Pada dasarnya para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri cara dan proses pemeriksaan sengeketa yang mereka
kehendaki.
175
Utang yang tidak dipenuhi kewajibannya dapat menimbulkan perselisihan atau sengketa. Menurut keterangan responden yang diwawancarai diperoleh
informasi bahwa sengketa yang terjadi antara nasabah dengan BMT belum pernah dilakukan melalui Basyarnas, BMT melakukan upaya damai ishlah dengan
172
Hasil wawancara dengan pengurus BMT-BMT yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, BMT yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada BAB IV Sub Bab A
173
Ibid.
174
Jacquelin M.Nolan-Hale dalam bukunya Alternative Dispte Resolution In A Nutshell yang dikutip oleh Bismar Nasution, Op., Cit.
175
Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani, Op., Cit, hlm. 78.
Universitas Sumatera Utara
memberikan bantuan kepada nasabah melalui langkah penyelesaian sengketa secara internal yakni musyawarah secara kekeluargaan.
Dari hasil wawancara terhadap BMT-BMT yang menjadi sampel dalam penelitian ini
176
, ditemukan bahwa upaya penyelesaian sengketa dalam hal nasabah tidak melaksanakan kewajibannya maka BMT akan berusaha untuk
menyelesaikan secara silaturrahmi dan kekeluargaan. Hal ini dimaksudkan untuk tetap menjaga hubungan baik antara BMT dan nasabah, karena pada dasarnya
pembiayaan yang diberikan oleh BMT kepada nasabah didasarkan pada prinsip kepercayaan.
177
BMT dalam menangani nasabah yang tidak melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu mengunjungi nasabah dan memberikan teguran-teguran,
kemudian memberi penambahan waktu pembayaran sesuai dengan kesepakatan, semuanya dilakukan dengan cara silaturrahmi dan kekeluargaan. Apabila nasabah
tidak juga membayar maka diberi kesempatan kepada nasabah untuk menjual sendiri barang agunannya atau dari sumber lainnya, jika tidak juga melakukan
pembayaran kepada BMT, maka dalam hal ini BMT akan menyita barang agunan dan menjualnya untuk pelunasan hutang nasabah dan sisa dari hasil penjualan dari
barang tersebut akan diserahkan kepada nasabah.
178
176
Lihat BMT-BMT yang menjadi sampel dalam penelitian ini pada BAB IV Sub Bab A.
177
Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengurus BMT –BMT yang menjadi sampel penelitian, Medan, 30 November 2010.
178
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Secara tidak langsung BMT-BMT tersebut telah melakukan upaya penyelesaian secara bertahap, yaitu:
a. Menambah limit waktu pembayaran restrukturisasi pembayaran
b. Menjual sendiri barang agunannya.
c. BMT menyita dan menjual barang agunannya, jika harga barang tersebut
berlebih, maka sisanya akan dikembalikan kepada nasabah. Ketiga cara ini secara tidak langsung menjadi penyelesaian hirarkis yang
kerap ditempuh BMT-BMT yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan