Latar belakang kemampuan membuat alat musik Batak Toba

25 ke enam bernama Rumonang Sitohang yang lahir pada tahun 1976 berdomisili di Medan dan pendidikan terkhirnya adalah tamatan SMA. Yang berikutnya adalah Hardoni Sitohang yang merupakan anak ke tujuh yang lahir pada tahun 1978 berdomisili di Medan, pendidikan terakhir Sarjana Seni dari Universitas Negeri Medan. Hardoni Sitohang juga telah banyak berkarya dengan mengkolaborasikan alat musik tradisional Batak Toba dengan alat musik Barat. Anak ke delapan bernama Naldy Sitohang yang lahir pada tahun 1980 berdomisili di Jakarta, pekerjaan pengusaha cafe, pendidikan terakhir Sarjana Hukum dari Universitas Riau. Anak ke sembilan bernama Senida Sitohang yang lahir pada tahun 1982 berdomisili di Pangururan, pekerjaan ibu rumah tangga. Kemudian anak kesepuluh bernama Martahan Sitohang yang lahir pada tahun 1984 berdomisili di Medan pekerjaan sebagai pemusik tradisional Batak Toba. Pendidikan terakhir S- 1 dari Universitas Sumatera Utara Departemen Etnomusikologi. Anak bungsu bernama Elfrida Sitohang yang lahir pada tahun 1987 berdomisili di Desa Turpuk Limbong, pekerjaan ibu rumah tangga dan telah menyelesaikan perkuliahannya di Institut Pertanian Bogor d3. Keseluruhan anak beliau mendukung penuh kegiatan orang tua mereka. Mereka sering membantu ayahnya dalam mengerjakan pembuatan alat musik tradisional Batak Toba. Sejak kecil anak-anak dari Guntur Sitohang tidak pernah dimanjakan dan dibiasakan hidup mandiri dan juga diajarkan bermain alat musik tradisional Batak Toba. Sebagai orang Kristen, Guntur Sitohang selalu membawa anak-anaknya ke gereja setiap minggunya.

2.4.3 Latar belakang kemampuan membuat alat musik Batak Toba

26 Sebagai pemusik Batak Toba yang cukup diakui, Guntur Sitohang mempunyai proses belajar yang cukup panjang. Hal ini terjadi karena disamping sebagai pemusik beliau juga dikenal sebagai pembuat alat musik. Pembelajaran tersebut mencakup proses mengenal, melatih diri hingga berkarya tidak hanya dalam bermain alat musik, namun juga membuat alat musik. Awal mula beliau mengenal alat musik Batak Toba adalah dimulai pada masa kanak-kanak. Salah seorang bapatua abang bapak dari Guntur Sitohang yaitu Mangumbang Sitohang adalah salah seorang pemain musik Opera Batak. Dari sinilah awal mula Guntur Sitohang mencuri kesempatan memainkan alat musik berdasarkan yang dilihatnya. Seiring perjalanan Guntur Sitohang dalam bermain alat musik, beliau mulai mencoba membuat alat musik. Dalam hal ini alat musik pertama yang dibuat adalah sarune etek. Hal ini dikarenakan karena pada awalnya setiap pertunjukan beliau lebih sering memainkan alat musik sarune etek ketimbang alat musik Batak Toba lainnya. Guntur Sitohang tidak memiliki guru yang mengajarnya dalam membuat alat musik melainkan belajar sendiri. Beliau mencoba membuatnya dengan cara memperhatikan alat musik yang sudah ada sebagai pedoman dalam pembuatannya. Setelah proses membuat alat musik sarune etek berhasil, kemudian beliau mencoba membuat alat musik lainnya seperti sulim, hasapi, garantung, taganing. Awalnya alat musik yang dibuatnya hanya dipakai orang dekat ataupun grup Opera Batak dimana beliau juga sebagai anggota didalamnya. Namun tanpa disadari kualitas dari alat musik yang dibuatnya tergolong baik dan tahan lama. Hingga akhirnya permintaan untuk hasil karyanya mulai 27 berdatangan dari beberapa grup musik Batak Toba di beberapa daerah di luar Samosir. Pada umumnya para pemusik tersebut mendapat informasi dari mulut ke mulut tentang kualitas yang baik dari hasil karya Guntur Sitohang. Sampai saat ini Guntur Sitohang masih aktif dalam membuat alat musik namun tidak seaktif dulu. Disamping usianya yang semakin tua, kondisi kesehatan beliau juga menjadi salah satu faktor yang menjadi penghalang dalam membuat alat musik tradisional Batak Toba.

2.4.4 Alat musik Batak Toba yang dikuasai