Etika dan Sopan Santun Dalam Kegiatan Bisnis Jepang

(1)

ETIKA DAN SOPAN SANTUN DALAM KEGIATAN BISNIS

JEPANG

NIHON NO BIJINESU NO KATSUDOU NO REIGI TO

GYOUGI

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

NIM: 082203017 DEBBY ZELVIA

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ETIKA DAN SOPAN SANTUN DALAM KEGIATAN BISNIS

JEPANG

NIHON NO BIJINESU NO KATSUDOU NO REIGI TO

GYOUGI

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan OLEH NIM:082203017 DEBBY ZELVIA

Pembimbing, Pembaca

Muhammad Pujiono, SS.M.Hum

Nip: 19600xxxx919 1988 03 1 001 Nip:19600822 1988 03 1 002 Drs. Nandi. S

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D-III Bahasa Jepang

Ketua Program Studi

Nip:196708072004011001 Zulnaidi,SS,M.Hum


(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Nip:19511013 197603 1 001 Dr.Syahron Lubis,M.A.

Panitia ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. Zulnaidi,SS,M.Hum ( ) 2. Drs. Eman Kusdiyana. M. Hum ( ) 3. Drs. Nandi. S ( )


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini, sebagai salah satu syarat kelulusan dari Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Kertas karya ini berjudul Etika dan Sopan Santun Dalam Kegiatan Bisnis Jepang”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam kertas karya ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian kalimat, penguraian materi dan pembahasan masalah, tetapi berkat bimbingan dan pengarahan dari semua pihak, akhirnya kertas karya ini dapat diselesaikan. Untuk itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini, terutama kepada :

1. Bapak Dr.Syahron Lubis,M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi, SS,M.Hum. selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Muhammad Pujiono,SS.M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

4. Bapak Drs. Nandi,S. selaku Dosen Pembaca.

5. Bapak Prof.Drs. Hamzon Situmorang,M.S.Ph.D. selaku Dosen Wali. 6. Mrs. Mayumi Iwano dan Mr. Tsusaka Tomohiro selaku Native Speaker.

7. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(6)

8. Kedua orang tua saya tercinta ayahanda Herman Tusal dan ibunda Rodiah, adik yang sangat saya sayangi Rizky Takwa, Fitra Fadillah, dan Sahnaz Nurul Aghniah, yang telah memberikan dorongan semangat, baik moril maupun materil, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan kertas karya ini.

9. Teman-teman saya : Yochi, Abdu, Fazhri, Nancy, Juni, Reza, serta rekan-rekan Mahasiswa jurusan Bahasa Jepang stambuk ’08 khususnya anak A, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

10. Untuk kekasih saya yang tercinta Khairul Ardian,SE yang telah banyak memberikan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

Tiada lain harapan penulis semoga Allah SWT melindungi kita dan semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan kertas karya ini.

Medan, November 2011 Penulis,

NIM: 082203017 DEBBY ZELVIA


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2Tujuan Penulisan ... 2

1.3Pembatasan Masalah ... 2

1.4Metode Penulisan ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BISNIS DI JEPANG ... 4

2.1 Pengertian Bisnis ... 4

2.2 Bisnis Jepang ... 5

2.3Konsep dasar Kebudayaan Jepang dalam Bisnis ... 7

BAB III ETIKA DAN SOPAN SANTUN DALAM KEGIATAN BISNIS JEPANG ... 13

3.1 Etika Makan dan Minum Orang Jepang Dalam Kegiatan Bisnis ... 13

3.1.1 Etika Minum Orang Jepang Dalam Kegiatan Bisnis ... 13

3.1.2 Etika Makan Orang Jepang Dalam Kegiatan Bisnis ... 16

3.2 Bertamu Ke rumah Orang Jepang Dalam Kegiatan Bisnis ... 19

3.3 Pemberian Hadiah Dalam Kegiatan Bisnis ... 21


(8)

3.3.2 Hadiah Perjalanan Dalam Kegiatan Bisnis ... 23

3.3.3 Hadiah Tahun Baru Dalam Kegiatan Bisnis ... 23

3.3.4 Hadiah Bagi Orang Sakit Dalam Kegiatan Bisnis ... 24

3.3.5 Hadiah Ungkapan Turut Berduka Cita Dalam Kegiatan Bisnis ... 24

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

4.1 Kesimpulan ... 25

4.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26


(9)

ABSTRAK

“ETIKA DAN SOPAN SANTUN DALAM KEGIATAN BISNIS”

Di dalam kegiatan bisnis, etika dan sopan santun memegang peranan penting. Karena etika dan sopan santun merupakan suatu tujuan untuk mencapai keberhasilan atau kesepakatan kerja bisnis. Etika dan sopan santun dapat menciptakan sikap menghargai dan menghormati antar sesama rekan bisnis. Sehingga terjalin hubungan yang baik diantara rekan bisnis.

Jepang merupakan negara yang mempunyai etika dan sopan santun yang sangat tinggi. Walaupun berada di era modernisasi, mempunyai nilai-nilai tradisional sangat baik, sehingga ketika bernegosiasi dengan mitranya masih menggunakan cara-cara khusus tradisional. Misalnya perjamuan makan dan minum. Mitra bisnis haruslah mengerti etika-etika perjamuan yang dilakukan mitra jepangnya yang terkadang memakan waktu dan terkesan membosankan. Namun etika-etika tersebut haruslah dipatuhi agar tercapai kesepakatan dan kerja sama bisnis yang saling menguntungkan. Mitra jepang akan menghargai mitranya apabila mitra mengeri dan melakukan kebiasaan- kebiasaan bisnis tersebut.

Dalam kegiatan menjalin hubungan bisnis dengan orang jepang, biasanya diawal hubungan, mereka akan mengajak untuk makan dan minum bersama. Hal ini disebabkan karena hampir semua kebudayaan memberikan nilai yang sangat tinggi pada acara makan dan minum bersama untuk mempererat persahabatan.


(10)

Jadi tidak heran apabila undangan makan dan minum dalam mitra bisnisbisa diperoleh lebih dari sekali.

Pada saat acara minum bersama(social drinking and entertaining), biasanya orang jepang mengeluarkan dana yang jauh lebih besar untuk hiburan dari pada untuk pendidikan. Walaupun kenyataannya, warga negara Jepang telah memiliki pendidikan yang tinggi dalam bisnis dari rekan-rekan diseluruh dunia. Sama halnya dengan berbagai masalah lainnya yang berlaku di Jepang. Acara makan dan minum ini memiliki etika yang sangat ketat. Beberapa aturan yang penting pada saat acara minum bersama yaitu:

1. Jangan menuangkan minuman di cangkir sendiri

2. Angkat cangkir anda pada waktu seseorang sedang menuangkan minuman untuk anda

3. Jangan biarkan cangkir teman yang duduk disebelah anda dalam keadaan kosong. Tuangkanlah minuman tambahan pada cangkirnya, seperti yang dilakukannya terhadap anda.

Orang jepang jarang mengundang tamunya untuk minum bersama di rumahnya, karena rumah orang Jepang umumnya sangat kecil. Sehingga acara minum sering dilakukan di bar, club, dan warung- warung minuman. Ini semua merupakan bagian dari mizu sobai atau dagang air, karena suasananya santai dan menyegarkan semangat. Acara minuman bukanlah saat untuk mendiskusikan bisnis atau hal-hal serius lainnya. Waktu itu merupakan saat santai, bercengkrama


(11)

dan menanamkan rasa persahabatan dan saling kepercayaan, hal ini merupakan dasar yang kokoh bagi hubungan bisnis yang serius di masa yang akan datang.

Begitu juga pada saat acara makan bersama. Orang Jepang sangat membanggakan tata krama tradisional ala Jepang di acara makan bersama. Untuk menjalin hubungan bisnis yang berhasil, harus memakan semua hidangan yang tersedia. Jangan menyinggung perasaan tuan rumah anda dengan mengatakan bahwa anda tidak menyukai beberapa makanan yang mereka sajikan atau karena anda dilarang memakannya ataupun anda menyisakan makanan di piring anda. Hal itu bisa membuat mereka tersinggung, sehingga mereka tidak akan mau berbisnis dengan anda. Namun dalam jamuan makan bisnis, siapa yang akan membayar tidak diatur dalam peraturan perusahaan. Namun demikian, bila anda merasa bahwa andalah yang menjamu, bergegaslah mengambil rekening makanan sebelum orang lain mengambilnya karena itu merupakan etika yang sangat terpuji, tetapi biasanya orang Jepang lebih cepat, sehingga anda sulit mendapatkan kesempatan untuk membayarnya.

Umumnya rumah orang Jepang ukurannya sangat kecil. Oleh karena itu, orang Jepang jarang mengadakan pesta di tempat tinggalnya sendiri, karena mereka menganggap bahwa rumah mereka kurang pantas sebagai tempat untuk menjamu para tamu. Tetapi jika mitra asing menyatakan ingin berkunjung ke rumah rekan jepangnya mungkin ia akan di undang juga.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Jepang merupakan sebuah Negara yang mengalami kemajuan Ekonomi yang sangat mengagumkan di dunia. Betapa tidak, Jepang merupakan satu-satunya Negara di Asia yang masuk dalam 7 besar keanggotaan Negara-negara Ekonomi terdepan dan sekaligus Negara terbesar ke-2 nilai perdagangannya di dunia setelah Amerika.

Jepang merupakan contoh menarik perpaduan harmonis antara modern dan tradisional. ‘’Negeri Matahari Terbit’’ ini tidak hanya memancarkan sinar kemajuan industri dan teknologi, melainkan juga memiliki keunikan budaya yang tak tenggelam di tengah arus modernisasi. Nilai-nilai tradisional masyarakat Jepang tersebut senantiasa diaplikasikan diberbagai aspek kehidupan mereka, termasuk dalam berbisnis. Masyarakat Jepang biasanya bernegosiasi dengan mitranya menggunakan cara-cara khusus khas tradisional Jepang, Dalam hal ini misalnya perjamuan makan dan minum. Mitra bisnis haruslah mengerti etika-etika perjamuan yang dilakukan mitra Jepangnya yang terkadang memakan waktu dan terkesan membosankan. Namun etika-etika tersebut haruslah dipatuhi agar dicapai kesepakatan dan kerja sama bisnis yang saling menguntungkan. Mitra Jepang akan sangat menghargai dan terkesan dengan mitranya apabila mitranya mengerti dan melakukan kebiasaan-kebiasaan mereka.


(13)

Budaya Jepang dalam banyak hal bersumber pada spirit Konfusianisme dan Shintoisme sangat mewarnai kehidupan sosial dan etos bisnis. Jepang memiliki budaya konteks tinggi yang sangat berbeda, khususnya dengan budaya barat, yang lebih egaliter dan terbuka.

Oleh karena itu, pengaruh etika di dalam budaya bisnis Jepang mempunyai peran yang sangat penting. Kita dapat mengambil manfaat positif yang bisa kita pelajari sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita di bidang bisnis, terlebih pada nilai-nilai tradisional yang masih setia dipraktekkan masyarakat Jepang khususnya dalam dimensi sosial bisnis Jepang. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk membahas sistem tersebut, kemudian menuangkannya ke dalam kertas karya yang berjudul “Etika Dan Sopan Santun Dalam Kegiatan Bisnis Jepang”.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis mengangkat “Etika Dan Sopan Santun Dalam Kegiatan Bisnis Jepang” sebagai judul kertas karya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah bisnis Jepang

2. Untuk mengetahui etika dan sopan santun dalam bisnis Jepang

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis membahas mengenai pola kehidupan, kebiasaan-kebiasaan sosial yang selalu diaplikasikan masyarakat Jepang dalam


(14)

dimensi sosial dari kegiatan bisnis Jepang. Disini penulis membatasi pada etika dan sopan santun dalam bisnis Jepang.

1.4 Metode Penulisan

Dalam Kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku atau mencari di internet. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum untuk kemudian dediskripsikan ke dalam kertas karya ini.


(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG BISNIS JEPANG

2.1 Pengertian Bisnis

Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan untuk keuntungan.

Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah,dan umum.

Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis


(16)

(hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi "bisnis" yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.

2.2 Bisnis Jepang

Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang kondisi perekonomiannya menyamai perekonomian Amerika. Padahal, Jepang baru saja mengalami keterpurukan saat peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki 1945. Namun, Jepang cepat bangkit dan mengembangkan dirinya dari keadaan ekonomi yang terpuruk. Jepang sudah menjadi salah satu negara yang berpengaruh di dunia.

Awal kebangkitannya, produk Jepang dianggap paling rendah. Sekarang, produk Jepang sudah bisa disejajarkan dengan produk-produk berkualitas buatan Eropa dan Amerika. Negara yang dikenal sebagai negara matahari terbit ini juga dikenal sebagai negara pengendali industri. Kemajuan negara Jepang dapat kita lihat dari tingginya pendapatan per-kapita dan taraf hidup negara ini yang menempati posisi kedua negara di dunia setelah Swiss.

Jepang memiliki simpanan dana yang besar di luar negeri. Selain itu, Jepang juga tidak memiliki hutang luar negeri. Hal itu sangat berbeda dengan


(17)

negara Amerika yang kaya, tetapi juga memiliki hutang luar negeri yang cukup banyak. Sehingga menyebabkan terjadinya inflasi di negara Paman Sam itu. Kondisi perekonomian Jepang relatif stabil dibandingkan dangan negara-negara lainnya di dunia. Selain itu, angka pengangguran di Jepang sangat rendah. Hal itu disebabkan karena tingginya kualitas sumber daya manusia di Jepang. Bangsa Jepang sangat menghargai pendidikan dan kesehatan. Oleh sebab itu, negara Jepang dinobatkan sebagai pemenang dalam kategori pendidikan dan kesehatan.

Kejayaaan yang diperoleh Jepang berkat usaha dan kerja keras dalam memulihkan harga diri dan martabat bangsa yang telah tercemar karena kekalahan dalam Perang Dunia ke II. Mereka ingin menunjukkan kepada dunia kalau mereka mampu bangkit. Itu semua diwujudkan dengan usaha yang pantang menyerah, disiplin keras, dan semangat kerja keras yang turun temurun. Bangsa Jepang tidak menyerah pada kesusahan. Malah kesusahan itu dianggap sebagai tantangan menuju suatu kesuksesan. Mereka sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat negaranya. Sehingga walaupun mangalami kegagalan, mereka gagal dengan penuh harga diri. Mereka akan menebus kekalahan mereka tersebut dengan kemenangan di bidang lain. Mereka tidak mau terhina. Mereka berprinsip lebih baik mati daripada menjadi bangsa yang terhina dan dihina.

Hal ini dapat kita lihat dari pejuang Samurai yang rela mati bunuh diri karena kekalahannya dalam peperangan. Semangat dan disiplin para Samurai inilah yang masih dipertahankan masyarakat Jepang. Meskipun keadaan lingkungan tidak memungkinkan (SDA yang minimal, gempa dan topan) tetapi


(18)

nmereka tidak menyerah. Mereka cakap menggunakan sumber daya yang terbatas untuk menghasilkan sesuatu yang maksimal sehingga negara Jepang dapat disejajarkan dengan negara-negara maju lainnya. Tetapi, dibalik semua itu Jepang memiliki sumber daya manusia yang sangat berkualitas untuk membangun perusahaan yang bertaraf multinasional.

2.3 Konsep Dasar Kebudayaan Jepang dalam Bisnis

Sebelum melakukan perundingan bisnis dengan orang Jepang, sebaiknya kita mengetahui dan mempertimbangkan beberapa konsep dasar kebudayaan yang sangat mendasar bagi orang Jepang. Konsep-konsep ini benar-benar mempengaruhi karakter orang Jepang, dalam cara hidup mereka sehari-hari dalam hal ini dalam berbisnis.

Tanpa memahami konsep-konsep dasar yang berfungsi sebagai acuan dalam bertingkah laku, seseorang akan cenderung salah paham terhadap tanda-tanda dan akan menghadapi kesulitan untuk memutuskan tindakan atau reaksi yang tepat. Berikut adalah beberapa konsep dasar kebudayaan dalam berbisnis.

a. Honne dan Tatemae (Esensi dan Bentuk)

Hubungan antara Honne, yang umumnya diterjemahkan dengan ‘”substansi” atau “esensi”, dan Tatemae atau “bentuk”, adalah seperti hubungan antara kebenaran yang nyata dengan kebenaran umum.


(19)

Seringkali ada saatnya dua kebenaran tidak ketemu dan sering pula perbedaan diantara keduannya muncul ke permukaan sebagai dua hal yang tidak sama. Hal ini merupaka suatu metode yang biasa diterima guna mempertahankan keharmonisan suasana. Contoh, anda bekerja sebagai wartawan di suatu surat kabar, namun secara bersamaan anda juga melakukan kerjaan sampingan yang nyata-nyata tidak bisa dibenarkan. Di sisi lain teman-teman sekerja anda mengetahuinya, tetapi mereka berpura-pura tidak mengetahui. Fakta bahwa anda mengetahui bahwa mereka mengetahui pekerjaan sampingan anda itu disebut Honne- sedangkan kepura-puraan mereka bahwa mereka tidak mengetahuinya adalah Tatemae.

b. Amae (Ketergantungan yang Manis)

Amae berasal dari akar kata yang sama, yakni amai yang berarti manis. Dalam bahasa Inggris tidak ada terjemahan langsung dari kata amae. Selama ini, kata tersebut disamakan dengan kebaikan, hasil perlindungan seorang ibu pada bayinya sekaligus ketergantungan si bayi pada ibunya. Amae dan ketergantungan ini sangat dianjurkan sampai pada tingkat di mana kebanyakan orang Jepang harus mempertahankan sejumlah bentuk hubungan semacam ini.

Jepang adalah masyarakat vertikal, maka berbagai hubungan justru berlangsung antara kelompok atau individu superior dengan kelompok atau individu inferior, yang sangat berbeda dengan yang apa umumnya berlangsung di tengah-tengah masyarakat horizontal, dimana kebanyakann hubungan kental justru berlangsung antara orang-orang sederajat.


(20)

Hubungan seperti ini seringkali tersembunyi di balik tingkah laku manis yang dilakukan oleh orang-orang dewasa Jepang, meskipun kadang hal ini dinilai kekanak-kanakan bagi bangsa barat. Hal ini juga menggambarkan sikap ketidakpercayaan orang Jepang terhadap orang-orang asing, yakni orang dengan siapa mereka tidak akan pernah dapat menjalin hubungan amae. Hubungan semacam ini hampir selalu menyertai setiap orang yang bergabung di dalam salah-satu kelompok penting misalnya, keluarga, klub, perusahaan, sekolah dan lain-lain.

Tanpa dukungan hubungan yang sudah mapan ini, orang Jepang tidak dapat mempercayai orang lain untuk memahami segala kelemahannya dari ras malu atau kehilangan muka. Harus mempraktekkan pengendalian diri dan mengatasi semua rintangan untuk melindungi dirinya sendiri, karena tanpa hubungan amae, seorang dapat meramalkan bagaimana orang lain akan bertingkah laku.`

c. Oyabun-Kobun (Guru-Murid)

Hubungan Oyabun-Kobun adalah pola-pola peninggalan dari zaman feodal Jepang sekitar tahun 1185-1868. Istilah ini berasal dari kata oya yang secara harafiah berarti “orangtua” dan ko yang berarti “anak”, namun oyabun-kobun biasanya menggambarkan hubungan antara dosen dengan mahasiswa atau antara guru dan murid.

Pada zaman feodal, bos seseorang memainkan peranan sebagai Tuan Besar atau Godfather, di mana majikan dan karyawan dihubungkan dalam pola-pola


(21)

hubungan amae yang meluas bahkan hingga pada anggota keluarga kedua belah pihak. Di dalam perusahaan dewasa ini, oyabun-kobun tidak lagi mengandung arti hubungan seperti itu (sekarang pengertiannya lebih umum merujuk pada hubungan antara pengikut dan pemimpin dalam sebuah organisasi). Namun hal itu masih tetap berlangsung dalam bayangan orang Jepang tentang suasana lingkungan perusahaan yang ideal, sebagai tempat karyawan dan keluarganya diikat secara paternalistik dengan juragan yang menyediakan segala kebutuhan anak buah atas prestasi kerja mereka terhadap perusahaan.

d. Sempai-Kohai (Senior-Junior)

Sempai (senior) dan Kohai (junior) adalah istilah-istilah yang menunjukkan bentuk hubungan vertikal lainnya di dalam adat dan tradisi Jepang. Sempai adalah seseorang yang senior, biasanya karena dia masuk ke instansi tertentu sebelum Kohai (junior) melakukannya. Hubungan tersebut membawa ikatan yang kuat terhadap kewajiban seumur hidup, walaupun sebenarnya hal itu merupakan tradisi perhimpunan perguruan Judo.

Sempai sering bertindak sebagai seorang penasihat. Ini merupakan hubungan amae yaitu sempai menuruti kehendak Kohai yang masih belum berpengalaman sebagai imbalan bagi Kohai yang menutupi kelemahan-kelemahan sempai yang karena hubungan amae mereka, sempai tidak merasa keberatan mengungkapkan segala kelemahan yang dimilikinya. Seperti halnya dengan hubungan oyabun-kobun, ini merupakan bentuk hubungan di mana keberhasilan


(22)

ataupun kegagalan salah-satu pihak akan mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pihak lain.

e. Dengan dan Tanpa Kelompok

Dalam kelompok di mana seorang Jepang menjadi anggotanya, terdapat seperangkat kaidah tingkah laku yang sangat kaku yang harus dipatuhi. Lingkaran yang terdekat adalah kawan atau keluarga, sedangkan lingkaran yang paling jauh adalah lingkaran persahabatan yang bertemu secara regular ataupun dijumpai hanya untuk suatu kegiatan khusus.

Di luar lingkaran ini, ketentuan dan kaidah tingkah laku tidak digambarkan dengan jelas, dan di bawah kondisi seperti inilah etika orang Jepang nyaris tidak diterapkan. Hal ini mungkin sangat mengherankan bagi orang asing yang melihat orang Jepang yang biasanya bersifat formal dan santun, kini bertindak dalam tatacara yang sangat informal dan bersahaja. Misalnya, di tengah keramaian di mana berbeda dengan yang umumnya berlaku, orang bisa saling mendesak, mendorong dan karenanya cenderung melalaikan tata karma tradisi dan sopan santun. Ketidaksantunan ini bukan sengaja ditunjukkan kepada anda semata-mata karena anda orang asing, walaupun pada saat itu terasa demikian. Pada saat nanti kita akan melihat bahwa dorong- mendorong itu adalah hal yang lumrah dan tidak pandang bulu.

Di dalam berbagai suasana seperti ini, seseorang tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan orang lain, bahkan bisa saja tidak mempunyai kaitan apapun, seperti halnya hubungan yang terjadi secara kebetulan antara pelayan


(23)

toko dan pelanggannya dan karenanya tidak ada cara yang jelas untuk bertingkah laku.


(24)

BAB III

ETIKA DAN SOPAN SANTUN DALAM KEGIATAN BISNIS

JEPANG

3.1 Etika Makan dan Minum Dalam Kegiatan Bisnis

Hampir semua kebudayaan memberikan nilai yang sangat tinggi pada acara makan dan minum bersama dalam rangka mempererat tali persahabatan. Hal yang sama juga berlaku bagi kalangan dunia usaha, yang selalu menyusun jadwal makan dan minum bersama. Di Jepang, hal seperti ini mendapat tempat yang lebih penting lagi. Kenyataannya, sejalan dengan penekanan yang sangat tinggi terhadap kebutuhan untuk menciptakan tali persaudaraan dengan seluruh mitra bisnis, jangan heran apabila undangan makan dan minum dalam mitra bisnis bisa didapat lebih dari sekali, bahkan sebelum berlangsungnya pembicaraan awal tentang bisnis yang akan dijalani.

3.1.1 Etika Minum Dalam Kegiatan Bisnis

Minuman dan hiburan sosial (social drinking and entertaining) memainkan peranan yang sangat penting di dalam budaya bisnis Jepang, lebih luas daripada dikebanyakan negara-negara lain. Sebagai suatu negara, Jepang mengeluarkan dana yang jauh lebih besar untuk hiburan daripada untuk pertahanan atau pendidikan, walaupun kenyataannya rata-rata warga Negara Jepang telah mengenyam pendidikan formal lebih dari pada apa yang didapat oleh rekan-rekan mereka di seluruh dunia.


(25)

Minuman alkohol asli Jepang adalah sake (diucapkan sah kay, bukan sackee), yakni suatu jenis anggur yang dibuat dari beras. Beras dipanaskan dengan sangat hati-hati dalam sebuah tabung keramik hingga mencapai tingkat kepanasan 110-120 derajat Fahreheit, dan kemudian diminum dengan sebuah cangkir kecil yang disebut sakazuki atau o-choko.

Seperti halnya dengan berbagai masalah lainnya yang berlaku di Jepang, social drinking ini juga memiliki etika yang sangat ketat. Beberapa aturan yang penting antara lain adalah sebagai berikut:

1. Jangan sekali-kali menuangkan minuman anda sendiri.

2. Angkatlah cangkir anda pada waktu seseorang sedang menuangkan minuman untuk anda.

3. Jangan biarkan cangkir teman yang duduk di sebelah anda kosong. Tuangkanlah minuman tambahan pada cangkirnya, seperti yang dilakukannya terhadap anda.

Salah seorang teman anda mungkin ingin menghormati anda dengan cara memberikan cangkirnya yang kosong agar anda isi, kalau seperti itu maka isilah cangkir tersebut. Begitu juga sebaliknya, anda mungkin ingin menyodorkan cangkir anda sendiri kepada tuan rumah atau orang-orang khusus lainnya, maka mereka akan segera mengisi cangkir anda..

Sedangkan bir sering diminum pada saat yang sama dengan minum sake. Pada dasarnya, etika minum bir adalah sama dengan etika minum sake.


(26)

Jika anda tidak suka alkohol, teguklah sedikit setelah kampai, yakni salam minum penghormatan (toast), dan usahakan agar gelas anda penuh. Jaga juga agar gelas anda selalu penuh, sehingga tidak bisa diisi lagi. Alasan untuk menolak minuman antara lain adalah : “sakit liver dilarang minum alkohol oleh Dokter”. Gelas yang terbalik berarti anda sudah tidak mampu minum lagi.

Orang Jepang jarang mengundang tamunya untuk minum bersama di rumahnya, karena rumah orang Jepang umumnya sangat kecil. Akibatnya, social drinking cenderung dilakukan di bar, club, dan warung-warung minuman. Ini semua merupakan bagian dari mizu shobai atau dagang air, karena suasananya yang santai dan menyegarkan semangat.

Di berbagai club, wiski lebih banyak diperjualbelikan daripada sake, bir ataupun anggur. Kebanyakan orang Jepang minum wiski yang dicampur dengan air-mizu wari. Jika anda lebih suka minum wiski dengan es batu, mintalah on-za-raku.

Acara minum, bukanlah saat untuk mendiskusikan bisnis atau hal-hal serius lainnya. Waktu itu merupakan saat santai, bercengkrama dan menanamkan rasa persahabatan dan saling kepercayaan, yang merupakan salah satu dasar yang kokoh bagi penjalinan hubungan bisnis yang serius di masa yang akan datang.


(27)

3.1.2 Etika Makan Orang Jepang Dalam Kegiatan Bisnis

Orang jepang sangat membanggakan tata karma tradisional mereka tentang acara makan bersama. Berbagai perhatian dan kesungguh-sungguhan diberikan agar setiap butir makanan menjadi lebih lezat dan merupakan bagian dari suguhan yang menggiurkan, baik dalam penyajian maupun rasanya. Dalam setiap gerak dan langkah, terselip etika untuk “menerima jamuan besar”.

Hal pertama yang akan anda terima adalah sebuah o-shibori, sebuah handuk kecil basah, biasanya hangat atau panas, yang disajikan di atas sebuah baki berbentuk perahu, yang berfungsi sebagai kain lap untuk membersihkan kedua tangan anda, walaupun dalam hal-hal tertentu, terutama dalam acara pertemuan yang kurang formal, kaum lelaki juga menggunakan kain lap ini untuk membersihkan wajah mereka. Setelah selesai, lipatlah handuk kecil tersebut dan masukkan ke dalam tempatnya semula (Rumah makan tradisional Jepang tidak menyediakan lap tangan).

Hidangan khas yang serba ragam disuguhkan dalam berbagai jenis makanan kecil dan tersaji di dalam piring kecil yang mengkilap. Makanan – makanan kecil ini janganlah dipindahkan dari bakinya, kecuali kalau anda ingin memakannya. Sebelum mulai makan, anda dapat mengucapkan itadakimas dengan sedikit membungkuk, yang berarti “saya menerimanya dengan kerendahan hati”.

Ketika kita akan makan dengan menggunakan sumpit, maka ada baiknya berlatih terlebih dahulu. Jangan khawatir salah karena orang Jepang tidak terlalu


(28)

mengharapkan orang asing dapat melakukannya dengan sempurna. Berikut ini sejumlah hal yang perlu anda ikuti dan yang harus anda hindari agar terhindar dari kesalahan:

1. Jangan sekali-sekali meletakkan sumpit anda berdiri tegak menancap pada mangkuk nasi anda, ini merupakan tanda ajakan untuk berkelahi

2. Jangan sekali-sekali menuangkan apapun diatas nasi anda (misalnya,sambal atau kecap) kecuali untuk teh hijau pada akhir makan, itupun kalau orang lain sudah melakukannya

3. Jangan sekali-kali mengangkat sesuatu makanan yang disajikan dengan sumpit anda sendiri kecuali bila anda mengembalikannya dan menggunakan ujungnya yang lain. Ini perlu diperhatikan karena alasan kesehatan. Juga balikkanlah sumpit anda bila anda ingin menaruh sesuatu ke piring orang lain.

4. Kalau disediakan, maka gunakanlah sumpit khusus untuk menaruh makanan ke piring orang lain.

5. Jangan sekali-kali mengintip semua piring hidangan hanya sekedar untuk mengetahui isinya

6. Untuk menjalin hubungan bersekala internasional, perdamaian dunia, dan bisnis yang berhasil, anda harus memakan semua hidangan yang tersedia. Janganlah menyinggung perasaan tuan rumah anda dengan mengatakan bahwa anda tidak menyukai beberapa makanan yang mereka sajikan atau karena anda dilarang


(29)

memakannya(coba bayangkan sikap dan penilaian anda terhadap tamu anda yang menolak mencicipi makanan yang anda sajikan). Menunjukkan rasa tertarik terhadap hidangan melalui keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang jenis makana tersebut tentu saja bukanlah sesuatu yang menyinggung perasaan.

Pada saat makan, cobalah untuk saling berbagi kepada teman, tawarkan mereka beberapa bagian kecil makanan yang kita pegang. Umumnya makanan akan dibagi dengan piring kecil secara merata. Kita juga tidak boleh menyisakan makanan yang kita makan, karena itu sangat tidak sopan bagi tuan rumah atau orang yang menjamu anda. Kebanyakan orang Jepang menghabiskan makanan sampai butir nasi terakhir. Dimanapun nasi sama rasanya, jadi tidak ada alasan untuk menyisakannya. Dalam lingkungan rumah makan, pelayan atau tukang masak kadang akan menanyakan kepada kita kalau makanan di piring masih tersisa banyak, sedangkan untuk jamuan prasmanan di lingkungan hotel, bias jadi mereka akan mengenakan biaya tambahan kalau makanan yang kita ambil masih tersisa walaupun kasus ini sebenarnya sangat jarang terjadi.

Setelah selesai makan, biasanya semua orang terlebih pihak tamu akan mengucapkan gochiso samadeshita dan kadang disambung dengan kalimat oishiikatta desu, sepertinya adalah umum dilakukan walaupun bisa jadi makanannya adalah tidak enak, kurang garam, tanpa rasa karena dimasak tanpa bumbu dan cabe .


(30)

Dalam jamuan makanan bisnis, siapa yang akan membayar tidak diatur dalam peraturan perusahaan. Namun demikian, bila anda merasa bahwa andalah yang menjamu, maka anda seharusnya cepat menanyakan rekening makanan sebelum tamu anda melakukannya. Bergegaslah mengambil rekening makanan sebelum orang lain mengambilnya adalah etika yang sangat terpuji, tetapi biasanya orang jepang demikian cepat, sehingga anda sulit mendapat kesempatan untuk membayarnya.

Cara untuk mengatasinya mungkin adalah dengan mengundang tamu anda untuk bersantap bersama di restoran yang sudah sangat anda kenal, dan memesankan manager untuk segera menyerahkan rekeningnya langsung pada anda sendiri.

Apabila orang lain memang mengundang anda untuk makan malam bersama, maka sebaiknya anda membiarkan dia untuk membayarnya. Bila tidak, justru akan tersirat maksud sebaliknya, bahwa dia seolah-olah tidak mampu membayarnya.

3.2 Bertamu ke Rumah Orang Jepang dalam Kegiatan Bisnis

Orang Jepang jarang mengadakan pesta hiburan di tempat tinggalnya sendiri, karena mereka menganggap rumah mereka kurang pantas sebagai tempat untuk menjamu para tamu. Jika seorang asing ternyata menyatakan keinginan untuk berkunjung ke rumah rekan Jepangnya bagaimanapun mungkin ia akan diundang juga.


(31)

Ketika kita bertamu, jika tidak ada bel di pintu depan, janganlah mengetuk pintu, tetapi bukalah tirai pintu dan panggil, gomen kudasai. Agak disebelah dalam terdapat ruang depan berukuran kecil yang disebut genkan. Disini anda sebaiknya membuka jaket atau jas, topi dan sarung tangan. Anda juga harus membuka sepatu, namun ketika melakukan ini anda jangan sampai membelakangi tuan rumah. Kemudian segeralah masuk kedalam rumah. Jangan berdiri hanya memakai kaos kaki genkan tersebut.

Ketika bertamu biasanya orang membawa oleh-oleh. Umumnya oleh-oleh yang menarik adalah jenis-jenis makan yang lezat. Dan ini jangan diberikan secara tegesa-gesa. Jika yang membukakan pintu bagi anda hanyalah pembantu rumah tangga, buah tangan yang anda bawa dapat segera anda berikan kepadanya disertai karu nama anda. Buket bunga umumnya diberikan untuk menujukkan rasa persahabat yang mendalam.

Setelah membuka sepatu anda akan diberikan sandal gunanya adalah untuk berjalan menuruni tangga kayu. Saat anda melewati dapur para tamu seyogianya melihat lurus kedepan saja, dan saat memasuki zashiki atau ruangan apapun janganlah menyentuhkan jari anda pada kertas shoji yang tipis, karena barang-barang itu mudah rusak dan pecah. Lalu lepaskan sandal sebelum memasuki kamar, hanya kaki yang telanjang atau yang berkaus kaki yang boleh menginjak tatami.


(32)

ketika duduk sebaiknya anda berlutut ala Jepang (disini usaha untuk dapat berlutut dengan baik akan sangat dihargai). Dan jika anda ingin masuk ke toilet janganlah menggunakan sandal rumah, gunakan sandal toilet yang tersedia.

3.3 Pemberian Hadiah Dalam Kegiatan Bisnis

Di Jepang, pemberian hadiah adalah suatu kebiasaan yang melembaga. Hadiah dipandang sebagai cara yang lebih baik dari kata-kata untuk mengungkapkan hati seseorang dan pernyataan perasaan seperti rasa bahagia atau penyesalan. Tata krama pemberian hadiah memiliki nilai yang sangat penting. Hal ini dipertahankan dalam hubungan bisnis dan pergaulan sosial.

Secara tradisional hadiah tidak dibuka di depan pemberinya. Tuan rumah anda mungkin pula akan berharap bahwa anda membuka hadiah tersebut saat anda menerimanya. Hadiah disampaikan dengan segala rendah hati. Sebagai tanda perhatian hadiah biasanya diberikan dan diterima dengan kedua belah tangan.

Satu hal yang perlu diketahui tentang budaya Jepang adalah bahwa hadiah menduduki posisi yang penting. Ada banyak adat yang melibatkan pemberian dan penerimaan hadiah dan kalau orang Jepang pergi jalan-jalan, pasti mereka akan mencari suvenir sebagai hadiah untuk dibawa pulang. Di acara perkawinan maupun meninggalnya seseorang, orang juga diharapkan untuk memberi sejumlah uang tertentu sebagai hadiah untuk membantu meringankan pelaksanaan acara tersebut.


(33)

pada toko-toko swalayan yang bergengsi, dimana hadiah-hadiah tersebut dikemas secara tepat dengan kertas bermerek toko bergengsi tersebut. Tanaman hias dan tiket-tiket pertunjukan tidaklah biasa diberikan sebagai hadiah, tetapi mungkin cukup menarik bagi orang-orang yang akan menerima hadiah tersebut dari rekannya.

O-seibo ( akhir tahun ) dan O-chugen ( pertengahan musim panas ) adalah waktu yang sangat perlu bagi para pengusaha Jepang untuk saling memberikan hadiah. Ada tingkatan harga tertentu bagi hadiah yang harus disampaikan kepada pejabat-pejabat penting perusahaan. Pada saat seperi itu para karyawan junior juga akan memberikan hadiah pada atasan langsung mereka. Betapapun hadiah semacam itu tidak sama seperti yang saling dilakukan antar sesama pejabat perusahaan. Selanjutnya atasan akan membalasnya dengan memberikan hadiah, O-kaeshi.

Jika anda memberikan hadiah berupa barang buatan Jepang, berikanlah itu bersama dengan sesuatu yang dapat memberi pesan tentang sejumlah aspek penting dari hubungan anda dan si penerima hadiah.

Ketika anda berkunjung ke Jepang, anda akan menerima banyak hadih kecil. Dan ketika anda akan kembali pulang ke negeri anda, maka ucapan terima kasih yang hangat akan sangat tepat sebagai cara untuk mengingat masa-masa indah dalam hubungan anda.

Selain hadiah dalam bisnis, ada juga hadiah-hadiah yang diberikan pada waktu-waktu tertentu di dalam berbisnis, antara lain :


(34)

3.3.1 Hadiah Ucapan Selamat Dalam Kegiatan Bisnis

Ada sejumlah kesempatan dimana anda dapat mengucapkan selamat kepada seseorang, misalnya pada hari ulang tahun atau perkawinan, biasanya tuan rumah mebagikan hadiah kenangan atau tanda mata kepada para tamunya. Pada peringatan perkawinan hadiah yang diberikan mungkin adalah makanan khas, namun mungkin juga berupa sesuatu yang menyenagkan dan bermanfaat.

3.3.2 Hadiah Perjalanan Dalam Kegiatan Bisnis

Cendramata, O-miyage, dibawa atau diberikan sebagai oleh-oleh perjalanan kepada keluarga, teman atau rekan sekerja yang tidak ikut serta dalam perjalan tersebut, sekedar untuk memberikan buah tangan kepada rekan dan sahabat yang layak dihargai, mereka juga akan membalasnya dengan membawa hadiah dengan harga yang tidak begitu mahal.

3.3.3 Hadiah Tahun Baru Dalam Kegiatan Bisnis

Pada saat mengucapkan selamat tahun baru kepada sahabat dekat atau rekan bisnis maka putra-putri sahabat dekat atau rekan bisnis tersebut akan diberikan hadiah berupa O-toshi-dama. Ini berupa uang yang disampaikan dalam amplop tertutup. Kemudian sebelum tamunya berpamitan, tuan rumah secara diam-diam akan mengintip isi amplop, untuk selanjutnya membalasnya dengan memberikan uang sejumlah yang diterimanya, kepada anak-anak tamunya tersebut.


(35)

3.3.4 Hadiah Bagi orang Sakit Dalam Kegiatan Bisnis

Menjenguk rekan atau sahabat yang sedang sakit atau ditimpa kemalangan disebut O-mimai. Pada kesempatan ini kita dapat membawa sekuntum bunga, buah-buahan, sayur-sayuran atau uang. Hal tersebut bertujuan untuk meringankan beban mereka.

3.3.5 Hadiah ungkapan Turut Berduka Cita Dalam Kegiatan Bisnis

Segera setelah mendengar berita duka kita harus bergegas menghubungi kelarga yang sedang ditimpa kemalangan. Pemberian sekuntum bunga buah-buahan, sayur-sayuran atau uang adalah kebiasaan yang umum dilakukan. Keluarga yang sedang kemalangan akan membalasnya dengan memberi hadiah teh karena teh merupakan jenis hadiah satu-satunya bagi ungkapan perasaan ikut berduka cita.

Tidak mudah untuk menghilangkan kepercayaan atau mistik, jadi sebagai rekan bisnis kita harus mengetahui bahwa hadiah-hadiah barang yang jumlahnya kurang dari 10 harus disampaikan dalam angka ganjil ( 9, 7, 5 dan 3 ). Dalam berbagai kesempatan angka 4 dan 9 cenderung dihindari karena merupakan lambang “Kematian dan Penderitaan”, terutama di rumah sakit.


(36)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Etika dan sopan santun yang diterapkan di dalam bisnis, merupakan suatu tolak ukur dalam mencapai keberhasilan atau kesepakatan kerja bisnis.

2. Etika dan sopan santun dapat menciptakan sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama rekan bisnis.

3. Etika dan sopan santun dapat menanamkan rasa persahabatan dan kepercayaan, yang merupakan salah satu dasar yang kokoh bagi penjalinan hubungan bisnis yang serius di masa yang akan datang.

4.2 Saran

Sebagai negara yang sedang berkembang, sebaiknya pelaku bisnis Indonesia dapat mencontoh langkah positif dari budaya bisnis Jepang. Dengan adanya etika dan sopan santun yang diterapkan dalam kegiatan bisnis dapat membuat perubahan ke arah yang lebih maju di dalam bisnis Indonesia, sebab etika dan sopan santun ini dapat menimbulkan sikap saling menghargai, dan menanamkan rasa persahabatan dan kepercayaan terhadap rekan bisnis.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Graham, Jhon L. And Yoshiro Sano. 1984. Smart Bargaining: Doing Business with the Japanese , Cambridge, MA: Balinger Publishing.

Imai, Imasaki. 1975. Never Take Yes for an; An Inside Look At Japanese Business for Foreign Businessmen, Tokyo: Simul Press.

Smith, Robeth J. 1983. Japanese Society; Tradition; Self and the Social Order, New York: Cambridge University Press.


(1)

ketika duduk sebaiknya anda berlutut ala Jepang (disini usaha untuk dapat berlutut dengan baik akan sangat dihargai). Dan jika anda ingin masuk ke toilet janganlah menggunakan sandal rumah, gunakan sandal toilet yang tersedia.

3.3 Pemberian Hadiah Dalam Kegiatan Bisnis

Di Jepang, pemberian hadiah adalah suatu kebiasaan yang melembaga. Hadiah dipandang sebagai cara yang lebih baik dari kata-kata untuk mengungkapkan hati seseorang dan pernyataan perasaan seperti rasa bahagia atau penyesalan. Tata krama pemberian hadiah memiliki nilai yang sangat penting. Hal ini dipertahankan dalam hubungan bisnis dan pergaulan sosial.

Secara tradisional hadiah tidak dibuka di depan pemberinya. Tuan rumah anda mungkin pula akan berharap bahwa anda membuka hadiah tersebut saat anda menerimanya. Hadiah disampaikan dengan segala rendah hati. Sebagai tanda perhatian hadiah biasanya diberikan dan diterima dengan kedua belah tangan.

Satu hal yang perlu diketahui tentang budaya Jepang adalah bahwa hadiah menduduki posisi yang penting. Ada banyak adat yang melibatkan pemberian dan penerimaan hadiah dan kalau orang Jepang pergi jalan-jalan, pasti mereka akan mencari suvenir sebagai hadiah untuk dibawa pulang. Di acara perkawinan maupun meninggalnya seseorang, orang juga diharapkan untuk memberi sejumlah uang tertentu sebagai hadiah untuk membantu meringankan pelaksanaan acara tersebut.

Saat menyampaikan hadiah bisnis banyak aturan yang berkenaan dengan kerendahan hati tidak lagi digunakan sedemikian ketatnya. Hadiah bisnis dibeli


(2)

pada toko-toko swalayan yang bergengsi, dimana hadiah-hadiah tersebut dikemas secara tepat dengan kertas bermerek toko bergengsi tersebut. Tanaman hias dan tiket-tiket pertunjukan tidaklah biasa diberikan sebagai hadiah, tetapi mungkin cukup menarik bagi orang-orang yang akan menerima hadiah tersebut dari rekannya.

O-seibo ( akhir tahun ) dan O-chugen ( pertengahan musim panas ) adalah waktu yang sangat perlu bagi para pengusaha Jepang untuk saling memberikan hadiah. Ada tingkatan harga tertentu bagi hadiah yang harus disampaikan kepada pejabat-pejabat penting perusahaan. Pada saat seperi itu para karyawan junior juga akan memberikan hadiah pada atasan langsung mereka. Betapapun hadiah semacam itu tidak sama seperti yang saling dilakukan antar sesama pejabat perusahaan. Selanjutnya atasan akan membalasnya dengan memberikan hadiah,

O-kaeshi.

Jika anda memberikan hadiah berupa barang buatan Jepang, berikanlah itu bersama dengan sesuatu yang dapat memberi pesan tentang sejumlah aspek penting dari hubungan anda dan si penerima hadiah.

Ketika anda berkunjung ke Jepang, anda akan menerima banyak hadih kecil. Dan ketika anda akan kembali pulang ke negeri anda, maka ucapan terima kasih yang hangat akan sangat tepat sebagai cara untuk mengingat masa-masa indah dalam hubungan anda.

Selain hadiah dalam bisnis, ada juga hadiah-hadiah yang diberikan pada waktu-waktu tertentu di dalam berbisnis, antara lain :


(3)

3.3.1 Hadiah Ucapan Selamat Dalam Kegiatan Bisnis

Ada sejumlah kesempatan dimana anda dapat mengucapkan selamat kepada seseorang, misalnya pada hari ulang tahun atau perkawinan, biasanya tuan rumah mebagikan hadiah kenangan atau tanda mata kepada para tamunya. Pada peringatan perkawinan hadiah yang diberikan mungkin adalah makanan khas, namun mungkin juga berupa sesuatu yang menyenagkan dan bermanfaat.

3.3.2 Hadiah Perjalanan Dalam Kegiatan Bisnis

Cendramata, O-miyage, dibawa atau diberikan sebagai oleh-oleh perjalanan kepada keluarga, teman atau rekan sekerja yang tidak ikut serta dalam perjalan tersebut, sekedar untuk memberikan buah tangan kepada rekan dan sahabat yang layak dihargai, mereka juga akan membalasnya dengan membawa hadiah dengan harga yang tidak begitu mahal.

3.3.3 Hadiah Tahun Baru Dalam Kegiatan Bisnis

Pada saat mengucapkan selamat tahun baru kepada sahabat dekat atau rekan bisnis maka putra-putri sahabat dekat atau rekan bisnis tersebut akan diberikan hadiah berupa O-toshi-dama. Ini berupa uang yang disampaikan dalam amplop tertutup. Kemudian sebelum tamunya berpamitan, tuan rumah secara diam-diam akan mengintip isi amplop, untuk selanjutnya membalasnya dengan memberikan uang sejumlah yang diterimanya, kepada anak-anak tamunya tersebut.


(4)

3.3.4 Hadiah Bagi orang Sakit Dalam Kegiatan Bisnis

Menjenguk rekan atau sahabat yang sedang sakit atau ditimpa kemalangan disebut O-mimai. Pada kesempatan ini kita dapat membawa sekuntum bunga, buah-buahan, sayur-sayuran atau uang. Hal tersebut bertujuan untuk meringankan beban mereka.

3.3.5 Hadiah ungkapan Turut Berduka Cita Dalam Kegiatan Bisnis

Segera setelah mendengar berita duka kita harus bergegas menghubungi kelarga yang sedang ditimpa kemalangan. Pemberian sekuntum bunga buah-buahan, sayur-sayuran atau uang adalah kebiasaan yang umum dilakukan. Keluarga yang sedang kemalangan akan membalasnya dengan memberi hadiah teh karena teh merupakan jenis hadiah satu-satunya bagi ungkapan perasaan ikut berduka cita.

Tidak mudah untuk menghilangkan kepercayaan atau mistik, jadi sebagai rekan bisnis kita harus mengetahui bahwa hadiah-hadiah barang yang jumlahnya kurang dari 10 harus disampaikan dalam angka ganjil ( 9, 7, 5 dan 3 ). Dalam berbagai kesempatan angka 4 dan 9 cenderung dihindari karena merupakan lambang “Kematian dan Penderitaan”, terutama di rumah sakit.


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Etika dan sopan santun yang diterapkan di dalam bisnis, merupakan suatu tolak ukur dalam mencapai keberhasilan atau kesepakatan kerja bisnis.

2. Etika dan sopan santun dapat menciptakan sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama rekan bisnis.

3. Etika dan sopan santun dapat menanamkan rasa persahabatan dan kepercayaan, yang merupakan salah satu dasar yang kokoh bagi penjalinan hubungan bisnis yang serius di masa yang akan datang.

4.2 Saran

Sebagai negara yang sedang berkembang, sebaiknya pelaku bisnis Indonesia dapat mencontoh langkah positif dari budaya bisnis Jepang. Dengan adanya etika dan sopan santun yang diterapkan dalam kegiatan bisnis dapat membuat perubahan ke arah yang lebih maju di dalam bisnis Indonesia, sebab etika dan sopan santun ini dapat menimbulkan sikap saling menghargai, dan menanamkan rasa persahabatan dan kepercayaan terhadap rekan bisnis.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Graham, Jhon L. And Yoshiro Sano. 1984. Smart Bargaining: Doing Business with the Japanese , Cambridge, MA: Balinger Publishing.

Imai, Imasaki. 1975. Never Take Yes for an; An Inside Look At Japanese Business for Foreign Businessmen, Tokyo: Simul Press.

Smith, Robeth J. 1983. Japanese Society; Tradition; Self and the Social Order, New York: Cambridge University Press.