Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Menggunakan Jasa Bazis dalam Penyaluran Zakat di Kota Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT MENGGUNAKAN JASA BAZIS DALAM

PENYALURAN ZAKAT DI KOTA MEDAN SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Dewi Sartika

070501013

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Dewi Sartika NIM : 070501013

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Menggunakan Jasa Bazis dalam Penyaluran Zakat di Kota Medan

Tanggal :

Pembimbing

(Ilyda Sudardjat, SSi, MSi) NIP: 19730325 200801 2 007


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari :

Tanggal : Desember 2011 Nama : Dewi Sartika NIM : 070501013

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Menggunakan Jasa Bazis dalam Penyaluran Zakat di Kota Medan

Ketua Program Studi S-1 Pembimbing Skripsi Ekonomi Pembangunan

(Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D) (Ilyda Sudardjat, SSi, MSi) NIP: 19710503 200312 1 003 NIP: 19730325 2008012 007

Penguji I Penguji II

(Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D) (Kasyful Mahalli, SE, MSi) NIP: 19710503 200312 1 003 NIP: 19671111200212 1 001


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Dewi Sartika NIM : 070501013

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Menggunakan Jasa Bazis dalam Penyaluran Zakat di Kota Medan

Tanggal :

Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan

(Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D) NIP: 19710503 200312 1 003

Tanggal :

Dekan

(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec) NIP: 19550810 198303 1 004


(5)

ABSTRACT

This study aims to knowing anything what-facto factors affecting community in the decision to use BAZDA SUMUT in the distribution of zakat. The design of this study was descriptive by using primary data and secondary data, Data collection was done by using interview, questionnaire, and documentation. The respondents in this study is Muzakki who pay zakat on BAZDA SUMUT as many as 84 people.

The analysis showed that factors that affect the collection of zakat is perception / understanding of religion service. Reasons Muzakki use BAZDA SUMUT This is because a lot of goodness obtained in using This SUMUT BAZDA and easy requirements become Muzakki on This SUMUT BAZDAAnd some Muzakki expressed his satisfaction with the service and the benefits derived so Muzakki keep using this agency in the distribution of zakat. To increase public awareness in the tithe BAZDA SUMUT should continue to disseminate the kompherenship charity through social activities and religious.

Keywords: Perception / understanding of religion, Service, Muzakki, Zakat, BAZDA


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apasaja fakto-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menggunakan BAZDA SUMUT dalam penyaluran zakatnya. Adapun desain penelitian ini adalah studi deskriptif dengan menggunakan data primer dan data sekunder, pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, kuisioner, dan dokumentasi. Adapun responden dalam penelitian ini adalah muzakki yang membayar zakat pada BAZDA SUMUT sebanyak 84 orang.

Hasil analisis menunjukkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi pengumpulan zakat tersebut adalah persepsi/pemahaman agama, pelayanan. Alasan muzakki menggunakan BAZDA SUMUT ini adalah karena banyak sekali kebaikan yang diperoleh dalam menngunakan BAZDA SUMUT ini, serta mudahnya persyaratan menjadi muzakki pada BAZDA SUMUT ini. Dan sebagian muzakki menyatakan puas terhadap pelayanan dan manfaat yang diperoleh, sehingga muzakki tetap mengunakan lembaga ini, dalam penyaluran zakatnya. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat BAZDA SUMUT harus terus melakukan sosialisasi zakat secara kompherenship melalui kegiatan-kegiatan social dan keagamaan


(7)

ABSTRACT

This study aims to knowing anything what-facto factors affecting community in the decision to use BAZDA SUMUT in the distribution of zakat. The design of this study was descriptive by using primary data and secondary data, Data collection was done by using interview, questionnaire, and documentation. The respondents in this study is Muzakki who pay zakat on BAZDA SUMUT as many as 84 people.

The analysis showed that factors that affect the collection of zakat is perception / understanding of religion service. Reasons Muzakki use BAZDA SUMUT This is because a lot of goodness obtained in using This SUMUT BAZDA and easy requirements become Muzakki on This SUMUT BAZDAAnd some Muzakki expressed his satisfaction with the service and the benefits derived so Muzakki keep using this agency in the distribution of zakat. To increase public awareness in the tithe BAZDA SUMUT should continue to disseminate the kompherenship charity through social activities and religious.

Keywords: Perception / understanding of religion, Service, Muzakki, Zakat, BAZDA


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apasaja fakto-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menggunakan BAZDA SUMUT dalam penyaluran zakatnya. Adapun desain penelitian ini adalah studi deskriptif dengan menggunakan data primer dan data sekunder, pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, kuisioner, dan dokumentasi. Adapun responden dalam penelitian ini adalah muzakki yang membayar zakat pada BAZDA SUMUT sebanyak 84 orang.

Hasil analisis menunjukkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi pengumpulan zakat tersebut adalah persepsi/pemahaman agama, pelayanan. Alasan muzakki menggunakan BAZDA SUMUT ini adalah karena banyak sekali kebaikan yang diperoleh dalam menngunakan BAZDA SUMUT ini, serta mudahnya persyaratan menjadi muzakki pada BAZDA SUMUT ini. Dan sebagian muzakki menyatakan puas terhadap pelayanan dan manfaat yang diperoleh, sehingga muzakki tetap mengunakan lembaga ini, dalam penyaluran zakatnya. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat BAZDA SUMUT harus terus melakukan sosialisasi zakat secara kompherenship melalui kegiatan-kegiatan social dan keagamaan


(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan Nasional bangsa di Indonesia senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental spiritual, antara lain melalui pembangunan di bidang agama yang mencakup terciptanya suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan akhlak yang mulia, terwujudnya kerukunan hidup umat beragama yang dinamai sebagai landasan persatuan dan kesatuan bangsa, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan Nasional (Kartika,2007).

Zakat, sebagai Rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik zakat merupakan sumber dana potensial yang dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. Secara sosiologi zakat adalah refleksi dari rasa kemanusiaan, keadilan, keimanan, serta ketaqwaan yang mendalam yang harus muncul dalam

sikap orang kaya. Zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima’iyyah yang memiliki

posisi sangat penting, strategis, dan menentukan baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok zakat termasuk salah satu Rukun Islam yang ketiga, sebagaimana diungkapkan

dalam berbagai hadist nabi, sehingga keberadaannya dianggap sebagai ma’luum


(10)

bagian mutlak dari keislaman seseorang. Di dalam AL-Qur’an terdapat dua puluh tujuh ayat yang menyejajarkan kewajiban shalat dan kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata (Kartika,2007).

Zakat sangat erat kaitannya dengan masalah bidang sosial dan ekonomi dimana zakat mengikis sifat ketamakan dan keserakahan. Masalah bidang sosial dimana zakat bertindak sebagai alat yang diberikan Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan seseorang yang memiliki harta yang berlimpah akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki, sedangkan dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan kekayaan dalam tangan seseorang. Zakat sangat berpengaruh dalam mewujudkan keseimbangan ekonomi. Zakat di ambil secara vertikal jika telah mencapai nisab, yaitu sebagai ketetapan dengan batasan minimal wajibnya zakat dikeluarkan. Begitu juga dengan ukuran barang yang wajib dikeluarkan pada barang yang wajib dikeluarkan zakat. Kelebihan harta yang dimiliki dikeluarkan sesuai ketetapan yang ditentukan oleh para ahli fiqih. Sedangkan pembagian zakat dilakukan secara horizontal atau merata kepada kelompok yang berhak menerima zakat, yaitu delapan kelompok yang disebutkan diayat zakat (Asnaini, 2008).

Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan zakat dalam ayat adalah zakat maal atau kekayaan meskipun ayat itu turun di Makkah. Padahal, Zakat itu sendiri diwajibkan di Madinah pada tahun ke-2 Hijriah. Fakta ini menunjukkan bahwa kewajiban zakat pertama kali diturunkan saat Nabi SAW menetap di Makkah, sedangkan ketentuan nisabnya mulai ditetapkan setelah Beliau hijrah ke Madinah. Setelah hijrah ke Madinah, Nabi SAW menerima


(11)

wahyu berikut ini, ”Dan dirikanlah shalat yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya disisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Baqarah: 110).

Disahkannya Undang-Undang (UU) No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat di Indonesia pantas disyukuri. Undang-Undang ini banyak memberikan implikasi positif perzakatan di Indonesia. Undang-Undang pengelolaan zakat secara yuridis menetapkan adanya proses pengesahan dua lembaga pengelola zakat yakni lembaga dibentuk pemerintah disebut Badan Amil Zakat (BAZ) dan lembaga dibentuk oleh masyarakat dikukuhkan pemerintah disebut Lembaga Amil Zakat (LAZ). Dalam perkembangannya terus dirasakan banyak kelemahan. Undang-Undang zakat dipandang tidak mampu lagi memenuhi tuntutan zaman terutama dalam penggalian potensi harta zakat yang begitu besar. Banyak kalangan menginginkan seharusnya pengelolaan zakat menjadi bagian aktivitas negara otoritas kelembagaan pengelolaan zakat Negara sebagai regulator, pengawas dan operator sebagaimana halnya pajak. Banyak pula kalangan menginginkan pengelolaan zakat di urus pihak swasta lebih akuntabilitas dan dipercayai masyarakat (Zulfahmi, 2007).

Peran pemerintah (regulator, operator, pengawas) dalam mengurus zakat justru dirasakan sebagai kebutuhan hukum dalam masyarakat. Paling tidak ada berbagai pertimbangan logis dan realistis pentingnya negara mengintervensi dalam pengelolaan zakat. Zakat membawa kekuatan imperatif pemungutannya dapat dipaksakan (Qs. at-Taubah; 9 dan 103). Negara yang mempunyai otoritas


(12)

untuk melakukan pemaksaaan seperti halnya pajak, karena negara mempunyai kekuatan dengan perangkat pemerintahannya, dan didukung regulasi yang mengikat dana zakat akan mudah terkumpulkan, kemudian dapat menjadi bagian pendapatan negara seperti halnya pajak. Besarnya jumlah potensi harta zakat yang belum tergali secara maksimal mengharuskan menjadi perhatian. Berdasarkan informasi Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara menyampaikan potensi zakat Indonesia saat ini berkisar Rp. 19 trilyun per tahun. Sedangkan penerimaan zakat harta dan zakat fitrah secara nasional pada tahun 2009 baru mencapai Rp. 1,2 trilyun. Pada kenyataannya, dana zakat yang berhasil dihimpun dari masyarakat jauh dari potensi yang sebenarnya. Potensi yang besar itu akan dapat dicapai dan disalurkan kalau pelaksanaannya dilakukan oleh negara melalui departemen teknis pelaksana. Jumlah penduduk miskin/penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar Rp. 32,53 juta atau 14,15%. Berdasarkan data dari Kementerian Pemda dari keseluruhan kab/kota termasuk daerah tertinggal masih ada sekitar 183 kab/kota dalam kategori daerah tertinggal. Pengentasan kemiskinan ataupun program kesejahteraan umat tidak cukup dilakukan dengan program APBN/APBD. Potensi dana zakat yang cukup besar tersebut sebuah alternatif untuk itu dan akan turut membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional. Keadilan menjadi bagian prinsip dasar kenegaraan. Persoalan keadilan dan kesejahteraan umum adalah persoalan struktural yang tidak mungkin terjangkau secara merata tanpa

melibatkan negara (indirect giving), Pengelolaan zakat oleh negara, dapat


(13)

berkoordinasi, komunikasi dan informasi dengan unit pengumpul zakat (LAZ), sehingga pengentasan kemiskinan semakin terarah, tepat guna dan tidak overlapping dalam penyaluran dana zakat, kepastian dan mendisipilinkan muzakki membayar zakat ke lembaga semakin terjamin, sekaligus terbangun konsistensi lembaga pengelola zakat bisa terjaga terus menerus karena sudah ada sistem yang mengatur. Pengelolaan zakat yang dilakukan negara dapat bersinergi dengan semangat Otonomi Daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah. Dana zakat yang terkumpul dari daerah didistribusikan kembali kepada daerahnya masing-masing. Salah satu rancangan undang-undang yang masuk dalam Prolegnas 2010 dan kini sedang intensif dibahas adalah RUU Pengelolaan zakat, yang merupakan amendemen terhadap Undang-Undang No. 38 Tahun 1999. Dalam konteks masyarakat madani Indonesia yang demokratis, RUU Zakat akan mengukuhkan peran negara dalam memberi perlindungan bagi warga negara yang menjadi pembayar zakat (muzakki), menjaga ketertiban umum dengan mencegah penyalahgunaan dana zakat, memfasilitasi sektor amal untuk perubahan sosial, dan memberi insentif bagi perkembangan sektor amal (Juwaini, 2009).

Di bawah rezim UU No. 38/1999, dunia Zakat Nasional berjalan tanpa tata kelola yang memadai. Hal ini secara jelas rawan memunculkan penyimpangan dana zakat masyarakat oleh pengelola yang tidak amanah. Kebangkitan dunia

zakat nasional ditangan masyarakat sipil era 1990-an, yang telah

mentransformasikan zakat dari ranah amal-sosial individual ke ranah ekonomi pembangunan keumatan yang terancam. Perkembangan dunia zakat nasional juga berjalan lambat karena tidak ada upaya koordinasi dan sinergi antara organisasi


(14)

pengelola zakat yang berjalan dengan agenda masing-masing. Hasilnya, kinerja dunia zakat nasional, khususnya dalam pengentasan masyarakat dari kemiskinan, terasa jauh dari optimal. Maka, agenda terbesar dunia zakat nasional saat ini adalah mendorong tata kelola yang baik dengan mendirikan otoritas zakat yang kuat dan kredibel, yang akan memiliki kewenangan regulasi dan pengawasan ditiga aspek utama, yaitu kepatuhan syariah, transparansi dan akuntabilitas keuangan, serta efektivitas ekonomi dari pendayagunaan dana zakat. Badan Zakat Indonesia dibentuk di tingkat pusat dan dapat membuka perwakilan di tingkat provinsi jika dibutuhkan. Kinerja penghimpunan dan pendayagunaan dana zakat lebih banyak ditentukan oleh legitimasi dan reputasi lembaga pengumpul, bukan oleh sentralisasi kelembagaan oleh pemerintah. Kinerja zakat justru meningkat setelah dikelola oleh masyarakat sipil. Kegiatan operasional organisasi nirlaba yang transparan dan akuntabel lebih disukai dan menumbuhkan kepercayaan muzakki. Kepercayaan ini menjadi kata kunci. Kepercayaan masyarakat inilah yang dibangun melalui tata kelola yang baik, yaitu operator zakat (OPZ) mendapat regulasi dan pengawasan yang memadai dari otoritas zakat (BZI). Di bawah rezim UU No. 38/1999, jumlah OPZ melonjak sangat pesat. Hal ini secara jelas mengindikasikan inefisiensi dunia zakat nasional dalam kaitan dengan penghimpunan dana zakat yang relatif masih kecil. Hingga kini setidaknya terdapat BAZNAS dan 18 LAZ nasional, 33 BAZ provinsi, dan 429 BAZ kabupaten/kota, belum termasuk 4.771 BAZ kecamatan, ribuan LAZ provinsi, kabupaten, kota dan puluhan ribu amil tradisional berbasis masjid serta pesantren, pengelolaan zakat nasional menjadi tidak efisien. Terdapat beberapa keuntungan


(15)

bagi pemerintah bila melakukan pola pendayagunaan dana pengentasan masyarakat miskin melalui kemitraan dengan OPZ. Yakni, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas program pengentasan masyarakat miskin, menurunkan tingkat penyalahgunaan dana pengentasan masyarakat miskin dan meningkatkan efektivitasnya (Choir, 2010).

Dalam perspektif Nasional, Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat diharapkan tidak hanya terpaku pada memikirkan kebutuhan sendiri, melainkan juga mau terlibat dan melibatkan diri untuk memberi kepedulian terhadap warga masyarakat guna mengatasi kemiskinan dan kemelaratan. Dengan demikian, kehadiran Badan Amil Zakat disamping bersifat keagamaan, juga ditempatkan dalam konteks cita-cita bangsa, yaitu membangun masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. Oleh karena itu peningkatan daya guna Badan Amil Zakat, khususnya dalam melakukan pembangunan ekonomi masyarakat mesti dilakukan. Sementara itu, terjadi perkembangan yang menarik di Indonesia bahwa pengelolaan zakat, kini memasuki era baru. Yang menyiratkan tentang perlunya BAZ dan LAZ meningkatkan kinerja sehingga menjadi amil zakat yang profesional, amanah, terpercaya dan memiliki program kerja yang jelas dan terencana, sehingga mampu mengelola zakat, baik pengambilannya maupun pendistribusiannya dengan terarah yang kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan para mustahik.

Dimana penulis sangat tertarik ingin meneliti lebih jauh tentang masyarakat yang menyalurkan zakatnya, khusus nya yang menggunakan lembaga Badan Amil Zakat. Oleh karena itu peneliti mengambil penelitian yang berjudul:


(16)

“Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Menggunakan Jasa Bazis Dalam Penyaluran Zakatnya Di Kota Medan “.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk

menggunakan jasa Badan amil zakat daerah Sumatera Utara?

2. Faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap keputusan masyarakat

untuk menggunakan jasa Badan amil zakat daerah Sumatera Utara? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

masyarakat untuk menggunakan jasa Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui seberapa besar minat masyarakat untuk menggunakan


(17)

Manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiswa departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi masyarakat maupun lembaga pengelola zakat.

3. Menambah sumbangan pengetahuan ilmu zakat khususnya.

4. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan jejang sarjana.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Zakat

Zakat merupakan kewajiban utama bagi umat islam yang telah ditetapkan dalam Alqur’an, Sunah nabi, dan ijma’ para ulama. Dimana zakat adalah salah satu rukun Islam yang selalu di sebut kan sejajar dengan shalat. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah di atur secara rinci dan paten

berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial

kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia

Ditinjau dari segi bahasa zakat merupakan bentuk kata dasar dari zakka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Menurut pengertian fiqih zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Namun menurut pemikir Islam kontemporer zakat didefinisikan sebagai harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat wewenang kepada masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat dan final tanpa mendapat imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kemampuan pemilik harta, yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan delapan golongan yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an, serta untuk memenuhi tuntunan politik bagi keuangan Islam (Daud, 1998).


(19)

Beberapa arti ini memang sesuai dengan arti zakat yang sebenarnya. Dikatakan berkah, karena zakat akan membuat keberkahan pada harta seseorang yang telah berzakat. Dikatakan suci, karena zakat dapat menyucikan pemilik harta dari sifat tama’, syirik, kikir dan akhil. Dikatakan tumbuh, karena zakat akan

melipat gandakan pahala bagi muzakki dan membantu kesulitan bagi mustahiq.

Seterusnya, apabila dikaji, arti bahasa ini sesuai dengan apa yang menjadi tujuan disyari’atkannya zakat.

Mahzab Maliki mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebahagian dari harta yang khusus yang telah mencapai nisab (batas kuantitas minimal yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya (Wahbah, 2000).

Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebahagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syriat karena Allah. Menurut mazhab Syafa’i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Sedangkan menurut mazhab Hambali, zakat itu hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok yang disyariatkan dalam Al-Quran (Zuhayliy, 2000).

Menurut Nawawi, jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu “menambah banyak, membuat lebih berarti dan melindungi kekayaan dari kebinasaan”. Sedangkan menurut Ibnu Tsymiysh, jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya menjadi lebih bersih pula dan bertambah maknanya (Azhari, 2000).


(20)

Hal ini berarti bahwa makna tumbuh dan berkembang itu hanya diperuntukkan buat harta kekayaan tetapi lebih jauh dari itu. Dengan mengeluarkan zakat itu menjadi bersih.

Adapun landasan hukum zakat baik menurut ajaran Islam maupun kekuatan hukum negara adalah:

a. Al-Qur’an

1. Q.S Al- Baqarah : 43

Artinya: Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”.

2. Q.S At-Taubah : 103

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu dapat memberikan ketenangan bagi mereka. Dan Allah lagi Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

3. Q.S Al-An’am : 141

Artinya: “Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang

tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.


(21)

b. As-Sunah

Hadis diriwayatkan oleh At-Tabrani dari Ali r.a sesungguhnya Allah

mewajibkan zakat atas orang-orang kaya dari umat Islam pada harta mereka dengan batas sesuai kecukupan diantara mereka. Orang-orang fakir tidak akan kekurangan pada saat mereka lapar atau tidak berbaju kecuali karena ulah orang-orang kaya diantara mereka. Ingatlah bahwa Allah akan menghisab mereka dengan keras dan menazab mereka dengan pedih. Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar: Artinya: "Islam dibangun atas lima rukun: Syahadat tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad saw utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa Ramadhan".

c. Ijma’

Ulama baik salaf klasik maupun salaf kontemporer telah sepakat akan kewajiban zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam.

d. Landasan Menurut Undang-Undang

1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas

UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

3. Keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan

UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

4. Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tentang


(22)

Para pemikir kontemporer mendefinisikan zakat sebagai harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwewenang kepada masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat dan final, tanpa mendapat imbalan tertentu yang telah yang dilakukan oleh pemerinah sesuai dengan kemampuan pemilik harta, yang dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan delapan golongan yang telah ditentukan di dalam Al-Quran. Serta untuk memenuhi tuntunan politik bagi keuangan Islam (Inayah, 2003).

2.1.1 Syarat Zakat

Zakat mempunyai beberapa syarat wajib dan syarat sah. Menurut kesepakatan ulama, syarat wajib zakat adalah

1. Merdeka

Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak wajib atas hamba sahaya karna hamba sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannyalah yang memiliki apa yang ada ditangan hambanya. Begitu juga mukatib (hamba sahaya yang dijanjikan akan dibebaskan oleh tuannya dengan cara menebus dirinya) atau yang sama dengan nya tidak wajib mengeluarkan zakat, karna kendatipun dia memiliki harta, harta nya tidak diliki secara penuh.

2. Islam

Menurut ijma’. Zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukan orang yang suci. Mazhab Syafi’i , berbeda dengan mazhab-mazhab lainnya, yang mewajibkan orang murtad yang mengeluarkan zakat hartanya sebelum riddahnya terjadi, yakni harta yang dimilikinya ketika dia masih menjadi seorang muslim.


(23)

3. Baligh dan Berakal

Keduanya di pandang sebagai syarat oleh mahzab Hanafi. Dengan demikian, Zakat tidak wajib di ambil dari harta anak kecil dan orang gila sebab kedua nya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah seperti shalat dan puasa. Sedangkan menurut Jumhur, kedua nya bukan merupakan syarat. Oleh karena itu zakat wajib di keluarkan oleh anak kecil dan orang gila. Zakat tersebut dikeluarkan oleh walinya. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati. Harta yang mempunyai kriteria ini ada lima jenis, yaitu: a) uang, emas, perak, baik berbentuk uang kertas maupun uang logam. b) barang tambang dan barang-barang temuan, c) barang dagangan. d) hasil tanaman dan buah-buahan. Menurut Jumhur, binatang ternak yang merumput sendiri, atau menurut mazhab Maliki, binatang yang diberi makan oleh pemiliknya.

Harta yang dizakati disyaratkan produktif, yakni berkembang karna salah satu makna zakat adalah berkembang dan produktifitas tidak di hasilkan kecuali dari barang-barang produktif.

4. Harta yang dizakati telah mencapai nisab atau senilai dengannya

Maksudnya ialah nisab yang di tentukan oleh syara’ sebagai tanda kayanya

seseorang dan kadar-kadar berikut yang mewajibkannya zakat. 5. Harta yang dizakati adalah milik penuh

Para fuqaha berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan harta milik. Yang dimaksud dengannya adalah harta milik yang sudah berada ditangan sendiri, ataukah harta milik yang hak pengeluarannya berada ditangan seseorang atau harga yang dimiliki secara asli. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang


(24)

dimaksud dengannya ialah harta yang dimiliki secara utuh dan berada ditangan sendiri yang benar-benar dimilikinya

6. Kepemilikan harta telah mencapai setahun, menurut hitungan tahun kamariah Pendapat ini berdasarkan hadits : “tidak ada zakat dalam suatu harta sampai umur kepemilikannya sampai setahun”

7. Harta tersebut merupakan bukan harta hasil hutang

Adapun hutang yang tidak berkaitan dengan hak para hamba, seperti hutang

nazar, kafarat, dan haji, tidak mencegah kewajiban zakat. Begitu juga hutang tidak mencegah kewajiban sepersepuluh (untuk tanaman dan buah-buahan) kewajiban, pajak dan kafarat.

8. Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok (Kartika, 2007). 2.2. Macam-Macam Zakat

Zakat terbagi atas dua tipe yakni: 2.2.1

Zakat Fitrah ialah zakat yang dikeluarkan oleh orang-orang muslim sebagai pembersih dirinya dan menjadi tanggungannya, disamping untuk menghilangkan cela yang terjadi selama puasa pada bulan Ramadhan (Ahmad, 1996).

2.2.1.2 Hikmah Zakat

Kesenjangan penghasilan rezeki dan mata pencarian di kalangan manusia merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, hal ini dalam penyelesaian nya, memerlukan campur tangan Allah SWT. Adapun hikmah zakat itu adalah sebagai berikut :


(25)

Pertama, zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan para pendosa dan pencuri.

Kedua, zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang-orang yang sangat memerlukan bantuan. Zakat bisa mendorong mereka untuk bekerja dengan semangat ketika mereka mampu melakukan nya dan bisa mendorong mereka untuk meraih kehidupan yang layak.

Ketiga, zakat menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil, ia juga melatih seorang mukmin untuk bersifat pemberi dan dermawan. Mereka dilatih untuk tidak menahan diri dari mengeluarkan zakat melainkan dilatih untuk menunaikan kewajiban sosial, yakni kewajiban untuk mengangkat kemakmuran negara dengan cara memberikan sedikat harta kepada fakir miskin.

Keempat, zakat diwajibkan sebagai ungkapan syukur atas nikmat harta yang telah dititipkan pada seseorang. Dengan demikian harta itu dinamakan dengan Zakat Maal.

2.2.1.3 Hukum Zakat Fitrah

Zakat Fitrah adalah shodaqoh yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim pada hari berbuka (tidak berpuasa lagi) dari bulan Ramadhan. Bukti dalil dari wajibnya Zakat Fitrah adalah hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan Zakat Fitrah dengan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan shalat ‘ied.


(26)

2.2.1.4 Yang Berkewajiban Membayar Zakat Fitrah

Zakat Fitrah ini wajib ditunaikan oleh: (1) setiap muslim karena untuk menutupi kekurangan puasa yang diisi dengan perkara sia-sia dan kata-kata kotor, (2) yang mampu mengeluarkan Zakat Fitrah. Menurut mayoritas ulama, batasan mampu di sini adalah mempunyai kelebihan makanan bagi dirinya dan yang diberi nafkah pada malam dan siang hari ‘ied. Jadi apabila keadaan seseorang seperti ini berarti dia dikatakan mampu dan wajib mengeluarkan Zakat Fitrah. Kepala keluarga wajib membayar Zakat Fitrah orang yang ia tanggung nafkahnya. Menurut Imam Malik, ulama Syafi’iyah dan mayoritas ulama, suami bertanggung jawab terhadap Zakat Fitrah si istri karena istri menjadi tanggungan nafkah suami. 2.2.1.5 Ukuran Zakat Fitrah

Para ulama sepakat bahwa kadar wajib Zakat Fitrah adalah satu sho’ dari semua bentuk Zakat Fitrah kecuali untuk qomh (gandum) dan zabib (kismis)

sebagian ulama membolehkan dengan setengah sho’. Dalil yang menunjukkan

ukuran 1 sho’ adalah hadits Ibnu ‘Umar yang telah disebutkan bahwa Zakat Fitrah itu seukuran satu sho’ kurma atau gandum. Satu sho’ adalah ukuran takaran yang ada di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para ulama berselisih pendapat bagaimanakah ukuran takaran ini. Lalu mereka berselisih pendapat lagi

bagaimanakah ukuran timbangannya. Satu sho’ dari semua jenis ini adalah

seukuran empat cakupan penuh telapak tangan yang sedang. Ukuran satu sho’ jika diperkirakan dengan ukuran timbangan adalah sekitar 3 kg. Ulama lainnya

mengatakan bahwa satu sho’ kira-kira 2,157 kg. Artinya jika Zakat Fitrah


(27)

2.2.1.6 Penerima Zakat Fitrah

Penerima zakat secara umum ditetapkan dalam 8 golongan/asnaf, yaitu: (a) Fakir; (b) Miskin; (c) Amil; (d) Muallaf; (e) Hamba sahaya; (f) Gharimin; (g) Fisabilillah; (h) Ibnu sabil.

Namun menurut beberapa ulama khusus untuk Zakat Fitrah mesti didahulukan kepada dua golongan pertama yakni disandarkan dengan alasan bahwa jumlah/nilai Zakat yang sangat kecil sementara salah satu tujuannya dikelurakannya Zakat Fitrah adalah agar para fakir dan miskin dapat ikut merayakan hari raya.

2.2.1.7 Sumber Hadits berkenaan dengan Zakat Fitrah

a. Diriwayatkan dari Ibnu Umar. ia berkata: Rasulullah telah mewajibkan

Zakat Fitrah dari bulan Ramadan satu sho' dari kurma, atau satu sho' dari sya'iir. Atas seorang hamba, seorang merdeka, laki-laki, wanita, anak kecil dan orang dewasa dari kaum muslilmin (H.R : Al-Bukhary dan Muslim). b. Diriwayatkan dari Umar bin Nafi' dari ayahnya dari Ibnu Umar ia berkata:

Rasulullah telah mewajibkan Zakat Fitrah satu sho' dari kurma atau satu sho' dari sya'iir atas seorang hamba, merdeka, laki-laki, wanita, anak kecil dan orang dewasa dari kaum muslimin dan beliau memerintahkan agar di tunaikan/dikeluarkan sebelum manusia keluar untuk shalat 'ied (H. R : Al-Bukhary, Abu Daud dan Nasa'i).

c. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah saw telah

memfardhukan Zakat Fitrah untuk membersihkan orang yang shaum dari


(28)

miskin. Barang siapa yang mengeluarkannya sebelum shalat, maka ia berarti Zakat yang di terima dan barang siapa yang mengeluarkannya sesudah shalat 'ied, maka itu berarti shadaqah seperti shadaqah biasa (bukan Zakat Fitrah) (H.R : Abu Daud, Ibnu Majah dan Daaruquthni).

d. Diriwayatkan dari Hisyam bin urwah dari ayahnya dari Abu Hurairah ra.

dari Nabi saw, bersabda: Tangan di atas (memberi dan menolong) lebih baik daripada tangan di bawah (meminta-minta), mulailah orang yang menjadi tanggunganmu (keluarga dll) dan sebaik-baik shadaqah adalah yang di keluarkan dari kelebihan kekayaan (yang di perlukan oleh keluarga) (H.R : Al-Bukhary dan Ahmad).

e. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw.

Memerintahkan untuk mengeluarkan Zakat Fitrah untuk anak kecil, orang dewasa, orang merdeka dan hamba sahaya dari orang yang kamu sediakan makanan mereka (tanggunganmu) (H.R : Daaruquthni, hadits hasan).

f. Artinya: Diriwayatkan dari Nafi't. berkata: Adalah Ibnu Umar

menyerahkan (Zakat Fitrah) kepada mereka yang menerimanya (panitia penerima Zakat Fitrah/Amil) dan mereka (para sahabat) menyerahkan Zakat Fitrah sehari atau dua hari sebelum 'iedil fitri. (H.R.Al-Bukhary).

g. Diriwayatkan dari Nafi': Bahwa sesungguhnya Abdullah bin Umar

menyuruh orang mengeluarkan Zakat fitrah kepada petugas yang kepadanya Zakat Fitrah dikumpulkan (amil) dua hari atau tiga hari sebelum hari raya Idul Fitri (H.R: Malik).


(29)

2.2.1.8 Hikmah disyari'atkannya Zakat Fitrah

Di antara hikmah disyari'atkannya Zakat Fitrah adalah:

a. Zakat Fitrah merupakan zakat diri, dimana Allah memberikan umur

panjang baginya sehingga ia bertahan dengan nikmat-Nya.

b. Zakat Fitrah juga merupakan bentuk pertolongan kepada umat Islam, baik

kaya maupun miskin sehingga mereka dapat berkonsentrasi penuh untuk beribadah kepada Allah Ta'ala dan bersukacita dengan segala anugerah nikmat-Nya.

c. Hikmahnya yang paling agung adalah tanda syukur orang yang berpuasa

kepada Allah atas nikmat ibadah puasa.

d. Di antara hikmahnya adalah sebagaimana yang terkandung dalam hadits

Ibnu Abbas radhiAllahu 'anhuma di atas, yaitu puasa merupakan pembersih bagi yang melakukannya dari kesia-siaan dan perkataan buruk, demikian pula sebagai salah satu sarana pemberian makan kepada fakir miskin (Kartika, 2007).

2.2.2

Pengertian Maal (harta) Menurut bahasa adalah segala sesuatu yang

diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dapat digunakan atau dimanfaatkan menurut ghalibnya (lazim).

Zakat Maal adalahmaal) yang dimiliki

oleh individu atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang


(30)

harfiah berarti 'harta'. Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi) dan Zakat saham atau obligasi. Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri (Kartika, 2007).

2.2.2.1 Harta (maal) yang Wajib Di Zakati A. Zakat Hasil Ternak

Zakat Hasil Ternak (salah satu jenis Zakat Maal) meliputi hasil dari peternakan hewan baik besar (sapi, unta) sedang (kambing, domba) dan kecil (unggas, dll). Perhitungan zakat untuk masing-masing tipe hewan ternak, baik nisab maupun kadarnya berbeda-beda dan sifatnya bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu tahun untuk tiap hewan (Ridwan, 1988).

1. Kambing dan Domba

Kambing baru wajib dizakatkan apabila pemilik memiliki sedikitnya 40 ekor kambing.

Di bawah jumlah ini tidak wajib dizakatkan.

Jumlah Kambing: Besar Zakat

40-120 1 ekor kambing (2th) atau domba (1th)

121-200 2 ekor kambing/domba

201-399 3 ekor kambing/domba

400-499 4 ekor kambing/domba

500-599 5 ekor kambing/domba

Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka Zakatnya bertambah 1 ekor.


(31)

2. Sapi & Kerbau

Sapi dan kerbau baru wajib dizakatkan apabila pemilik memiliki sedikitnya 30 ekor sapi. Di bawah jumlah ini tidak wajib dizakatkan

Jumlah Sapi: Besar Zakat:

30-39 1 ekor sapi jantan/betina tabi'

40-59 1 ekor sapi jantan/betina musinnah'

60-69 2 ekor sapi jantan/betina tabi'

70-79 1 ekor sapi musinnah dan 1 ekor tabi'

80-89 2 ekor sapi musinnah

90-99 3 ekor tabi' (sapi berumur satu tahun atau memasuki tahun

kedua)

100-109 2 ekor tabi' dan 1 ekor musinnah (sapi berumur satu tahun

atau memasuki tahun ketiga)

110-119 2 ekor musinnah dan 1 ekor tabi'

120-129 3 ekor musinnah atau 4 ekor tabi'

130-160 s/d >> setiap 30 ekor, 1 tabi' dan setiap 40 ekor, 1 musinnah

Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi'. Dan jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor musinnah.

keterangan :

a. Tabi' : sapi berumur 1 tahun (masuk tahun ke-2) b. Musinnah : sapi berumur 2 tahun (masuk tahun ke-3)


(32)

3. Unta

Nisab unta adalah 5 ekor, di bawah jumlah itu peternak tidak wajib mengeluarkan zakat atas ternak tersebut.

Jumlah Unta: Besar Zakat:

5-9 1 ekor kambing

10-14 2 ekor kambing

15-19 3 ekor kambing

20-24 4 ekor kambing

25-35 1 ekor bintu makhad betina (unta genap 1 tahun sampai 2

tahun)

36-45 1 ekor bintu labun (genap 2 tahun masuk 3 tahun)

46-60 1 ekor hiqqoh (genap 3 tahun masuk 4 tahun)

61-75 1 ekor jadz'ah (genap 4 tahun masuk 5 tahun)

76-90 2 ekor bintu labun

91-120 2 ekor hiqqoh

121-129 3 ekor bint labun

130-139 1 ekor hiqqah dan 1 ekor bint labun

140-149 2 ekor hiqqah dan 1 ekor bint labun

150-159 3 ekor hiqqah

160-169 4 ekor bint labun

170-179 3 ekor bint labun dan 2 ekor hiqqah

180-189 2 ekor bint labun dan 2 ekor hiqqah

190-199 4 ekor hiqqah

200-209 4 ekor bint labun dan 1 ekor hiqqah

210-219 3 ekor bint labun dan 2 ekor hiqqah


(33)

230-239 1 ekor bint labun dan 4 ekor hiqqah 240-249 Dan seterusnya mengikuti kelipatan di atas.

4. Ayam/Unggas/Ikan

Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak diterapkan berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana halnya unta, sapi, dan kambing. Tapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 Dinar (1 Dinar = 4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas. Artinya bila seorang beternak unggas atau perikanan, dan pada akhir tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan yang berupa modal kerja dan keuntungan lebih besar atau setara dengan 85 gram emas murni, maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%. Contoh : harga emas 1 gram = 100.000 nisab = 85 gram X 100.000 = 8.500.000

Seorang peternak ayam broiler memelihara 1000 ekor ayam perminggu, pada akhir tahun (tutup buku) terdapat laporan keuangan sebagai berikut:

- Ayam broiler 5600 ekor seharga Rp. 15.000.000

- Uang Kas/Bank setelah pajak Rp. 10.000.000

- Stok pakan dan obat-obatan Rp. 2.000.000

- Piutang (dapat tertagih) Rp. 4.000.000 +

Jumlah Rp. 31.000.000

- Utang yang jatuh tempo Rp. 5.000.000 _


(34)

Karena saldo lebih besar dari nisab (26.000.000 > 8.500.000) maka peternak tersebut wajib membayar Zakat Besar Zakat = 2,5% x Rp. 26.000.000,- = Rp. 650.000.

B. Zakat Hasil Pertanian

Padi salah satu hasil pertanian yang dizakatkan Zakat Hasil pertanian merupakan salah satu jenis Zakat Maal, obyeknya meliputi hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan (Didin, 2002).

1. Nisab

Nisab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 750 kg. Apabila hasil pertanian termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma, dll, maka nisabnya adalah 750 kg dari hasil pertanian tersebut. (pendapat lain menyatakan 815 kg untuk beras dan 1481 kg untuk yang masih dalam bentuk gabah). Tetapi jika hasil pertanian itu bukan merupakan makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dll, maka nisabnya disetarakan dengan harga nisab dari makanan pokok yang paling umum di daerah (negeri) tersebut (di negeri kita = beras/sagu/jagung).

2. Kadar

Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata/air, maka 10%, apabila diairi dengan cara disiram / irigasi (ada biaya tambahan) maka zakatnya 5%. Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami zakatnya 5%. Artinya 5% yang lainnya didistribusikan


(35)

untuk biaya pengairan. Imam Az Zarqoni berpendapat bahwa apabila pengolahan lahan pertanian diairi dengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi) dengan perbandingan 50;50, maka kadar zakatnya 7,5% (3/4 dari 1/10). Pada sistem pertanian saat ini, biaya tidak sekedar air, akan tetapi ada biaya lain seperti pupuk, insektisida, dll. Maka untuk mempermudah perhitungan zakatnya, biaya pupuk, intektisida dan sebagainya diambil dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila lebih dari nishab) dikeluarkan zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairannya)

C. Zakat Emas dan Perak

Seorang muslim yang mempunyai emas dan perak wajib mengeluarkan zakat bila telah mencapai nisab dan haul.

1. Emas

Adapun nisab emas sebesar 20 Dinar (85 gram), dengan haul selama satu tahun dan kadar 2,5%. Artinya bila seorang muslim memiliki emas sebesar setidaknya 20 Dinar (85 gram) selama satu tahun ia wajib membayar zakat sebesar 2,5% dari jumlah emasnya tersebut minimal 1/2 Dinar.

2. Emas yang tidak terpakai

Yang termasuk dalam kategori ini adalah emas yang tidak digunakan sehari-hari baik sebagai perhiasan atau keperluan lain (disimpan).

Contoh perhitungan zakatnya sebagai berikut: Fulan memiliki 100 gram emas tak terpakai, setelah genap satu tahun maka ia wajib membayar zakat setara dengan 100 X 2,5% = 2,5 gram emas. Jika harga emas saat itu adalah Rp. 100.000 maka ia dapat membayar dengan uang sebanyak 2,5 X 100.000 = Rp. 250.000.


(36)

3. Sebagian emas terpakai

Emas yang dipakai adalah dimaksudkan dalam kondisi wajar dan jumlah tidak berlebihan. Atas bagian yang terpakai tersebut, tidak diwajibkan membayar zakat. Contoh perhitungan zakatnya sebagai berikut: Seorang wanita mempunyai emas 120 gr, dipakai dalam aktivitas sehari-hari sebanyak 15 gr. Maka zakat emas yang wajib dikeluarkan oleh wanita tersebut adalah 120 gr - 15 gr = 105 gr. Bila harga emas Rp. 70.000,- maka zakat yang harus dikeluarkan sebesar : 105 x 70.000 x 2,5% = 183.750.

4. Perak

Nisab perak adalah 200 Dirham (595 gram), haul selama satu tahun dan kadar 2,5% atau sekurang kurangnya 5 Dirham. Adapun tatacara perhitungannya sama dengan zakat emas (Ridwan, 1988).

D. Zakat Harta Perniagaan

Zakat Perdagangan atau Zakat Perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan harta yang diperuntukkan untuk jual-beli. Zakat ini dikenakan kepada perniagaan yang diusahakan baik secara perorangan maupun perserikatan (CV, PT, Koperasi dan sebagainya). Hadits yang mendasari kewajiban menunaikan Zakat ini adalah : "Rasulullah SAW memerintahkan kami agar mengeluarkan Zakat dari semua yang kami persiapkan untuk berdagang." (HR. Abu Dawud).


(37)

1. Ketentuan zakat perdagangan

Berikut adalah ketentuan terkait tipe zakat ini :

a. Berjalan 1 tahun (haul), Pendapat Abu Hanifah lebih kuat dan realistis yaitu dengan menggabungkan semua harta perdagangan pada awal dan akhir dalam satu tahun kemudian dikeluarkan zakatnya.

b. Nisab zakat perdagangan sama dengan nisab emas yaitu senilai 85 gr emas.

c. Kadarnya zakat sebesar 2,5%.

d. Dapat dibayar dengan uang atau barang.

e. Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan.

f. Pada badan usaha yang berbentuk serikat (kerjasama), maka jika semua

anggota serikat tersebut beragama Islam, zakat dikeluarkan lebih dulu sebelum dibagikan kepada pihak-pihak yang berserikat. Tetapi jika anggota serikat terdapat orang yang non muslim, maka zakat hanya dikeluarkan dari anggota serikat muslim saja (apabila jumlahnya lebih dari nisab).

2. Perhitungan Zakat

Perhitungan besaran zakat perniagaan dalam rumus sederhana adalah sebagai berikut:

Besar Zakat = [(Modal diputar + Keuntungan + piutang yang dapat dicairkan) - (hutang + kerugian)] x 2,5%

Harta perniagaan, baik yang bergerak di bidang perdagangan, industri, agroindustri, ataupun jasa, dikelola secara individu maupun badan usaha (seperti PT, CV, Yayasan, Koperasi, Dll) nisabnya adalah 20 dinar (setara dengan 85 gram emas murni). Artinya jika suatu badan usaha pada akhir tahun (tutup buku)


(38)

memiliki kekayaan (modal kerja dan untung) lebih besar atau setara dengan 85 gram emas (asumsi jika per-gram Rp. 75.000,- = Rp. 6.375.000,-), maka ia wajib mengeluarkan Zakat sebesar 2,5% Contoh : Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per Januari tahun 1995 dengan keadaan sebagai berikut :

- Sofa atau Mebel belum terjual 5 set Rp. 10.000.000

- Uang tunai Rp. 15.000.000

- Piutang Rp. 2.000.000 +

- Jumlah Rp. 27.000.000

- Utang & Pajak Rp. 7.000.000 _

- Saldo Rp. 20.000.000

- Besar Zakat = 2,5% x Rp. 20.000.000,- = Rp. 500.000,-

Pada harta perniagaan, modal investasi yang berupa tanah dan bangunan atau lemari, etalase pada toko, dll, tidak termasuk harta yang wajib dizakati sebab termasuk kedalam kategori barang tetap (tidak berkembang).

3. Perhitungan untuk perusahaan jasa

Untuk usaha yang bergerak dibidang jasa, seperti perhotelan, penyewaan apartemen, taksi, penyewaan mobil, bus/truk, kapal laut, pesawat udara, dll, terdapat dua cara perhitungan zakat:

a. Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), seluruh harta kekayaan

perusahaan dihitung, termasuk barang (harta) penghasil jasa, seperti taksi, kapal, hotel, dll, kemudian keluarkan zakatnya 2,5%.

b. Pada Perhitungan akhir tahun (tutup buku), hanya dihitung dari hasil bersih yang diperoleh usaha tersebut selama satu tahun, kemudian zakatnya


(39)

dikeluarkan 10%. Hal ini diqiyaskan dengan perhitungan zakat hasil pertanian, dimana perhitungan zakatnya hanya didasarkan pada hasil pertaniannya, tidak dihitung harga tanahnya.

E. Zakat Hasil Tambang

Zakat pertambangan adalah segala yang dikeluarkan dari hasil bumi yang dijadikan Allah di dalamnya dan berharga, seperti timah, besi dan sebagainya (Teungku, 2006).

Harta makdin (pertambangan) yang berupa besi, baja, tembaga, kuningan,

timah, minyak, batubara, dan lain-lain di Indonesia dikuasai oleh negara. Adapun yang berupa batu-batuan, emas dan perak, oleh pemerintah masyarakat masih

diperbolehkan menambangnya. Makdin inilah yang dikenakan zakat, ialah dua

setengah persen. Adapun nishabnya seharga nisab emas ialah 20 dinar atau 94 gram (Syukri, 2001). Zakat makdin tidak mempergunakan syarat haul. Artinya, zakatnya wajib dikeluarkan pada saat didapatkan, seperti zakat hasil pertanian (Syaikh, 2005).

F. Zakat Barang Temuan

Zakat Barang Temuan (Rikaz) wajib dikeluarkan untuk barang yang

ditemukan terpendam di dalam tanah, atau yang biasa disebut dengan harta karun. Zakat barang temuan tidak mensyaratkan baik haul (lama penyimpanan) maupun nisab (jumlah minimal untuk terkena kewajiban zakat), sementara kadar zakatnya adalah sebesar seperlima atau 20% dari jumlah harta yang ditemukan. Jadi setiap mendapatkan harta temuan berapapun besarnya, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar seperlima dari besar total harta tersebut. Hadits yang mendasari kewajiban


(40)

mengeluarkan zakat ini adalah Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: " ...dan pada rikaz (diwajibkan zakatnya) satu perlima ".

G. Zakat Profesi

Zakat Profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi tersebut misalnya pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta. Adapun orang orang yang mensyariatkan zakat profesi memiliki alasan sebagai berikut:

Berbeda dengan sumber pendapatan dari pertanian, peternakan dan perdagangan, sumber pendapatan dari profesi tidak banyak dikenal di masa generasi terdahulu. Oleh karena itu pembahasan mengenai tipe zakat profesi tidak dapat dijumpai dengan tingkat kedetilan yang setara dengan tipe zakat yang lain. Namun bukan berarti pendapatan dari hasil profesi terbebas dari zakat, karena zakat secara hakikatnya adalah pungutan terhadap kekayaan golongan yang memiliki kelebihan harta untuk diberikan kepada golongan yang membutuhkan. Referensi dari Al-Qur'an mengenai hal ini dapat ditemui pada surat Al Baqarah ayat 267: Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".


(41)

1. Waktu Pengeluaran

Berikut adalah beberapa perbedaan pendapat ulama mengenai waktu pengeluaran dari zakat profesi:

a. Pendapat As-Syafi'i dan Ahmad mensyaratkan haul (sudah cukup setahun)

terhitung dari kekayaan itu didapat.

b. Pendapat Abu Hanifah, Malik dan ulama modern, seperti Muh Abu Zahrah

dan Abdul Wahab Khalaf mensyaratkah haul tetapi terhitung dari awal dan akhir harta itu diperoleh, kemudian pada masa setahun tersebut harta dijumlahkan dan kalau sudah sampai nisabnya maka wajib mengeluarkan zakat.

c. Pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Umar bin Abdul Aziz dan ulama modern

seperti Yusuf Qardhawi tidak mensyaratkan haul, tetapi zakat dikeluarkan langsung ketika mendapatkan harta tersebut. Mereka mengqiyaskan dengan

zakat pertanian yang dibayar pada setiap waktu panen (haul: lama

pengendapan harta). 2. Nisab Zakat

Nisab zakat pendapatan/profesi mengambil rujukan kepada nisab zakat tanaman dan buah-buahan sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah setara dengan 520 kg beras. Hal ini berarti bila harga beras adalah Rp. 4.000/kg maka nisab zakat profesi adalah 520 dikalikan 4000 menjadi sebesar Rp. 2.080.000. Namun mesti diperhatikan bahwa karena rujukannya pada zakat hasil pertanian yang dengan frekuensi panen sekali dalam setahun, maka pendapatan yang dibandingkan dengan nisab tersebut adalah pendapatan selama setahun.


(42)

3. Kadar Zakat

Penghasilan profesi dari segi wujudnya berupa uang. Dari sisi ini, ia berbeda dengan tanaman, dan lebih dekat dengan emas dan perak. Oleh karena itu kadar zakat profesi yang diqiyaskan dengan zakat emas dan perak, yaitu 2,5% dari seluruh penghasilan kotor. Hadits yang menyatakan kadar zakat emas dan perak adalah: “Bila engkau memiliki 20 dinar emas, dan sudah mencapai satu tahun, maka zakatnya setengah dinar (2,5%)”.

4. Perhitungan Zakat

Menurut Yusuf Qardhawi perhitungan zakat profesi dibedakan menurut dua cara:

a. Secara langsung, zakat dihitung dari 2,5% dari penghasilan kotor secara

langsung, baik dibayarkan bulanan atau tahunan. Metode ini lebih tepat dan adil bagi mereka yang diluaskan rezekinya oleh Allah. Contoh: Seseorang dengan penghasilan Rp. 3.000.000 tiap bulannya, maka wajib membayar zakat sebesar: 2,5% X 3.000.000=Rp. 75.000 per bulan atau Rp. 900.000 per tahun.

b. Setelah dipotong dengan kebutuhan pokok, Zakat dihitung 2,5% dari gaji

setelah dipotong dengan kebutuhan pokok. Metode ini lebih adil diterapkan oleh mereka yang penghasilannya pas-pasan. Contoh: Seseorang dengan penghasilan Rp. 1.500.000,- dengan pengeluaran untuk kebutuhan pokok Rp. 1.000.000 tiap bulannya, maka wajib membayar zakat sebesar : 2,5% X (1.500.000-1.000.000)=Rp. 12.500 per bulan atau Rp. 150.000,- per tahun.


(43)

5. Zakat Hadiah dan Bonus

Berikut adalah jenis zakat hadiah/bonus/komisi yang erat kaitannya dengan zakat profesi:

a. Jika hadiah tersebut terkait dengan gaji maka ketentuannya sama dengan

zakat profesi/pendapatan. Dikeluarkan pada saat menerima dengan kadar zakat 2,5%.

b. Jika komisi, terdiri dari 2 bentuk : pertama, jika komisi dari hasil prosentasi keuntungan perusahaan kepada pegawai, maka zakat yang dikeluarkan sebesar 10% (sama dengan zakat tanaman), kedua, jika komisi dari hasil profesi seperti mengikuti zakat profesi.

c. Jika berupa hibah, terdiri dari dua kriteria, pertama, jika sumber hibah tidak di duga-duga sebelumnya, maka zakat yang dikeluarkan sebesar 20%, kedua, jika sumber hibah sudah diduga dan diharap, hibah tersebut digabung kan dengan kekayaan yang ada dan zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5%.


(44)

Tabel 2.1

Jenis Zakat, Haul, Nishab, serta Kadar Zakat

Jenis Zakat Haul Nishab Kadar

Zakat Fitrah Akhir Ramadhan kelebihan makanan 2.5 Kg

Zakat Emas Setiap Tahun senilai 85 gram emas 2.5%

Zakat Pertanian Setiap Panen senilai 520 Kg beras

5 - 10 %

Zakat Peternakan Setiap Tahun

kambing 40 ekor/sapi 30ekor

1 ekor

Zakat Profesi Setiap Menerima senilai 85 gram emas 2.5%

Zakat Perniagaan Setiap Tahun senilai 85 gram emas 2.5%

Zakat Kekayaan Laut

Setiap Tahun senilai 85 gram emas 2.5%

Zakat Rikaz KetikanMemperoleh - 10%

Zakat simpanan Setiap Tahun senilai 85 gram emas 2.5%


(45)

2.2.2.3. Yang Berhak Menerima

Berdasarkan firman Allah QS At-Taubah ayat 60, bahwa yang berhak

menerima zakat/mustahik sebagai berikut:

a. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan

tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

b. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan

kekurangan.

c. Pengurus zakat : orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan &

membagikan zakat.

d. Muallaf : orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

e. Memerdekakan budak : mencakup juga untuk melepaskan muslim yang

ditawan oleh orang-orang kafir.

f. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang

bukan ma'siat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

g. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit, madrasah, masjid, pesantren, ekonomi umat, dll.


(46)

h. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan ma'siat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya. Atau juga orang yg menuntut ilmu di tempat yang jauh yang kehabisan bekal.

2.3Tujuan Zakat

Secara umum zakat bertujuan untuk menata hubungan dua arah yaitu hubungan vertikal dengan tuhan dan hubungan horizontal dengan sesama manusia. Secara zakat vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud ketakwaan dan kesyukuran seseorang hamba Allah atas nikmat berupa harta yang diberikan Allah kepadanya serta untuk membersihkan dan menyucikan dari dan hartanya itu.

Tujuan ini didasarkan pada pesan yang dikandung surat At-Taubah ayat 103:

Artinya: “Ambillah (himpunlah/kelola) dari sebahagian harta mereka sedekah/zakat; dengan sedekah itu kamu membesihkan mereka dan menyusikan mereka, dan berdoalah untuk mereka, karena sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka; dan Allah maha mendengar dan maha mengetahui.”(QS. At-Taubah: 103).

Dalam kontes ini zakat bertujuan untuk menata hubungan seseorang hamba dengan tuhannya sebagai pemberi rezeki. Sedangkan secara inilah zakat bertujuan mewujudkan rasa keadilan sosial dan kasih sayang diantara pihak yang berkemampuan dengan pihak yang tidak mampu dan dapat memperkecil problema dan kesenjangan sosial serta ekonomi umat. Dalam kontes ini zakat diharapkan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial di antara sesama manusia. Tujuan ini tergambar dalam surat Al-Hasyr ayat 7.(QS. Al-Hasyr: 7).


(47)

Jadi dapat dikatakan bahwa secara horizontal zakat berperan dalam mewujudkan keadilan dan kesetiakawanan sosial dan menunjang terwujudnya keamanan dalam masyarakat dari berbagai perbuatan negatif seperti pencurian atau tindakan kriminal lainnya, karena harta hanya beredar diantara orang-orang kaya saja. Tujuan secara horizontal ini tampak secara jelas, karena didalam zakat telah ditetapkan ketentuan dan proseduralnya seperti batas nisab, haul dan kadar zakat yang harus dikeluarkan serta kriteria para mustahiq yang berhak menerimanya. Kewajiban zakat menjadi tujuan yang bersifat agamis, moral-spiritual, finansial, ekonomis, sosial dan politik, yang pada akhirnya untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan yang bersifat agamis, moral-spiritual, finansial, ekonomis sosial dan politik ini, dapat dirinci kepada dua aspek yaitu aspek kebaktian terhadap Allah dan amal shaleh kepada masyarakat. Aspek kebaktian terhadap Allah SWT, ialah bahwa menunaikan zakat itu adalah mempersembahkan “ketakwaan” dengan melaksanakan perintahnya sedangkan aspek amal soleh kepada masyarakat mengandung segi sosial dan ekonomi segi sosial adalah untuk kemaslahatan pribadi-pribadi dan kemaslahatan umum. Segi ekonomis adalah harta benda itu harus berputar diantara masyarakat, menjadi daya dorong untuk perputaran ekonomi dalam masyarakat. Dalam kotes ini zakat bertujuan melindungi nasib orang fakir miskin serta untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia (Asnaini, 2008).


(48)

2.4Muzakki

Muzakki adalah seorang muslim yang dibebani kewajiban mengeluarkan zakat disebabkan terdapat kemampuan harta setelah sampai nisab dan haulnya.

Dimana nisab adalah jumlah minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan

zakatnya sedangkan cukup haul adalah masa waktu zakat yang dapat dihitung atas masa kepemilikan harta kekayaan selama 12 bulan qhamaryah, panen, atau pada

saat menemukan rikaz. Dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Muzakki

adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat.

2.6Penelitian Terdahulu

2.6.1 Penelitian Niken Fidyah Ramadhani (2011)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2011) yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shoddaqoh pada Badan Amil Zakat Daerah SUMUT ” metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif, yang menunjukkan bahwa perkembangan pengumpulan zakat, infaq dan shoddaqoh mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan faktor- faktor yang mempengaruhi pengumpulan tersebut adalah moment bulan keagamaan, pendapatan dan usia Muzakki. Alasan Muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq dan shoddaqoh di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara karena BAZDA SUMUT adalah institusi yang resmi atau legal milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bershoddaqoh, BAZDA SUMUT harus terus melakukan sosialisasi zakat.


(49)

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi masyarakat menggunakan jasa Bazis yang dilakukan pada Badan

Amil Zakat Daerah (BAZDA) di Sumatera Utara, yang beralamat Jalan. Williem

Iskandar Pasar V Medan Estate. 3.2 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder.

Data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi (Fernandes, 2009). Dimana data yang diperoleh dengan melakukan wawancara secara terstruktur kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dipersiapkan penulis sebelumnya dan pengambilan keputusan di Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) di kota Medan.

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak


(50)

dipublikasikan (Fernandes, 2009). Pada penelitian ini data tambahan yang menjadi data pendukung data primer. Data sekunder diperoleh dari semua pihak yang berwenang di Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) di kota Medan. Dan data sekunder ini diperoleh juga dari studi kepustakaan, internet, bacaan dan informasi yang berhubungan dengan penelitian.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke Badan Amil

Zakat Daerah (BAZDA) di Sumatera Utara, khususnya mengenai data muzakki.

2. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung kepada

pegawai maupun amil zakat dan mewawancarai masyarakat yang menggunakan jasa Bazda dalam penyaluran zakatnya.

3. Dokumentasi, yaitu catatan atau dokumen resmi tertulis mengenai

data-data yang di keluarkan oleh Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) di Kota Medan.

4. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui

berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, internet dan lain-lain.


(51)

3.4 Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, atau transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2001).

Populasi yang dipilih oleh penulis yaitu para muzakki pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara yang tinggal di daerah Medan. Jumlah dari populasi ini sendiri adalah sebanyak 533 muzakki. Sampel adalah sebagian / himpunan bagian dari unit populasi yang mewakili keseluruhan objek penelitian. Dalam

menentukan sampel menggunakan metode pengambilan sampel dengan Simple

Random Sampling yaitu salah satu metode pemeriksa sampel probabilitas

dilakukan dengan cara acak sederhana dan setiap responden memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Muhammad Teguh,1999). Dimana dalam menentukan ukuran sampel populasi, penulis menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai berikut :

n =

2 1 Ne

N

+

n = ukuran sample N = ukuran populasi

E = nilai kritis (Batas kesalahan) yang diinginkan

n = 2

%) 10 ( 533 1 533 + n = 33 , 5 1 533 +


(52)

Dari rumus diatas diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 84 muzakki.

3.5. Pengolahan Data

Penulis melakukan pengolahan data dengan cara tabulasi data dan chart, serta menggunakan alat analisis berupa program Microsoft exel 2007.

3.6. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan metode deskriptif, yang merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai persepsi muzakki tentang faktor-faktor yang yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk menggunakan jasa Badan amil zakat daerah Sumatera Utara.

3.7. Definisi Operasional Variabel

1. Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan - kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya

2. Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bag

3. Pelayanan adalah Suatu kegiatan yang menyediakan kepuasan konsumen, pemakai / pengguna barang atau jasa.


(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Badan Amil Zakat

Islam sangat concern kepada pembangunan sosio-ekonomi rakyat (umat). Islam mempunyai perhatian yang tinggi untuk melepaskan orang miskin dan kaum dhu’afa dari kemiskinan dan keterbelakangan, tanpa harus didahului oleh gerakan revolusi kaum miskin dalam menuntut perubahan nasibnya. Perhatian Islam terhadap kaum dhu’afa tidak bersifat insidentil, tetapi regular dan sistimatis.

Tak dapat dipungkiri bahwa zakat sangat berpotensi sebagai sebuah sarana yang efektif untuk memberdayakan ekonomi umat. Pengelolaan dan pengumpulan zakat di Indonesia masih belum berjalan secara optimal. Hanya sebagian kecil potensi dana zakat saja yang berhasil dikumpulkan dan didistribusikan kepada yang berhak. Entah dimana letak kesalehan sosial masyarakat muslim, bila melihat betapa pengelolaan dana zakat hanya berlaku sporadis atau kurang terorganisir. Dan hasilnya, justru pada saat isu optimalisasi pengelolaan dana zakat diluncurkan lewat UU No. 38 1999, isu yang muncul kemudian malah mempertanyakan akan kemampuan sistem zakat sebagai solusi kemiskinan dan pemerataan. Untuk kasus Indonesia jumlah penduduk miskin yang didata Departemen Sosial pada tahun 2000 adalah sebesar 40% dari penduduk Indonesia. Potensi dana zakat, sangatlah besar untuk dapat diproses sebagai suatu bentuk system redistribusi income. Sedangkan menurut Menteri Agama Said Aqil Al-Munawar bahwa potensi dana zakat di Indonesia mencapai Rp. 7,5 triliun


(54)

pertahun. Namun, hingga kini baru Rp. 250 miliar atau 2,7% yang berhasil dihimpun oleh lembaga-lembaga pengelola zakat. Pada fenomena saat ini seperti Indonesia, otoritas negara sudah diwakili oleh suatu bentuk lembaga intermediary

(Amil), di mana berdasarkan UU RI No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Zakat, bahwa pengelola zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah.

Jika dikaitkan dengan konsep jaringan masjid chart hierarki organisasi secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Struktur Organisasi BAZ

Gambar 4.1. Struktur Hierarki BAZ

Berdasarkan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia tentang pelaksana Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat disebutkan pada Pasal 2 mengenai susunan hierarki mulai dari BAZ Nasional yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZ provinsi berkedudukan di ibu kota

BAZ Nasional

BAZ Provinsi BAZ Daerah

kabupaten

BAZ Kecamatan BAZ Kecamatan


(55)

provinsi, BAZ daerah berkedudukan di ibu kota kabupaten, dan terakhir BAZ kecamatan yang berkedudukan di ibu kota kecamatan.

Kehadiran Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 451.7.05/ 53620/K tanggal 23 April 2001 sebelumnya bernama Badan Amil Zakat, Infaq dan Shoddaqoh (BAZIS) Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat Islam dalam pelaksanaan zakat sesuai dengan tuntutan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat di Sumatera Utara.

Kemudian BAZIS berkembang menjadi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Undang-Undang Zakat Nomor 38 Tahun 1999 yang merupakan institusi resmi pengelola zakat dimana BAZDA dalam tugas, pokok dan fungsinya (TUPOKSI) merupakan mitra pemerintah daerah provinsi Sumatera Utara dalam pengumpulan ZIS dari masyarakat Islam khususnya Sumatera Utara dan didayagunakan kembali untuk kepentingan dan kesejahteraan umat Islam sesuai dengan syari’at Islam. Dalam kinerjanya BAZDA Sumatera Utara tidak membawahi BAZ Kabupaten /Kota yang ada di Sumatera Utara, namun hanya sebatas koordinasi, begitu juga dengan LAZ yang ada di Sumatera Utara yang merupakan mitra informasi dan komunikasi penghimpun zakat.


(56)

Dalam usianya yang relatif muda, BAZ Sumatera Utara telah berkembang dari tahun ke tahun dan menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Jika pada tahun 1994/1995, BAZ berhasil mengumpulkan dana ummat sebesar Rp 350 juta, maka pada tahun 1995/1996 BAZ berhasil mengumpulkan sekitar Rp 980 juta. Dan yang lebih menggembirakan lagi ialah bahwa dana yang dikumpul tahun 1996/1997 meningkat lagi sebesar 34%, dimana BAZ mengumpulkan dana sebesar Rp. 1,2 milyar lebih. Untuk tahun 1997/1998, BAZ Sumatera Utara, menargetkan akan mencapai angka Rp. 1,5 milyar.

4.1.2. Visi, Misi, Azas dan Tujuan Badan Amil Zakat Sumatera Utara

Visi Badan Amil Zakat Sumatera Utara adalah menjadi lembaga pengelola zakat yang amanah, professional dan transparan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi ummat. Dan yang menjadi misi dari Badan Amil Zakat Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengumpulan dan pendistribusian dana zakat secara merata.

2. Memberikan pelayanan prima dalam penerimaan dan penyaluran dana zakat.

3. Mengembangkan managemen modern dalam pengelolaan zakat.

4. Mendorong peningkatan ekonomi umat.

5. Merubah mustahik menjadi muzzaki.

Sedangkan azas BAZDA SUMUT adalah sebagai berikut: 1. Iman dan amal sholeh

2. Terbuka dan bertanggung jawab


(57)

Tujuan dari BAZDA SUMUT adalah menjadikan lembaga pengelola zakat yang amanah, profesional, dan transparan.

4.1.3. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat SUMUT

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 6 dan Pasal 7 menyatakan bahwa lembaga pengelola zakat di Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu badan amil zakat dan lembaga amil zakat. Badan amil zakat dibentuk oleh pemerintah, sedangkan lembaga amil zakat didirikan oleh atau atas prakarsa masyarakat. Pengorganisasian badan amil zakat perlu di atur sebaik-baiknya agar pelaksana zakat dapat dikoordinasikan dan diarahkan dengan tepat. Ini perlu dilakukan untuk memantapkan kepercayaan masyarakat dan wajib zakat bagi badan amil zakat tersebut.

Badan Amil Zakat Daerah Provinsi dibentuk dengan Keputusan Gubernur yang susunan kepengurusannya diusulkan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi. Susunan kepengurusan BAZDA terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana yang personalianya diusulkan kepada Gubernur setelah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Membentuk tim penyeleksi yang terdiri atas unsur ulama, cendekia, tenaga profesional, praktisi pengelola zakat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang terkait dan unsur pemerintahan.

b. Menyusun kriteria calon Badan Amil Zakat Daerah Provinsi.

c. Mempublikasikan rencana pembentukan Badan Amil Zakat Daerah


(58)

d. Calon pengurusnya diusulkan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi pengurus Badan Amil Zakat Daerah Provinsi.

Calon pengurus Badan Amil Zakat Daerah Provinsi harus memiliki sifat amanah, mempunyai visi dan misi, berdedikasi, profesional, dan berintegritas tinggi. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Daerah adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Daerah

Badan Amil Zakat SUMUT dipimpin oleh Badan Pelaksana yang di ketuai oleh Drs. H. Amansyah Nasution, MSP. Ketua Badan Amil Zakat Sumatera Utara dibantu oleh wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara dan wakil bendahara.

Ketua Badan Amil Zakat Sumatera Utara membawahi 4 bidang, yakni bidang pengumpulan, bidang pendistribusian, bidang pendayagunaan dan bidang pengembangan. Masing-masing bidang tersebut dipimpin oleh seorang kepala. Dan masing- masing kepala tersebut terbagi lagi menjadi beberapa anggota.

Dewan Pertimbangan

Komisi Pengawas

Badan Pelaksana

Bidang Pengembanga Bidang

Pendayagunaan Bidang

Pendistribusian Bidang


(59)

4.2. Perkembangan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara

Badan Amil Zakat Sumatera Utara berdiri pada tahun 1992 dengan nama Bazis, dengan keluarnya SK. GUBSU No.119 Tahun 1981 tanggal 30 Juni 1981 ditetapkan pengurus. Penyaluran zakat di bagi:

a. Propinsi 80% Sabilillah 10% Muallaf 10% Amil

b. Kab/ Kota 10% Gharim

50% Sabilillah 10% Muallaf 10% Amil 10% Ibnu Sabil 10% Provinsi

c. Kecamatan 10% Gharim

10% Muallaf 40% Sabilillah 10% Amil

10% LHAI Provinsi 20% Kab./ Kota

d. Kelurahan 30% Fakir

25% Miskin 10% Amil 10% Provinsi


(60)

Dan pada tahun 1993 di tetapkan tidak ada setoran kepada Provinsi. Kemudian BAZIS berkembang menjadi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Undang-Undang Zakat Nomor 38 Tahun 1999. Dalam usianya yang relatif muda, BAZ Sumatera Utara telah berkembang dari tahun ke tahun dan menujukkan peningkatan yang menggembirakan. Berikut ini adalah data perkembangan jumlah pendapatan zakat, pada Badan Amil Zakat Sumatera Utara periode tahun 1993 s/d 2007.

Gambar 4.3. Perkembangan Jumlah Pendapatan Zakat, pada Badan Amil Zakat Sumatera Utara Periode Tahun 1993 s/d 2007

Sumber : Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara

Berdasarkan Gambar 4.3. di atas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan pada Badan Amil Zakat yang bersumber dari dana zakat, dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Akan tetapi kecenderungan terlihat bahwa jumlah pendapatan senantiasa mengalami peningkatan sejak awal berdirinya lembaga Badan Amil Zakat SUMUT ini, hanya pada tahun 2000/2001 mengalami penurunan. Dimana pada tahun 1993/1994 yang terkumpul sebesar Rp. 80 juta sedangkan pada tahun 1994/1995, BAZ berhasil mengumpulkan dana ummat sebesar Rp. 350 juta, maka pada tahun 1995/1996 BAZ berhasil mengumpulkan


(61)

sekitar Rp. 908 juta. Dan dana yang terkumpul tahun 1996/1997 meningkat lagi sebesar 34%, dimana BAZ mengumpulkan dana sebesar Rp. 1,2 milyar lebih. Tahun 1998 pendapatan dana BAZ yang terkumpul meningkat menjadi Rp. 1,6 milyar. Tahun 2000/2001 pendapatan yang terkumpul menurun menjadi Rp 900 juta. Lalu pada tahun 2006-2007 kembali meningkat sebesar Rp. 2,5 milyar lebih dan inilah titik tertinggi dalam pendapatan yang diperoleh Badan Amil Zakat.

Dana yang sudah terkumpul tersebut telah disalurkan kepada para mustahaqnya, diantaranya untuk beasiswa mulai dari SD sampai mahasiswa S3, berjumlah 1545 orang, bantuan modal usaha pengusaha kecil tanpa bunga sejumlah 300 orang, pembangunan rumah ibadah, pembangunan sarana pendidikan islam, honor da’i BAZ di daerah (Karo, Dairi, Nias, Taput, Tapteng, Langkat, Deli Serdang dan Tapsel), juga untuk pembangunan kebun kelapa sawit BAZDA seluas 105 Ha di langkat, membantu fakir miskin, ibnu sabil, gharimin (berhutang) dan muallaf.

4.3. Karakteristik Responden

Analisis ini digunakan untuk menggambarkan keadaan dari sampel yang diteliti. Sampel dari penelitian ini adalah mereka yang menjadi muzakki pada Badan Amil Zakat Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada muzakki Badan Amil Zakat Sumatera Utara dengan mengumpulkan berbagai data tentang keadaan responden. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti mengedarkan 84 kuesioner terhadap 84 responden muzakki yang memberikan zakat, pada BAZ Daerah SUMUT. Karakteristik responden yang diperoleh dari hasil pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner yang


(62)

dijadikan sebagai responden. Lalu data tersebut diklasifikasikan kemudian dilakukan penghitungan terhadap masing-masing klasifikasi tersebut dan ditentukan berapa besar persentasenya.

Selanjutnya data yang didapat disajikan dalam bentuk analisa. Berikut ini adalah beberapa klasifikasi sampel dari penelitian yang telah diolah oleh peneliti dalam bentuk tabulasi data:

a. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1.Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011 Jenis kelamin

muzakki Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 53 63,0

Perempuan 31 36,9

Jumlah 84 100

Sumber : Data Primer diolah berdasarkan kuesioner

Berdasarkan tabel 4.1, terlihat bahwa dari 84 muzakki yang berjenis kelamin laki-laki memiliki persentase sebesar 63,0% dari keseluruhan responden. Sedangkan muzakki yang berjenis kelamin perempuan memiliki persentase sebesar 36,9% dari keseluruhan responden.

b. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan Muzakki

Tabel 4.2. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan Tahun 2011 Pendidikan

Muzakki

Frekuensi Persentase (%)

Tamat SD 0 0

Tamat SMP 0 0

Tamat SMA 20 23,8

Diploma 24 28,5

Sarjana 40 47,6


(63)

Dari tabel 4.2, dari 84 orang yang menjadi responden terlihat bahwa tingkat pendidikan muzakki dengan tamat SMA memiliki persentase sebesar 23,8% dari keseluruhan responden. Muzakki yang mengenyam pendidikan hingga Diploma memiliki persentase sebesar 28,5% dari keseluruhan responden. Dan persentase tertinggi adalah muzakki yang menyelesaikan pendidikan hingga Sarjana yaitu jumlah persentasenya adalah sebesar 47,6% dari keseluruhan responden.

c. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.3. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2011

Pekerjaan Muzakki Frekuensi % Persentase

PNS 21 25.0

Pegawai Swasta 17 20,2

Wiraswasta 35 41,6

Petani 2 2,38

Lain-lain 9 10,7

Jumlah 84 100

Sumber: Data Primer olahan

Dari tabel 4.3, dapat dilihat jumlah responden terbesar membayar zakat adalah yang bekerja sebagai wiraswasta dengan persentase sebesar 41,6% dari keseluruhan responden. Sedangkan pegawai swasta hanya sebesar 20,2% dari keseluruhan responden. Muzakki yang memiliki pekerjaan sebagai PNS jumlah responden dengan persentase sebesar 25,0%. Persentase terkecil adalah muzakki yang memiliki pekerjaan sebagai petani dengan persentase sebesar 2,38%. Dan


(64)

4.4 Penyajian dan Analisis Deskriptif Data

Dalam penelitian ini akan disajikan data dalam bentuk analisa dengan jumlah sampel 84 orang, yang mempergunakan tehnik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner. Dengan faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat membayar zakat pada BAZDA SUMUT yaitu terdiri dari pelayanan, persepsi, dan keputusan muzakki. Berikut ini akan disajikan jawaban kuesioner yang telah dibagikan kepada 84 orang responden yang disajikan sampel dalam penelitian.

Gambar 4.4. Usia Muzakki

Sumber : Data olahan berdasarkan Kuesioner

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa dari 84 muzakki yang berusia 41-51 tahun menduduki peringkat tertinggi pertama yakni sebanyak 43 orang dengan persentase 51,2% dari keseluruhan responden, kemudian urutan tertinggi kedua berada pada usia 31-40 yakni sebanyak 20 orang dengan persentase 23,8% dari keseluruhan responden, usia 51-60 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase 15,5% merupakan urutan tertinggi ketiga dari keseluruhan responden, usia 61-70


(65)

tahun sebanyak 6 orang dengan persentase 7,1% dari keseluruhan responden dan yang terakhir berada pada usia >71 tahun yakni sebanyak 2 orang dengan persentase 2,4% dari keseluruhan responden. Berdasarkan analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa gambaran responden penelitian tertinggi berada pada usia 41-50 tahun, pada usia 41-41-50 adalah usia produktif muzakki dalam membayar zakat.

Gambar 4.5. Pendapatan Muzakki Perbulan

Sumber : Data olahan berdasarkan Kuesioner

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa dari 84 orang yang menjadi responden terlihat pendapatan muzakki beragam-ragam dalam memberikan zakat. Pendapatan yang terbanyak berada pada posisi Rp 2,000,000 - Rp 5,000,000 dengan jumlah responden 47 memiliki persentase sebesar 55,9% dari keseluruhan responden. Kemudian jumlah pendapatan muzakki di urutan kedua terbanyak sebesar Rp 5.000.000 - Rp 10.000.000 dengan jumlah responden 19 memiliki persentase sebesar 22,6% dari keseluruhan responden. Sedangkan Pendapatan terendah sebesar > Rp 2.000.000 dengan jumlah responden 16 orang memiliki persentase sebesar 19,4% dari keseluruhan responden. Dan yang tekecil jumlah


(1)

Lampiran

Kuesioner Penelitian

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT MENGGUNAKAN JASA BAZIS DALAM

PENYALURAN ZAKAT DI KOTA MEDAN

(Untuk Muzakki)

Ι. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin : lk / pr

4. Alamat :

5. Pendidikan Terakhir :

6. Pekerjaan : Wiraswasta/ Pegawai Swasta/Petani/PNS/Ibu Rumah Tangga / dll

7. Pendapatan / bulan :

a. Rp 2000.000 – 5000.0000 b. Rp 5000.000 -10.000.000 c. > Rp 10.0000.000

d. ……….


(2)

9. Sejak kapan membayar zakat di BAZDA Sumut :

10. Dari siapa bapak / ibu mendapat rekomendasi saran untuk melakukan pembayaran zakat di BAZDA Sumut :

a. Saran mitra kerja

b. Saran staff BAZDA Sumut

c. Saran dari keluarga (yang bukan merangkap sebagai staff BAZDA)

d. Saran tetangga (yang bukan merangkap sebagai staff BAZDA)

e. Saran teman

f. Saran dosen

g. Saran dari Ustad atau dari guru agama

h. Atas keputusan saya sendiri

11. Selain dari rekomendasi / saran tersebut diatas bapak/ ibu memperoleh rekomendasi / saran/ informasi lain nya :

a. Internet

b. Televisi

c. Radio

d. Surat kabar

e. Majalah


(3)

Petunjuk Pengisian :

Peneliti menginginkan pendapat anda tentang faktor – faktor yang mempengaruhi minat masyarakat menggunakan jasa Bazis dalam menyalurkan zakatnya pada Badan Amil Zakat Sumatera Utara (BAZDA). Petunjuk pengisiannya yaitu : pertanyaan pada bagian ini menyediakan jawaban dengan kode SS, S, R, TS, STS. Setiap responden hanya diberi kesempatan menceklis (√ ) sebanyak satu jawaban. Adapun makna – makna kodenya :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

R : Ragu

TS : Tidak Setuju


(4)

Ι. Variabel Persepsi / Pemahaman Agama

No Item pertanyaaan SS S R TS STS 1 Dengan membayar zakat mampu

memecahkan permasalahan ekonomi, khusus nya masyarakat menengah kebawah

2 Membayar zakat merupakan termasuk juga dalam berinvestasi baik dunia maupun akhirat.

3 Membayar zakat merupakan ibadah yang wajib dilaksakan, dimana membayar zakat setara dengan mengerjakn shalat.

4 BAZDA Sumut merupakan salah satu sarana untuk memperlancar proses ekonomi dengan memberi penyaluran dana pada masyarakat menengah ke bawah

5 BAZDA Sumut merupakan salah satu sarana untuk memperlancar proses ekonomi dengan memberi penyaluran dana pada masyarakat menengah ke bawah


(5)

ΙΙ. Variabel Pelayanan

No Item Pertanyaan SS S R TS STS 1 Persyaratan yang diperlukan dalam

penyaluran zakat di BAZDA Sumut sangat mudah.

2 BAZDA Sumut sangat transparan dalam penyaluran zakatnya.

3 Zakat yang disalurkan melalui BAZDA Sumut, sangat cepat disalurkan pada amil zakat.

4 Adanya keramahan yang bersahaja pada karyawan di BAZDA Sumut, sehingga menarik minat muzzaki dalam penyaluran zakatnya.

5 Pengelolaan yang dilakukan oleh BAZDA Sumut sudah sangat baik

6 Banyak cara menyalurkan zakat kepada BAZDA Sumut, baik diberikan secara langsung maupun transfer melalui bank serta delevry.


(6)

ΙΙΙ. Variabel Keputusan

No Item Pertanyaan SS S R TS STS 1 Mudahnya persyaratan untuk menjadi muzzaki,

yang menjadi pertimbangan untuk menggunakan BAZDA Sumut ini. 2 Penyaluran dana yang cepat

3 Dekatnya jarak lembaga tersebut dengan tempat tinggal

4 BAZDA Sumut merupakan suatu lembaga yang memperoleh tingkat kepercayaan yang baik dari masyarakat,sehingga membuat anda ingin menggunakan lembaga ini.

5 Banyak sekali kebaikan yang diperoleh dengan membayar zakat di BAZDA Sumut ini.

6 Adanya laporan keuangan yang dipublikasikan setiap periode tertentu sehingga lembaga ini sangat bersifat transparan.

RESPONDEN

( )